23

550 30 4
                                    

"Gugurkan!!".

Jaemin menegang, jantung berdegup gencang, keringat dingin bermunculan di pelipisnya.

Jaemin sudah tahu ini akan terjadi sehingga dia tidak ingin memberitahu Harvy. Namun kecerobohan yang membawa petaka padanya sendiri. Jaemin lupa menyimpan berkas hasil rumah sakit miliknya.

"Ku bilang gugurkan anak itu!!", raut Harvy terlihat kelam membuat Jaemin semakin bergetar.

Jaemin menggeleng pelan.

"aku tidak meminta pertanggung jawaban mu...", Jaemin semakin mundur saat Harvy terus mendekatinya.

"ouh..., rupanya kau ingin aku yang melakukannya", Harvy mencekal tangan Jaemin yang teruh menjauh darinya.

Jaemin menggeleng ribut membuat bulir bening yang sejak tadi dibendung tumpah.

"Tidak!!. Aku pergi dan tidak akan menyusahkan mu...", Jaemin memberontak berusaha terlepas dari cekalan Harvy.

"Memangnya siapa yang mengizinkan mu pergi?!", Harvy menyentak kasar tangan Jaemin hingga membuatnya terhempas ke ranjang.

"ku mohon biarkan dia tetap hidup...", Jaemin telah memohon dan semakin takut melihat Harvy yang menyeringai sembari terus mendekat padanya.

"Harvy ku mohon..., jika kau tidak menginginkan anak ini biarkan aku pergi. Aku akan berjuang sendiri dan berjanji tidak akan muncul lagi di hadapan mu untuk selamanya!!", Jaemin memegangi perutnya yang masih rata sembari menatap penuh harap pada Harvy.

"tidak semudah itu. Aku masih membutuhkan tubuh mu!", Harvy berbisik penuh penekanan di telinga Jaemin.

Jaemin memejamkan mata sembari menarik nafas dalam.

"jika itu yang kau ingin kan, aku jamin anak ini tidak akan menghalangi mu. Kau bebas menikmati tubuh ku selagi tidak menyakitinya...", Jaemin berusaha untuk mempertahankan kehidupan di dalam perutnya.

"aku tidak janji...".

Harvy keluar dari kamar, meninggalkan Jaemin yang bernafas lega sembari berucap syukur.

Jaemin tersenyum sementara air matanya tidak berhenti turun.

"terima kasih...".

_

Jeno mengeringkan rambut sembari berkaca pada cermin meja rias di hadapannya. Memakai beberapa cream wajah dan sedikit polesan di bibirnya.

Sesekali Jeno juga melirik pada Mark yang masih terlelap. Jeno tersenyum, ini adalah hari minggu hingga dia memiliki banyak waktu untuk bersama Mark.

Jeno berjalan ke balkon namun sebelum itu dia memandangi sebuah pintu yang terletak di sisi sudut  kamar Mark. Sudah lama Jeno penasaran dengan pintu itu, tidak pernah terbuka dan Mark selalu diam setiap kali ditanya. Membuat Jeno tidak berani lagi mengusik perihal pintu itu.

Jeno merentangkan tangan, memejamkan mata sembari menghirup dalam udara segar di pagi hari. Sinar mentari menerpa paras cantik membuat kulit putihnya seperti bercahaya.

"morning baby...",

Suara berat yang sedikit serak berbisik di telinga Jeno.

Cup.

Mark mengecup bibir Jeno dari belakang sembari mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang ramping si cantik.

Jeno memutar tubuh, membuat mereka saling berhadapan. Mengalungkan tangan di leher Mark dan sedikit berjinjit untuk semakin mendekatkan wajahnya.

Mark menilik intens pada manik si cantik yang sengaja menggodanya.

Cup.

Jeno mengecup singkat bibir Mark setelahnya langsung hendak berlari. Namun sepertinya dia lupa tangan Mark yang masih menahan pinggangnya.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang