Rine menyedot es kopi-nya dengan tatapan menerawang ke depan, kedua tangannya terlipat di atas meja. Saat menyadari minumannya yang habis dan hanya tersisa es batu saja, ia lantas menegakkan duduknya, lalu menghela napas panjang.
Perkataan Ashraf masih terngiang-ngiang di kepalanya. Jadi dia hanya butuh seks? Itukah alasannya menikah? Tapi masa iya, pria seumuran Ashraf hanya berpikiran soal itu. Maksudnya, dia pasti membutuhkan pasangan yang bisa bersamanya hingga tua, memiliki anak-anak lucu, dan saling mencintai. Rine saja yang suka main-main, tentunya ingin memiliki kehidupan seperti itu. Pernikahan bahagia, memiliki anak, dan hidup menua dengan lelaki yang dicintainya. Atau mungkin ... Ashraf tidak percaya cinta?
"Moni?"
"Ya, Mbak?"
"Kamu sudah berapa lama kerja dengan Ashraf?" Tanya Rine pada Moni yang duduk di hadapannya. Perempuan itu meletakkan Ice Matcha Latte-nya.
"Mm ... udah sekitar 4 tahunan, Mbak."
"Kok kamu betah sih kerja sama dia?"
Moni terkekeh. "Soalnya dulu, cuma Pak Ashraf yang mau terima saya kerja Mbak, padahal saya cuma lulusan SMA."
Rine mengangguk-angguk samar. "Terus, dulu dia itu gimana? I mean—apakah dia punya banyak hubungan dengan perempuan?"
Secepat kilat Moni menggeleng. "Nggak, Mbak. Pak Ashraf itu setia banget orangnya."
Dahi Rine langsung mengerut, bahkan tanpa berpikir panjang Moni langsung membatahnya.
"Setahu saya, dulu Bapak itu cuma berhubungan sama satu perempuan aja, Mbak. Selain itu nggak ada lagi."
"Kapan hubungan mereka selesai?"
"Mm ... sekitar dua tahun yang lalu, setelah itu Pak Ashraf single lama, sampe akhirnya ketemu Mbak Rine."
"Emang dulu, dia putus itu gara-gara apa?"
Pertanyaan Rine sontak membuat Moni terdiam, ia seperti sedang berpikir, apakah harus berbicara atau tidak. Ada keraguan dalam sorot matanya.
Melihat itu, lantas Rine pun menghela napas. "Moni, pernikahan saya sama Ashraf itu terjadi karena perjodohan. Saya bahkan baru kenal dia sekitar 2 bulan. Kamu tau sendiri Ashraf gimana, dia nggak banyak ngomong. Cerita soal dirinya aja dia nggak pernah, saya jadi bingung harus ngertiin dia itu dari mana." Rine memasang wajah memelas seolah ingin mendapatkan simpati dari Moni. Yaa memang sih, apa yang Rine katakan itu sepenuhnya benar. Tapi, alasan dia bersikap memelas di hadapan Moni, agar Moni mau membuka mulut saja, mengenai bagaimana kehidupan Ashraf. Kalau tidak seperti itu, Moni pasti tak akan berbicara banyak, mengingat dia sepertinya sangat patuh dengan Ashraf.
"Mm ... sebenernya ini privasi Pak Ashraf sih, Mbak ... bukan hak saya juga untuk cerita. Tapi karena Mbak Rine istrinya ...."
Mata Rine melebar penuh antusias, ia mengangguk-angguk seolah sangat siap mendengarkan Moni.
"Jadi, dua tahun yang lalu Pak Ashraf itu udah hampir menikah sama mantan pacarnya. Tapi ... H-1 pernikahannya itu tiba-tiba batal, Mbak. Nggak ada yang tau alasannya kenapa."
"Siapa yang batalin?"
Moni menggeleng. "Kalo soal itu, hanya Pak Ashraf aja yang tau, mbak. Soalnya beliau nggak pernah cerita ke siapapun, termasuk keluarganya."
Rine langsung terdiam, ia mengalihkan pandangannya ke luar Cafe. Apakah itu penyebab Ashraf tidak percaya dengan cinta?
***
"Apa yang masih jadi kendala?" Ashraf melepas Jas, usai menggantungnya ia lalu beranjak duduk di sofa, berhadapan dengan pria seumuran dengan dirinya. Dia adalah Rudy, Sutradara sekaligus teman yang sudah sangat lama Ashraf kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold ✔
Romance18+ He's so cold and i'm burning. He's ice and i'm fire. ****** Florine Salim (called: Rine) Ashraf Danujaya (called: Ash) Keduanya memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Jika Ashraf adalah es maka Florine merupakan api. Ashraf sangat dingin...