Part 39 GV🏍️

1.3K 58 1
                                    

-Happy Reading-

Di jalanan yang sepi, tempat dimana Daven dan Melani pernah balapan dulu. Kini pasukan inti Valentía kembali lagi ke jalanan tersebut. Hanya terdapat Melani, Deviana, dan Sintia. Fiqiara? gadis itu sedang dalam perjalanan menuju kesana.

"Lo yakin bisa, Mel?" tanya Sintia sedikit kurang yakin dengan tindakan yang akan dilakukan Melani.

Melani menepuk pundak Sintia, "Gue bisa dan gue yakin." jawab Melani penuh keyakinan.

"Lo nggak memberitahu Daven soal ini?" tanya Deviana penasaran.

Melani cengengesan mendengar pertanyaan dari Deviana. Apa Melani sejujur itu untuk memberitahu Daven apa yang akan dia lakukan. Jika Daven tahu, mungkin saja suaminya itu akan mengurung Melani di kamar.

"Gue cuma bilang kalo gue ada janji sama kalian." jawab Melani.

Deviana dan Sintia menepuk jidatnya pusing, "Kalo Daven tahu bakal abis lo, Mel." ucap mereka.

Melani menaikkan bahunya acuh, "Emang kalian berdua ada bilang sama calon suami kalian itu?" tanya Melani balik.

Deviana dan Sintia menggeleng-gelengkan kepala, "Gue nggak berani bilang hal ini ke Reyfan." ucap Sintia.

"Gue malas bilang ke Bryan, kalian tahu kan mulut Bryan tu nggak bisa berhenti bicara." jelas Deviana.

Melani memutar matanya malas, sama-sama berbohong juga, kenapa hanya Melani yang diperingatkan.

Sebuah ide jahil terlintas dipikiran Melani, "Lo juga hati-hati, Sin. Reyfan sama Daven nggak beda jauh." ucap Melani kepada Sintia.

Wajah Sintia langsung berubah khawatir setelah mendengar perkataan Melani. Sintia berpikir sejenak, sifat Reyfan dan Daven memang tidak jauh berbeda, keduanya memiliki sikap dingin dan cuek.

Sintia menggoyangkan lengan Melani, "Kalo Daven lagi marah, biasanya dia ngapain?" tanya Sintia.

Melani mengerti, ternyata Sintia takut jika Reyfan marah kepadanya.

"Daven biasanya diam seribu bahasa kalo lagi marah." jawab Melani asal, pasalnya Daven tidak pernah marah kepada Melani, kecuali cemburu. Itu sebabnya setelah menikah, Daven lebih posesif dan manja kepadanya.

"Tapi, lo tenang aja, Reyfan nggak bakal diamin lo, kok!" ucap Melani, sambil menahan tawa.

"Tapi, itu mungkin aja." sambung Melani.

Saat Sintia hendak mengambil ponselnya dari saku celana, Deviana menahan tangan gadis itu.

"Lo mau ngapain, Sin?!" tanya Deviana panik.

"Mau nelpon Reyfan, lah!" jawabnya.

"Lo mau cari mati nelpon dia, sekarang?" tanya Deviana lagi.

Sintia terdiam, gadis itu tidak jadi mengambil ponselnya, "Lo tenang aja, Melani cuma bercanda." ucap Deviana.

Sintia menatap Melani dengan kesal, dan Melani hanya bisa tertawa melihatnya.

"Reyfan itu bucin banget sama lo, Sin. Jadi, dia nggak bakal marah karena masalah kecil ini." ucap Melani dengan serius.

"Lo yakin?" tanya Sintia.

"I.Y.A!" jawab Melani penuh penekanan di setiap hurufnya.

"HEY! CECAN DATANG!" teriak seseorang dari atas motor.

Melani, Deviana, dan Sintia, cengo melihat Fiqiara yang datang bersama Reyhan.

Sintia menarik tangan Fiqiara saat gadis itu sudah turun dari atas motor, "Lo ngajak kita mati? ngapain lo ngajak Reyhan?!" tanya Sintia berbisik.

GAVAL |Ganar & Valentía|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang