Reala : Rahasia

12.3K 1K 4
                                    




Padang pasir putih yang terasa dingin, saat jari kakinya menelusup masuk ke dalam pasir sensasi dingin langsung menyeruak masuk ke dalam rongga tubuhnya.

Arsha tersenyum lebar saat kembali merasakan sensasi seperti ini, ingat jika Arsha itu kebal terhadap suhu dingin, meski dia merasakannya tapi terasa biasa saja untuk Arsha.

Tapi sekarang, Arsha merasakan rasa yang sangat membuatnya penasaran. Melihat teman-temannya memakai jaket tebal dan menggerutu karena kedinginan dan saat harus mandi pagi-pagi dengan air dingin, Arsha iri.

"Aa~ jadi gini rasa dingin itu, gue sampe lupa hahaha"

Sejauh mata memandang, hanya ada hamparan pasir putih dan seonggok dahan pohon yang tergeletak begitu saja di dekat Arsha.

Arsha menghampiri dahan itu dan duduk di atasnya, tidak ada tempat berteduh dari sinar matahari yang begitu terik.

Sebenarnya tidak ada rasa panas yang Arsha rasakan, hanya hawa dingin yang berhembus mengikuti arah angin. Meski begitu, cahaya terik matahari membuat Arsha kesilauan.

Dia ada di dunia lain dari antah berantah.

Seseorang datang dari kejauhan, berlari-lari dan melambaikan tangannya pada Arsha.

Arsha yang melihat itu refleks berdiri dan memicingkan matanya agar melihat lebih jelas.

"ARSHAA!!"

"ARSHAA! hahaha"

Seseorang itu memanggil-manggil namanya, dan tertawa oleh sebab yang tidak jelas.

Arsha mengernyit karena tidak mengerti dengan keadaannya sekarang, "SIAPA?!" balas berteriak, namun seseorang itu tidak menjawab dan berhenti berlari.

Dengan sekali kedipan, seseorang yang tadi berlari ke arahnya itu sekarang menghilang. Arsha mengucek matanya, kemana orang itu pergi?

Puk!

"Hei"

Sesuatu menepuk pundaknya dari belakang, saat berbalik badan Arsha di kejutkan dengan kehadiran seorang anak laki-laki seumurannya.

"AAAAAA!"

Saking kagetnya, Arsha sampai jatuh terduduk kebelakang, Menutup matanya dengan kuat.

"Hei Arsha ini gue.."

Arsha seperti mendengar suara yang familiar di telinganya, membuka matanya perlahan. Arsha sukses menganga lebar saat melihat siapa yang berada di depannya saat ini.










"ARSHALIO!!!"




Arshalio Atraja, pemuda yang di abaikan oleh keluarganya karena menganggap dirinya penyebab kematian sang Bunda.

Arshalio Atraja, sosok yang selama ini Arsha cari-cari keberadaannya.

"Iya ini gue, jangan teriak-teriak. Bisa budek ni kuping "

Arsha tidak mendengarkan, matanya fokus menatap Arshalio yang berdiri di depannya.

"L-lo beneran Arshalio kan?"

"Iya gue Arshalio"

Arsha melihat wajah Arshalio yang dia tempati, dia mulai menyentuh wajahnya sendiri dan menyadari kalau dia sudah kembali ke raga Arsha Admaja.

"Ada apa sebenernya?, Lo kemana aja? Lo belum m*ti kan?"

"Satu-satu Arsha"

Arshalio mendudukkan Arsha yang masih setia berdiri, wajahnya menunjukkan ekspresi yang menyiaratkan banyak emosi.

"Gue mau ngomong, lo denger baik-baik ya"

Arsha mengangguk meski dirinya juga sangat kebingungan.

"Gue udah gak bisa balik ke tubuh gue, yang artinya gue udah men!nggal... dan gue ngeliat semuanya, perlakuan keluarga gue yang mulai berubah..dan gue menghargainya"

Arsha menatap sendu Arshalio, mau bagaimanapun dirinya juga pernah mengalami hal yang serupa dengan Arshalio. Bedanya, dirinya bisa pergi dan terbebas dari keluarga toxic itu, sementara Arshalio hanya mampu menerima tanpa bisa melarikan diri.

Jadi, Arsha mengerti bagaimana rasa sakitnya.

Mata itu berkaca-kaca saat menatap Arsha, Arshalio menatap dalam-dalam. "Tapi gue belum bisa memaafkan..."

Arsha terhenyak mendengar penuturan Arshalio. Sesulit itu memaafkan mereka yang sudah menyakiti perasaan orang lain, padahal mereka adalah satu-satunya tempat yang dia miliki.

"Tapi k–"

" Gue gak pernah minta buat di perlakuin kaya' Selena, tapi se-enggaknya mereka menghargai keberadaan gue lah. Menghargai gue sebagai seorang adik dan sebagai...anak"

Arshalio tidak menangis, tapi suaranya bergetar.

"Gue belum tenang Sha..ada rahasia yang belum bisa gue bongkar"

"Ini rahasia besar, sekaligus rahasia yang bakal memperbaiki nama gue"

Arsha mendengarkan ucapan Arshalio dengan seksama, mencerna kata demi kata yang terlontar dari bibir tebal itu.

"Bunda gue.....dia bukan meninggal karena melahirkan, dia..dibunuh"

Sontak saja Arsha meremat lengan Arshalio yang mengatakan hal yang tidak masuk akal baginya.

"Maksud lo?"

Arshalio menggenggam tangan Arsha yang berada di lengannya, terlihat jika pemuda di depannya sangat shock dan kebingungan.

"Ada penyusup saat gue di lahirkan. Mereka membunuh Bunda dan saat mau membunuh gue, Ayah dateng dan mereka bersandiwara. Bercerita kalau Bunda meninggal karena melahirkan gue"

Arsha mengangguk-angguk mencoba mengerti. " t-terus dari mana lo tau?"

"Ada seorang maid di mansion, dia punya kemampuan lebih. Selama 3 tahun dia mengumpulkan bukti kejadian itu dan berhasil, tapi musuh tau hal itu dan akhirnya membunuh dia"

"Tapi sebelum itu maid ngasih tau gue, kalau semua yang berharga ada di kotak dan ditanam di suatu tempat"

"Dimana?"

"Gue gak tau, karena waktu itu gue masih kecil. tapi Veronica bisa bantu lo"

Arsha mengernyit "dari mana lo tau Veronica?"

"Itu gak penting, waktu gue udah habis nih. Gue pamit ya" Arshalio mengelus rambut Arsha dan semuanya menjadi gelap.

















Tbc.

Reala : Who? | REVISI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang