Part 7 GV🏍️

8.6K 583 54
                                    

-Happy Reading-

Gimana kabarnya prens? Sehat?
Yaudah kalo sehat, Alhamdulillah.

Lanjut!!!

Sudah tiga hari setelah kejadian di rumah Sintia, dan sudah tiga hari pula Melani menjaga jarak dari Daven. Entah karena sibuk atau apa, setiap Daven datang ikut nongki dengan para sahabatnya, Melani langsung pergi. Alasannya karena ada kelas atau keperluan yang harus diurus.

Tepat seperti saat ini, kini mereka berkumpul di Kantin tanpa Daven. Setelah hari perjodohan itu, mereka selalu pergi bersama-sama. Mereka adalah Reyfan, Sintia, Reyhan, Fiqiara, Bryan, Deviana, dan Melani, jika saja Daven tak ikut nongki maka Melani akan berada di dekat mereka.

Bahkan para sahabatnya pun menyadari sikap Melani yang selalu pergi saat Daven tiba.

"Udah, Mel. Jangan banyak-banyak cabenya, nanti lo sakit perut." saran Deviana, sedari tadi dirinya menyadari Melani sudah mencurahkan cabe begitu banyak. Bahkan membuat dirinya merinding sendiri, karena Deviana tak tahan pedas. Berbeda dengan ketiga sahabatnya yang sangat menyukai pedas.

Melani menghentikan kegiatan mencurah cabenya, Ia teringat tentang Daven yang mengatakan kalimat yang sama tempo hari seperti yang Deviana ucapkan.

Melihat Melani yang termenung memikirkan sesuatu, Fiqiara memberanikan diri menyenggol lengan gadis itu agar tersadar dari lamunannya.

"Makan tuh! Jangan melamun mulu!"

Melani mengangguk dan melanjutkan acara makannya. Berbeda dengan keenam sahabatnya yang terus menatapnya intens.

"Kalian ngapain liatin gue terus? Kalian gak mau makan?" tanya Melani tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain. Dirinya masih fokus dengan bakso yang di belinya. Sahabatnya sudah gelagapan dan membuang muka ke sembarang arah agar tak melihat ke arah Melani.

"Ini mau makan kok kita. Iya kan, Sayang?" tanya Reyhan ke arah Fiqiara yang duduk di sebelah Melani.

Fiqiara berdiri, mencondongkan tubuhnya ke depan. Sampai wajahnya berhadapan langsung dengan wajah milik Reyhan. Dia langsung berteriak, "IYA, SAYANG!"

"FAN, FAN. JANTUNG GUE, FAN!" teriak Reyhan memegangi dadanya.

"Kenapa jantung lo?" tanya Bryan terlewat santai.

"Kena serangan jantung?" tanya Sintia sedikit panik. Berbeda dengan Reyfan yang sudah jengah dengan tingkah Reyhan yang selalu mendrama.

"Jangan meninggal dulu, Han! Kita belum nikah, harta warisan lo belum ganti ke nama gue!" ucap Fiqiara seolah sedih.

Seketika Reyhan mengelus dadanya sabar dan mengucap banyak istigfar setelah mendengar penuturan Fiqiara tadi, "Astagfirullah! Nikah aja belum, warisan udah di bicarain."

"Masa depan kan harus direncanakan dari sekarang." ucap Fiqiara.

"Mau punya anak berapa di masa depan?" tanya Reyhan santai tanpa beban dan mendapat pelototan tajam dari Fiqiara.

"Gila sih! Nikah belum, udah ngomongin anak aja." ucap Bryan, mendapat anggukkan dari para sahabatnya.

"Udah woy, jangan ngomongin nikah mulu. Kasian Melani belum ada pawangnya." ucap Deviana.

"Lah, Daven kan pawangnya Melani." ucap Reyhan.

"Hah? Beneran?" ucap Bryan Dan Deviana bersamaan, jangan lupakan mata mereka yang melotot sempurna.

"Tiga hari yang lalu, waktu acara perjodohan gue sama Reyfan. Melani datang ke rumah gue bareng Daven, katanya sih mereka habis belanja ke supermarket." ucap Sintia.

GAVAL |Ganar & Valentía|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang