Part 38 GV🏍️

1.4K 50 7
                                    

-Happy Reading-

Di malam yang begitu indah, di bawah sinar bulan yang terang. Reyfan dan Sintia sedang berada di taman, melihat keindahan danau di malam hari.

"Kenapa lo ngajak gue kesini?" tanya Sintia, bukankah tadi Reyfan mau mengantarnya pulang, setelah mengunjungi rumah Melani.

"Gue punya sesuatu buat lo." ucap Reyfan, mengeluarkan sesuatu dari jacketnya.

Reyfan memberikan sebuah kotak perhiasan kepada Sintia yang berisikan kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit.

"Untuk gue?" tanya Sintia, sambil menyentuh kalung tersebut.

Reyfan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Sintia dengan tersenyum, mencoba untuk memakai kalung tersebut, tapi tak bisa.

Akhirnya, Reyfan berinisiatif untuk membantu, "Sini, gue bantu." Reyfan mengambil kalung tersebut dari tangan Sintia, lalu memakaikan kalung tersebut di leher Sintia.

Tatapan Reyfan tidak bisa lepas dari wajah cantik Sintia, "Cantik." ucap Reyfan.

"Apa yang cantik, Fan?" tanya Sintia penasaran.

"Kalungnya." jawab Reyfan gengsi.

Sintia berharap Reyfan mengatakan bahwa dia lah yang cantik, tapi jawaban dari Reyfan membuat harapannya pupus.

"Ada apa?" tanya Reyfan, melihat wajah Sintia yang terlihat cemberut.

"Gue pikir, lo mau bilang kalo gue yang cantik." jawab Sintia jujur.

Reyfan terkekeh pelan, dia mengelus kepala Sintia, "Gue mau jawab pertanyaan lo, tentang kenapa gue ngajak lo kesini." ucap Reyfan.

"Bukankah lo ngajak gue kesini untuk memberikan kalung ini?" tanya Sintia menyentuh kalung yang terpasang manis di lehernya.

Reyfan menggeleng-gelengkan kepala, "Bukan. Gue ngajak lo kesini, karena gue mau nunjukin ke bulan betapa cantiknya Sintia Naura Kasih." jawab Reyfan.

Blushing? tentu saja, Sintia blushing mendengar ucapan Reyfan. Walaupun memiliki sifat yang dingin, ternyata Reyfan romantis juga.

"Gue rasa, seharusnya kita ngubah cara kita memanggil satu sama lain." ucap Reyfan.

"Maksudnya?" tanya Sintia bingung, panggilan apa yang dimaksudkan Reyfan.

"Kata gue-lo seharusnya diganti aku-kau/kamu." jawab Reyfan.

"Boleh, aku setuju dengan pendapatmu." ucap Sintia.

"Aku juga sedang berpikir untuk memanggilmu dengan sebutan apa setelah kita menikah nanti." sambung Sintia. Gadis itu tampak berpikir sejenak.

Reyfan menyentuh pipi Sintia, "Kau dapat memanggilku dengan sebutan sayang, suamiku atau apapun itu, asalkan kau bahagia." ucap Reyfan.

Sintia sudah tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang memerah seperti tomat.

"Ayo, kita pulang." ajak Reyfan.

Reyfan berjalan sambil menggandeng tangan Sintia, "Aku akan menjemputmu besok." ucap Reyfan.

"Kau tidak perlu menjemputku, besok. Karena, aku sudah memiliki janji dengan Melani." ucap Sintia menolak dengan lembut.

"Baiklah." ucap Reyfan.

🏍️🏍️🏍️

Reyfan dan Sintia menghabiskan waktu bersama dengan romantis di taman, berbeda jauh dengan pasangan ReyFiq yang sedang asik makan bakso di tempat langganan mereka.

"Han, coba dong punya lo." pinta Fiqiara, sambil menatap bakso Reyhan yang terlihat lebih enak dari miliknya.

"Nggak, makan aja punya lo sendiri." ucap Reyhan tanpa memperdulikan wajah kesal Fiqiara.

"Kok lo jahat banget sih sama gue. Gue cuma mau nyicip dikit aja, nggak boleh." ucap Fiqiara dengan kesal.

"Biarin." ucap Reyhan, sambil menjulurkan lidah bermaksud mengolok Fiqiara.

Dengan perasaan kesal, Fiqiara mencurahkan begitu banyak cabe di kuah bakso Reyhan, "Makan tuh bakso!" ucapnya.

Reyhan menatap Fiqiara sebentar, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam jacketnya. Reyhan meletakkan sebuah kotak perhiasan di atas meja, saat Fiqiara hendak mengambilnya, Reyhan lebih dulu menarik kotak tersebut.

"Itu apa, Han?" tanya Fiqiara sambil menunjuk kotak perhiasan yang dipegang oleh Reyhan.

Reyhan tersenyum menatap kotak perhiasan tersebut, "Sebenarnya gue mau memberikan ini kepada lo, Fiq. Tapi—" ucapnya menggantungkan kalimat.

"Tapi apa?" tanya Fiqiara, gadis itu sangat kepo dengan isi di dalam kotak tersebut.

"Karena, lo udah nyurah cabe banyak di kuah bakso gue. Jadi, kalo lo mau ini kotak, lo harus makan bakso gue." ucap Reyhan mendorong mangkuk baksonya kepada Fiqiara. Sebenarnya, Reyhan hanya ingin menjahili gadis itu saja.

Fiqiara melihat kearah kuah bakso yang terlihat sangat merah, gadis itu menelan air liurnya sendiri sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Hehe, lo yakin nyuruh gue makan ini?" tanya Fiqiara sambil cengengesan.

Reyhan menganggukkan kepalanya, "Yakin 100%, Fiq." ucap Reyhan.

Mau tak mau Fiqiara memakan bakso tersebut, karena jiwa kepo gadis itu yang terlalu tinggi. Baru saja makan beberapa suap, wajah Fiqiara sudah mengeluarkan begitu banyak keringat.

Reyhan menatap Fiqiara dengan perasaan kasian dan perasaan yang puas karena sudah menjahili gadis itu.

Reyhan menahan tangan Fiqiara yang hendak makan sesendok lagi, "Udah, jangan diterusin, Fiq!" ucap Reyhan.

Reyhan membuka kotak perhiasan tersebut di depan Fiqiara, dan terlihat sebuat kalung berbentuk bintang.

"Buat lo." ucap Reyhan.

"Tumben, mimpi apa lo kemarin?" tanya Fiqiara.

Reyhan memutar matanya malas, Fiqiara ini tidak bisa di ajak serius sedikit saja.

"Mimpi nikahin lo." jawab Reyhan asal.

"Nyenyenye, pakaiin dong." pinta Fiqiara.

Reyhan memakaikan kalung tersebut dengan kesulitan karena Fiqiara tidak mengangkat rambutnya. Fiqiara sibuk melanjutkan makannya yang tertunda, gadis itu tidak memakan bakso Reyhan lagi, tetapi baksonya sendiri.

"Woi, Fiq, angkat dulu rambut lo!" ucap Reyhan sedikit kesal.

Fiqiara ikut merasa kesal, karena Reyhan berbicara tepat di samping telinganya, "Ya!" ucapnya.

"Dimana lo beli kalung ini?" tanya Fiqiara. Menurut Fiqiara, Reyhan bukanlah orang yang begitu romantis, sampai-sampai membelikannya hadiah.

"Di toko perhiasan, lah! Kemarin Reyfan ngajak gue ke toko perhiasan buat beliin Sintia sesuatu. So, gue beliin juga buat lo." ucap Reyhan menjelaskan.

"Walaupun gue orangnya nggak romantis. Tapi, semua ucapan gue ke lo itu serius." sambung Reyhan dengan ekspresi yang tidak pernah dia tunjukkan selama ini.

Fiqiara merasa bingung, perasaannya sejak kapan Reyhan mulai mengucapkan kata-kata manis.

Fiqiara menyentuh jidat Reyhan, "Lo nggak demam." ucapnya santai.

Wajah Reyhan kembali kesal, sambil mengomel tak jelas. Fiqiara melihat Reyhan seperti itu merasa gemes.

"Eh, gue ada rahasia. Tapi, lo harus rahasiain ini dari ketiga sahabat lo yang lain." ucap Fiqiara sambil berbisik.

"Rahasia? Apaan tuh?!"

-TBC-

Jangan lupa vote and comment🤍

See you next part✨🤍

27 June 2023🏍️

GAVAL |Ganar & Valentía|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang