38

885 54 9
                                    

Byuurrr!!

Air, ternyata di dasar jurang itu air dan sialnya Jeno tidak bisa berenang.

Hunghh...

Jeno terombang-ambing di tengah riak yang berusaha menenggelamnya. Gelap pun semakin membuatnya sesak, berusaha menggapai sesuatu yang bisa membantunya.

"Uhukhh....!!",

Jeno tersedak air yang masuk ke dalam mulut. Hidungnya perih karena berusaha bernafas sementara air sudah mulai menenggelamkannya.

Set!

Sebuah tarikan cepat membuat Jeno dapat menghirup oksigen kembali.

Deg!

Jeno berusaha memberontak dari dekapan erat pada tubuhnya. Dia tahu betul dada bidang yang menempel di punggungnya ini milik siapa.

Jeno terus memberontak hingga membuat pria di belakangnya itu kesal. Dengan iseng Mark pun melepaskan dekapannya.

"Akhhh, Mark!!!",

Jeno kaget dan refleks memeluk pundak Mark. Bergelayut erat, takut akan terlepas lagi.

"Makanya, diam!. Bodoh, Kau ingin mati di sini?",

Sentakan kecil di telinganya membuat Jeno pasrah seketika.

Jeno semakin menguatkan pegangannya saat Mark mulai berenang ke tepi. Detak jantung mulai normal saat kakinya merasakan dasar air. Perlahan Jeno melonggarkan pegangannya, mulai membuat jarak dengan Mark.

Samar-samar Mark dapat melihat Jeno yang hanya menunduk. Entah takut atau memang enggan melihat padanya.

Mark merogoh sakunya lalu berdecak kesal.

Sial!

Membuang sebungkus rokoknya yang telah basah.

Click!

Memantik koreknya yang bermerk Jadeite ashtray and lighter, korek termahal di dunia dengan harga Rp 3,6 miliar.

Dengan cahaya itu Mark dapat melihat bahwa mereka berada di depan mulut goa.

Melirik si cantik yang tampak masih enggan dengannya, membuatnya berjalan acuh ke dalam goa.

Seringai tampan merekah saat mendengar langkah pelan mengikutinya di belakang. Mengurangi tempo jalan agar si cantik dapat mengimbanginya.

Dugh!

Kaki Jeno tersandung batu hingga membuatnya terjatuh.

Sret!

"Pegangan!",

Mark menggendong bridal style dan mengalungkan tangan Jeno di lehernya. Menyalakan lagi korek yang sebelumnya ditutup saat akan mengangkat Jeno.

Menyuruh Jeno berpegangan karena hanya tangan kanannya yang dapat menahan di paha Jeno sementara tangan kirinya memegang korek.

Cahaya korek yang begitu dekat, membuat Mark dapat melihat wajah Jeno yang penuh oleh luka gores bahkan di antaranya masih ada yang mengeluarkan darah.

Cup!

"Shhh...",

Mark mengecup dan sedikit menjilat luka itu hingga Jeno meringis perih.

"Manis. Rasa mu selalu manis, Cantik!", Mark menjilat bibirnya yang masih tersisa rasa manis yang baru saja dia cicipi.

Mark mendudukkan Jeno di atas tanah berpasir sementara dirinya mengumpulkan ranting kering yang terbawa arus ke dalam goa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang