Part 19 GV🏍️

5.8K 382 37
                                    

-Happy Reading-

Hari ke-2 di Italy. Daven dan Melani akan pergi ke acara pembukaan geng motor Valentía yang ketiga. Mereka tidak hanya pergi berdua, melainkan berempat, bersama Mark dan Michelle.

Melani menjulurkan tangannya kepada Michelle, "Minjam kunci mobil lo." ucap Melani.

"Hah? buat apa?" tanya Michelle tidak mengerti. Untuk apa kunci mobil? pikirnya.

"Lo mau kesana pakai mobil, Mel?" tanya Mark.

Melani mengangguk, "Gue sama Daven mau belanja buat pulang besok."

"Harus ya pulang besok?" tanya Mark.

"Gue kesini cuma bisa 3 hari. Lagian acara pernikahan gue sama Daven tersisa 3 hari lagi. " jawab Melani, memeluk erat lengan Daven.

"Kalo gitu gue ikut kalian pulang ke Indonesia." ucap Mark.

Mendengarkan ucapan Mark membuat Daven memutar bola matanya malas. Mark selalu saja berada diantara dirinya dan Melani.

Dasar parasit. ~ batin Daven.

"Kapan kita akan berangkat, Baby?" tanya Daven menatap Melani dengan penuh cinta. Memeluk pinggang Melani posesif, seolah memberitahu bahwa Melani hanya miliknya, MILIK DAVEN RICHARD.

"Now." jawab Melani.

"Ck, Bulol!" ucap Mark berdecak kesal menatap kepergian Daven dan Melani.

"Daripada lo, Jolol!" ucap Michelle kepada Mark.

"Maksud lo?"

"Jomblo tolol."

Michelle tertawa senang melihat wajah sahabatnya yang berubah datar plus kesal.

"Let's go, Brother."

°°°

Di rumah Deviana lebih tepatnya di dapur, terlihat ketiga gadis yang sibuk bergulat dengan alat-alat masak.

"Mau potong panjang atau kotak?" tanya Fiqiara yang sedang sibuk mengupas kulit kentang.

"Kotak lah, kita mau buat sayur sup bukan kentang goreng!" jawab Deviana ngegas. Gadis itu sedang fokus membuat kuah sup, agar rasanya sesuai dengan resep yang Mama Raina berikan.

"Hehe, sellow, De." ucap Fiqiara cengengesan.

"Ayam udah selesai gue goreng, sekarang buat apa lagi?" tanya Sintia, memindahkan piring yang berisi ayam goreng.

"Sambal." jawab Deviana.

"Bener tuh, kurang lengkap kalo nggak ada sambal." ucap Fiqiara ikut menimbrung.

"Tapi jangan terlalu pedas, Sin." titah Deviana. Pasalnya gadis itu tidak tahan dengan cabe, dan para sahabatnya sudah hafal tentang itu.

"Gue tahu kok kalo lo nggak tahan pedas, De." balas Sintia.

"Hehe, emang the best lo."

Sintia menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sambal, seperti tomat, cabe, dan beberapa bumbu dapur lainnya.

"Lama banget lo motong kentang, Fiq."

"Ini potongan yang terakhir."

"Sekalian wortel ya, Fiq."

GAVAL |Ganar & Valentía|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang