"Assalamualaiiiii......kum" Ucap Nabila dengan tercengang melihat dua orang yang berada di ruang tamu.
"Woi woi woi, bahaya nih nda bisa ini di biarin" sahut Paul.
"Ssstt, baru tidur dia" sarkas Rony.
"Kak Salma kenapa?" Tanya Nabilah.
"Pusing"
"Kok bisa" tanya Paul dan Nabila secara bersamaan.
"Kejedot tembok" jawab Rony dengan lempeng "Nab, sahur dulu. Ada makanan di dapur" lanjutnya.
"Aku udah sahur sih, ini kak Salma ga di bangunin pindah gitu?"
Rony menggeleng pelan kemudian menjawab "Ngga usah biarin di sini aja, baru tidur soalnya"
"Yaudah kalau gitu aku juga disini aja deh"
"Nabila mau tidur kayak Salma?" Tanya Paul antusias.
"Iyaaaa"
"Tapi aku makan dulu yaaa"
"Hah? Yaudah makan aja. Terus ngapain pake ngomong??" Nabila dengan kebingungannya.
"Katanya mau tidur kayak Salma?"
"Hahahaha Bwahahahah Powl Powl lu ada ada aja sii" tawa Rony sedikit meledak karena Paul yang mengira Nabilah ingin tidur di pahanya.
"Aku, bisa ambil bantal. Kamu makan aja" tukas Nabilah.
"Jehahahah" Rony masih saja tertawa.
"Diam kau Ron" kata Paul.
"Makan Powl, ada di bawain mamak gua" ucap Rony.
"CUSSS, gua gas makan dulu" kata Paul dengan sedikit heboh dan teriak membuat Salma sedikit terusik dari tidurnya.
Rony yang merasakan ada pergerakan di pahanya, dengan spontan mengusap pelan kepala Salma agara kembali tidur dengan nyenyak.
Nabila kembali dari kamarnya membawa sebuah bantal.
"Syarla mana Nab??" Tanya Rony.
"Masih sama kekuarganya, soalnya sore nanti dia langsung pulang" jawab Nabila.
"Yaudah rebahan sana"
"Iyaa, si Paul ga balik balik yaa?"
"Makan di dapur mungkin"
Baru saja di bicarakan, Paul datang dengan membawa semangkung mie kuah beserta perintilannya.
"Pantesan lama, bikin mie"
"Lu gimana sih Ron, gua kan ga seberapa suka ikan"
"Oh sorry sorry Powl gua lupa"
"Oke ndapapa, Nabila mau?"
"Nggak, udah makan aja. Keburu imsak"
"Siap Naaaaabbb"
"Lu puasa Powl?" Tanya Rony.
"Iya, lu puasa nggak?" Tanya Paul balik.
"Puasa, puasa gua" jawab Rony dengan nada khasnya.
Beberapa menit kemudian ruang tamu sunyi, nabila yang mulai tertidur karena lelah. Dan Paul yang membereskan alat alat makannya.
Mata Rony kembali menunduk, memperhatikan gais yang sedang tidur di pangkuannya. Mata yang miliki pancaran indah ketika terbuka, ternyata tak kalah indah juga saat terpejam.
Mengingat beberapa hari lalu, saat Rony berusaha mengelak dari hatinya. Menepis perasaan yang mulai ada. Nyatanya, semakin di tepis semakin terpupuk juga cintanya, terlebih setiap hari melihat Salma tertawa.
Sudut bibir Rony mulai terangkat sedikit, menyunggingkan senyumnya. Tangannya terulur untuk mengelus puncak kepala Salma yang masih terbalut hijab.
"Tidurlah sayangku, mentari tlah menunggu sambutlah paaaagi naaaaantiii dengan hati tersenyum. Bermimpilah cinta, dengan segenap rasaa, kini tibalah saat nyaa kita harus berpisah🎶"
"Baru aja bahagia, udah pisah pisah aja" sahut Paul yang tiba tiba datang.
"Ya kan dia tidur, pisahnya karena dia tidur"
"Berarti habis ini lu juga pisah sama gua, karena gua mau tidur. KENYAAAAAANGG" ucap Paul.
"Powl, jan berisik"
"Ampun bucinnn" ledek Paul.
"Gua bucin dianya mau, lah elu? Mau bucin dia malah milih bantal hahah"
"Hm iya gua kalah sama yang udah mulai manjat tebing" pungkas Paul.
Mereka berampat tertidur di ruang tamu malam itu, dengan Paul yang tidur di atas karpet, Nabila di atas shofa, Salma tidur di paha Rony, dan Rony yang rela tidur dengan duduk demi Salma.
08.55
KAMU SEDANG MEMBACA
Aamiin paling serius (Salmon)
Teen Fiction"Terimakasih untuk bahagianya. Dengan siapapun gua nanti, lu punya ruang sendiri di hati gua sal" kata rony. Semua telah usai, dunia tidak benar benar berpihak pada mereka. Bertemu, lalu berpisah pada titik bahagia atas kesadaran cinta yang telah h...