37

529 55 6
                                    

"Ada apa Jen?!",

Jaemin terkejut melihat raut Jeno. Pucat Pasih dengan keringat bercucuran serta tubuh yang bergetar.

Jeno masih tergagap dengan nafas memburu. Detak jantung terasa bertalu hingga lidah pun ikut kelu.

"Jen, kamu kenapa...?",

Jaemin menatap bingung sembari mengusap pelipis Jeno yang basah oleh keringat.

Jeno masih diam namun tatapannya mencerminkan ketakutan yang sangat dalam.

"Jeno sayang...!",

Hingga sebuah seruan lembut dari luar menyadarkan Jeno akan situasi apa saat ini.

"Siapa di luar?",

Jaemin berjalan ke depan hendak membukakan pintu.

"Jaemin...!",

Dengan cepat Jeno mencegahnya.

"M-Mark di luar...",

Jeno semakin menggigil ketakutan.

"Ma-maksud mu...?",

"Ya, mereka menemukan kita...",

Sekarang Jaemin pun ikut ketakutan. Sementara di luar sana Mark dan Harvy terus memanggil mereka.

"Jeno...., Apa kau tidak merindukan ku, sayang?!",

"Jaemin buka pintunya!. Aku ingin menyapa anak ku....",

Jeno dan Jaemin saling tatap penuh ketakutan. Bingung harus melakukan apa, Mark dan Harvy telah menemukan mereka.

Kemana mereka harus pergi, tetap bersembunyi di sini sama saja dengan mencari mati.

Mereka semakin panik saat Mark dan Harvy mulai berusaha mendobrak pintu.

Brakh!!

Pintu terbuka karena di hantam keras oleh Mark. Wajah tampannya menyeringai saat tidak menemukan Jeno dan Jaemin.

"Rupanya mereka ingin bermain petak umpet dengan kita...",

Tatapannya tertuju pada sebuah pintu kamar yang tertutup rapat di depannya.

Klik!!

Tangannya menarik handle pintu, ternyata terkunci.

Tok!

Tok!

Tok!

"Sayang..., Aku tahu kau di dalam!",

Mark masih ingin bermain-main.

"Mark, berhenti bermain-main!. Aku sudah tidak sabar!",

Harvy langsung menghantam pintu itu hingga terlepas dari engselnya.

Lagi-lagi mereka hanya menemukan kekosongan. Mark mulai kesal, dia mengobrak-abrik isi kamar itu.

"Jeno, Berhenti bermain-main dengan ku...!",

Mereka memeriksa setiap sudut rumah hingga ke ruang dapur.

Shit!

Mark mengumpat saat melihat pintu belakang yang terbuka lebar.

"Cepat Harvy!. Mereka pasti belum jauh",

Dengan cepat mereka menyusuri jalan setapak yang menuju ke dalam hutan. Gelap, hanya diterangi remang-remang cahaya bulan.

.

.

.

"Na.., maaf!.",

Jeno tiba-tiba berhenti.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang