34

771 57 18
                                    

"Terima hukuman mu jalang !",

Jeno beringsut mundur, netra Mark begitu kelam menghujam tajam hingga membuatnya bergetar.

Grep!

Mark menangkap pinggang Jeno dan menahannya.

"Kenapa tubuh mu ini begitu murah hingga semua orang dapat menyentuhnya?!",

Mark meremat kuat pinggang Jeno hingga membuat si cantik meringis kesakitan. Jeno menunduk, tidak sanggup menantang manik kelam Mark yang mengintimidasi.

"Aku minta maaf...",

Jeno mengakui kesalahannya. Namun sepertinya maaf tidak berarti untuk Mark.

Mark memindai tubuh Jeno dengan seksama, menilik setiap incinya.

Fuck!

"Uhukkhh....",

Mark tiba-tiba mencekik Jeno. Hatinya panas saat melihat ruam merah yang begitu kentara. Menghapus tanda kepemilikannya.

"Kau benar-benar meminta kematian mu, Jeno!",

Tubuh Jeno melemas, cekikkan Mark semakin kuat. Bulir bening mulai menetes, membuat pandangannya buram. Namun masih samar melihat raut bengis Mark yang begitu sadis memperlakukannya.

Srett!

"Uuhhh...",

Mark menarik kasar tangannya membuat tubuh Jeno merosot ke lantai dengan nafas tersengal. Terbatuk-batuk menetralkan nafas sembari memegangi leher yang terasa nyerih.

Srekh!

"Akhh...!!",

Mark menjambak kasar surai si cantik hingga mendongak padanya. Menyeringai angkuh melihat Jeno yang begitu lemah di bawahnya. Lihatlah wajah merah penuh air mata sungguh membuat libido Mark terpancing.

"Shit !. Pantas saja semua pria menginginkan mu",

Mark mengumpat melihat wajah Jeno yang terlihat menggoda.

"Eumphhh...",

Dengan kasar Mark meraup rakus ranum manis candunya. Menggigit brutal mengabaikan ringisan dan rengekkan Jeno. Mengobrak-abrik sesuka hati, membelit ganas hingga menimbulkan kesenangan tersendiri untuknya.

"Eunghh...",

Jeno meremat lengan kekar Mark, ciuman Mark terlalu panas hingga membuatnya kesulitan bernafas.

Mark tidak peduli tetap melanjutkan sesapan brutal, menghisap kencang lidah Jeno hingga tetesan Saliva tercecer hingga ke dagu.

"Eumphhh....",

Wajah Jeno semakin memarah, sungguh dia butuh oksigen. Dengan pelan dia sedikit mendorong dada Mark.

"Kau menolak ku?!",

Jeno menggeleng cepat, namun Mark tidak bisa mengerti. Emosi terlalu menguasai hati mengalahkan empati dan belas kasih.

Plak!

Plak!

Tanpa iba Mark menampar wajah cantik sang kekasih. Begitu kuat hingga membuatnya terjerembab dengan sudut bibir yang robek. Merah darah segar mengalir hingga ke dagu kontras dengan kulit putihnya.

Jeno bergetar, pipinya berdenyut nyerih. Telinga berdengung hebat, masih terasa bagaimana punggung dan telapak tangan Mark mendarat di pipinya.

"Shhh...",

Jeno merintih, menyentuh sudut bibir yang berdarah.

Srett!!

Mark menyeret Jeno yang masih tersimpuh di lantai. Menulikan telinga terhadap rintihan si cantik.

Sweet but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang