Reala : ikan salmon

9.9K 812 9
                                    










Arga menggeplak belakang kepala Aslan dengan keras, dia dibuat kesal dengan adiknya yang satu itu.

Sudah lelah dirinya mencari keberadaan Aslan, namun yang dicari malah asik berduaan dengan Arsha.

Aslan hanya diam saja tanpa menunjukkan ekspresi, padahal pukulan Arga terasa panas dan membuat kepalanya pusing.

"Ck! Lelah aku mencari! Kau malah disini!" Terlihat gigi Arga yang menggertak karena saking kesalnya.

"Kau! Heeehh!" Geram Arga.

Agaknya Arga kehilangan kata-kata yang pantas untuk menggambarkan emosinya. Pria itu mengulum bibirnya sendiri sembari memukul-mukul angin.

Siapa yang tidak kesal? Saat hampir 3 hari lamanya mencari keberadaan adik kandung yang tidak tahu dimana, frustasi, pusing dan membuang banyak waktu. Yang dicari-cari malah tidur di ranjang rumah sakit dengan nyaman.

Arsha terkekeh kecil melihat tingkah Arga, dia tersenyum puas melihat wajah Arga yang memerah.

"Kau baik-baik saja Boy?" Tanya Arnold saat melihat keadaan Aslan yang menurun drastis.

Aslan mengangguk, "Hmm" jawabnya singkat.

"Kami mencemaskanmu" ucap Arnold lagi.

Menghela nafas panjang, Aslan menatap adiknya, Arsha. "Maafkan Abang, Arsha. Karena kebodohan yang Abang buat, kau berakhir di rumah sakit seperti ini, Abang menyesalinya, Maafkan aku Ayah, Opa dan kalian" ucap Aslan menatap wajah keluarganya satu persatu.

"G-gak apa-apa" ucap Arsha pelan, dia terperangah melihat tatapan Aslan yang sangat lugu dan penuh dengan rasa bersalah.

Mata tajam itu terlihat layu dan mulai memerah karena menahan tangis, "Maaf" Aslan langsung memeluk Arsha tanpa aba-aba.

Orang-orang yang berada di sana cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Aslan, pria itu hampir tidak pernah menangis dan meminta maaf kepada siapapun.

"Abang cengeng" bisik Arsha tepat di telinga Aslan, membuat pria itu makin mengeratkan pelukannya.

"Jangan mengejek" balas Aslan yang juga berbisik.

"Ekhm! Opa akan menemui Steven dulu"

Selepas kepergian Arnold yang disusul dengan Frans, kini ruang rawat Arsha hanya berisi Aslan dan Arga juga pasien kita, Arsha.

"Gue laper" ucap Arsha pada kedua Abangnya.

"Lapar lagi? Belum ada satu jam dan baby sudah lapar hmm?" Tanya Arga saat mengingat kalau Arsha sudah makan beberapa menit lalu.

"Imutnya" puji Arga, tangan besarnya mengelus rambut Arsha.

Namun, pujian itu malah terdengar seperti ejekan baginya. Arsha menatap garang ke arah Arga "Gue gak imut!"

Menampilkan wajah seperti 'yakin?', Arga tertawa kecil saat melihat Arsha yang menatapnya julid.

"Lepasin ih! Gue mau makan!" Pinta Arsha saat dirinya masih saja dipeluk oleh Aslan.

"No Baby..." Gumam Aslan, dia bersandar pada tubuh mungil Arsha yang tenggelam dalam pelukannya, tentunya Arsha merasa tertindih dan susah bergerak.

Memukul-mukul kecil lengan Aslan, "Lepas gak, gue laperrr mau makan!"

"Coba minta dengan benar"

Arga duduk sembari melihat interaksi kedua adiknya yang jarang dia lihat, atau... tidak pernah sama sekali?

Karena sedang malas berdebat, Arsha menuruti kemauan Aslan ,"Lepasin ya Bang, gue mau makan, laper" pinta Arsha dengan nada lembut persis seperti gadis.

Reala : Who? | REVISI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang