Reala : pilih satu!

4.3K 337 10
                                    


little note🏷️ :  4.000 words!



















"Hoaamm"

Arsha mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang, tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga ke area leher.

Seketika rasa hangat menyapanya, rasanya Arsha tidak ingin beranjak bangun. Matanya masih terasa berat untuk terbuka, bahkan alam semesta seperti sedang mendukungnya untuk terus tertidur lebih lama.

Diluar sana langit sedang mendung tanpa hujan, jendela yang sedikit terbuka membawa angin yang terasa lebih kencang dari biasanya, tapi menurut Arsha rasanya seperti angin sepoi-sepoi yang membelai wajahnya.

Krieet!

Bunyi decitan pintu terdengar, Daniel dengan hati-hati masuk ke dalam kamarnya. Tahu jika Arsha masih tidur, dirinya melangkah dengan hati-hati supaya arsha tidak terganggu.

Tidak tahu saja, diibaratkan jika burung perkutut berkicau di dekat telinganya, Arsha tidak akan mudah terbangun.

Daniel terkekeh kecil.

Dengan iseng dia mendekati kasur yang Arsha gunakan, mengeluarkan ponsel yang ada di sakunya dan diam-diam memotret wajah Arsha yang terlihat lucu saat tidur.

Ckrek!

Jantungnya seperti berhenti berdetak, Daniel lupa mematikan suara di kameranya, lucunya wajah terlihat jelek seperti menahan buang air besar. Yang lebih lucu dari itu adalah Arsha yang hanya mengernyit sesaat lalu kembali melanjutkan tidurnya.

"Dasar kebo" gumam Daniel.

Kembali mengambil foto, kali ini Daniel menggunakan filter lucu yang membuat wajah Arsha menjadi lebih imut.

Daniel dengan iseng memilih filter pacifier bayi.

Dia tertawa setelah melihat hasilnya, "Hahaha! astaga imut banget!" Pekik Daniel dengan suara yang cukup keras.

"Eunghh Daniel?"

Suara serak khas orang yang baru saja bangun terdengar di telinga Daniel, melirik ke arah Arsha yang sedang melihatnya meski matanya tidak sepenuhnya terbuka.

"Gue ganggu ya? Tidur lagi aja, sorry ya Sha" ucap Daniel yang merasa sedikit bersalah karena menganggu tidur Arsha yang tenang.

"Nggak, gue bangun sendiri, jam berapa? Hoaam!" Ucap Arsha yang terdengar seperti gumaman, Arsha  merenggangkan otot tangannya agar tidak kaku.

"Jam 8, mau jalan-jalan gak? Bareng gue sama Bang Afgan"

Arsha mengangguk "Eumm."

"Jangan eum doang jawabnya kayak cewek aja, iya atau nggak?"

Arsha terkekeh kecil mendengar protesan Daniel, remaja di depannya cukup sensitif dengan jawaban singkat ya?

"Iyaa ikut, mau pergi jam berapa emang?" Tanya Arsha, dirinya mengambil posisi duduk untuk mengumpulkan nyawanya yang masih berceceran di kasur.

Matanya sedikit suntuk, melihat ke arah Daniel yang sedang sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Jam 9 mungkin, sekalian mau jenguk Bang Samuel gitu"

"Oh iya, gimana kabarnya Bang Samuel itu? Kemarin kayak orang sekarat, gue liat parah banget lukanya" ucap Arsha dengan nada ngeri.

Daniel tertawa mendengar penuturan Arsha, "Hahaha! Itu masih biasa sih, dulu Bang Samuel pernah koma selama kurang lebih seminggu lah, gara-gara tawuran"

"Beneran?!"

"Iya bener, udah sana cuci muka terus ke bawah. Sarapan" suruh Daniel, tangannya terulur untuk merapikan rambut Arsha yang lumayan panjang, bahkan sampai menutupi area matanya.

Reala : Who? | REVISI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang