Reala : emang gue apaan!?

12.9K 1.2K 37
                                    





Arsha diam saja saat dirinya 'dikurung' di kamar Ayahnya, Frans.

Tadi saat dirinya bersantai di kamarnya sendiri, Frans datang dan langsung membawanya masuk ke dalam kamar Frans.

Arsha tentu mencoba kabur, tapi ternyata pintu kamar itu sudah dikunci dan entah dimana kunci itu sekarang, Yang pasti Frans melemparkannya ke luar jendela.

Disinilah Arsha yang hanya melihat kegiatan Frans dengan malas, pria tua itu mengurungnya hanya untuk melihat dia bekencan dengan berkas-berkasnya.

"Suruh siapa gitu nyari tuh kunci, gue bosen tau ngeliat lo" tanpa sopan santun, Arsha mengucapkan setiap kalimatnya dengan lantang.

Frans memilih mendengarkan saja, meski kepalanya panas saat mendengar Arsha menggunakan bahasa gaulnya pada dia.

Tahu diri juga, anaknya pasti sedang kesal karena tiba-tiba dibawa ke kamarnya tanpa tujuan yang jelas.

Yang pasti Frans hanya ingin 'mengamankan' Arsha dari anak-anaknya yang lain, yang semakin gencar mendekati putra bungsunya.

Beberapa kali dia melihat Arga memasuki kamar Arsha, Arga bahkan sudah banyak mengobrol dengan Arsha ketimbang dirinya yang merupakan Ayah Arsha.

Hohoi dasar pak tua tidak tahu diri.

Kemana saja selama ini? Menghiraukan atensi Arsha dan membenci anaknya sendiri dengan alasan kematian Istrinya adalah ulah Arsha.

Padahal kematian itu tidak tahu kapan dan dimana. Namun otak dangkal Frans seakan tidak menerima takdir kematian itu sendiri.

Takdir yang membuat istrinya tiada saat melahirkan Arsha, seakan tidak terima dengan itu Frans menjadikan Arsha 'kambing hitam' , menyalakannya atas kematian sang istri.

Membuat anak-anaknya yang lain ikut menyalakan Arsha, atas keegoisannya sendiri.

Bisakah Frans kembali? Kembali ke saat dirinya pertama kali melihat tangan mungil Arsha.

Dia ingin merawat dan membesarkan Arsha sebagai seorang Ayah, seorang Ayah yang baik.

Datang saat penerimaan raport sekolah, datang saat menerima piagam dan datang saat hari Ayah di sekolah Arsha.

Frans belum pernah melakukan itu semua, dia total mengabaikan Arsha.

Arsha putranya sendiri.


"Tidur Arsha" ucap Frans saat melihat wajah kesal Arsha.

"Ini tuh masih jam 9"

Frans menaikkan satu alisnya "Lalu?" .

Pertanyaan itu justru membuat Arsha mencebik lucu, dahinya berkerut dan bibir tebalnya yang di pout. Membuat Arsha terlihat menggemaskan, jangan lupakan anak itu yang duduk bersila dengan memakai kaus berwarna cream dan celana training hitam.

Duduk bersila dengan wajahnya yang berpaling dari tatapan Frans.

Frans tersenyum, dia merapikan beberapa berkas ke dalam map. Menghampiri Arsha yang duduk di atas kasurnya.

"Ayo tidurlah boy"

Arsha tidak menjawab saat Frans menariknya untuk berbaring, menyelimuti dirinya. Frans ikut berbaring di samping Arsha, sangat dekat sampai punggung Arsha mengenai dada bidang Frans.

Tanpa dia duga, Frans memeluknya dari belakang. Menepuk-nepuk perut Arsha pelan, membuat Arsha terhipnotis dan matanya mulai memberat karena kantuk.

Frans tersenyum kecil saat dengan mudah menidurkan Arsha nya, dia mencium pipi Arsha sebentar.

"Dengar Arsha...Ayah minta maaf"







.

.

.







Arsha mengerjapkan matanya yang terasa sepat, mengusap pelan dengan punggung tangannya.

Melihat kebawah, ada tangan Frans yang masih bertengger di perutnya. saat ingin menyingkirkan tangan itu, Frans malah memeluk lebih kuat seakan tidak ingin Arsha pergi darinya.

Arsha ingin protes, tapi dia tidak tahu harus memanggil Frans dengan apa. Karena selama ini Arsha tidak pernah mengobrol dengan Frans.

"Duuh manggil apa nih gue? masa' Ayah sih?"

"Ekhem! Bisa singkirin gak? Gue mau ke kamar mandi"

"No" Suara serak Frans teredam karena kepalanya menempel di punggung Arsha.

Arsha menggeliat tidak nyaman saat merasakan Frans menciumi punggungnya.

"Nj!rr gue dilecehin Om Om"

"Minggir! Gue mau ke kamar mandi! Gue kebelet pipis inii~" Arsha menaikkan nada bicaranya, juga tanpa sadar merengek pada Frans.

Tentu Arsha hanya beralasan saja, untuk lepas dari pelukan Frans yang menyesakkan.

"Pipis disini saja"

Arsha rasanya ingin menangis, pak tua ini begitu tidak punya hati dan tidak punya akal.

"Huwee Arshalio, bapak lo bego!"

Arsha sudah misuh-misuh sendiri dalam hatinya. Sementara Frans tengah menunggu Arsha merengek seperti tadi, dia ingin mendengarnya sekali lagi.

"Nggak! Emang gue apaan?!"

Arsha menendang-nendang udara di depannya, terus berteriak dan memberontak dari pelukan Frans.

"Diam Arsha"

Melepaskan Arsha dan membiarkan anak itu berlari ke arah kamar mandi, Frans belum beranjak bangun. Diraihnya bantal yang sebelumnya dipakai oleh Arsha, menenggelamkan wajahnya disana dan menghirup aroma Buah-buahan milik Arsha.

Frans terkekeh entah kenapa.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Arsha mencak-mencak dengan kelakuan Frans yang askahskajjdhs.

Bukan hanya Frans tentunya, satu keluarga Atraja kecuali dia adalah orang aneh.

"Kenapa sih mereka jadi posesif sama si Arshalio, mereka jadi makin baik dan perhatian. Gue kan gak enak buat ngebalas dendamnya Arshalio, karena secara gue kan orang asing gitu".

"Ini juga kenapa makin lama, alurnya berubah. Mana protagonisnya belom muncul lagi, musuhnya Amazon juga belom keliatan"

Arsha mendudukkan dirinya di pinggiran bath tub, "pusing ah!"

Memilih keluar, karena sudah cukup lama dia berada di kamar mandi.

Namun baru membuka pintu dan berjalan satu langkah, tiba-tiba kegelapan langsung menyerang Arsha.

Tubuhnya di tarik oleh kuatnya gravitasi bumi, membuat kepalanya membentur keramik dingin di kamar Frans.

Bruk!!

Frans mengangkat kepalanya saat mendengar suara berat, Seketika matanya melebar.

"ARSHA!!"


































Tbc.

makasih ya buat yang udah vote cerita ini. dan makasih juga yang udah komen, my heart jadi good setelah liat komentar dan vote kalian.





Terimakasih ♡









buat yang gak nyaman sama scane Frans dan Arsha ini, maaf ya.

Aku buat ini sebagai penggambaran karakter ayah dan anak, gak ada niat lain.

Reala : Who? | REVISI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang