Chapter 18

2.6K 190 26
                                    

"I think ... I'm in love with you ...."

Ashraf terdiam cukup lama usai mendengar pernyataan cinta Rine yang begitu tiba-tiba. Ia hanya menatap Rine dan akhirnya tersenyum tipis. Tangan Ashraf yang masih berada di pinggang Rine pun mengelus lembut.

"Let's sleep," lirih Ashraf.

***

Di meja makan, Rine diam-diam menatap Ashraf seraya menikmati sarapannya. Ini adalah pagi tercanggung yang ia pernah alami selama bersama lelaki. Bagaimana tidak? Rine rasanya ingin mengulang waktu jika mengingat-ingat pertanyaan cintanya semalam. Katakan saja mungkin Rine terlalu terbawa suasana, tapi meski begitu, bukankah setidaknya Ashraf memberikan respon yang lebih baik? Lelaki itu justru mengajaknya untuk tidur seolah ingin melarikan diri dari hadapan Rine.

Rine meneguk air putihnya, ia tidak siap jika hari ini berhadapan dengan Ashraf sepanjang hari. Haruskah Rine tidak usah berangkat bekerja? Tapi apa alasannya? Terlebih penampilannya sudah siap untuk bekerja.

Ah, Rine punya ide. Ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan kemampuan aktingnya.

Rine meletakkan gelas air putih. Ia menundukkan wajahnya semakin dalam, satu tangannya menopang kening.

"Kayaknya aku nggak bisa berangkat kerja deh hari ini."

Ashraf yang semula hanya fokus dengan makanannya pun menatap Rine. Dahinya mengerut. "Kenapa, Rine?"

Rine mengangkat wajahnya dengan ekspresi lemas. "Kepala aku tiba-tiba pusing."

"Yaudah kamu istirahat aja. Ayo, aku antar ke kamar."

Perlahan Rine mengangguk, Ashraf lantas beranjak menghampiri Rine, ia membantunya untuk berdiri. "Kuat jalan?"

Rine kembali mengangguk lalu Ashraf memapahnya berjalan menuju kamar.

"Susi, tolong carikan obat sakit kepala ya. Nanti bawakan ke kamar saya," ucap Ashraf ketika berpapasan dengan pelayannya yang hendak menuju dapur.

"Baik, Pak."

***

Ashraf menaikkan selimut saat Rine sudah berbaring di ranjang. Ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Sementara itu, tatapan Rine berubah was-was melihat hal tersebut. Ia takut Ashraf menghubungi dokter.

"Kamu telfon siapa?"

"Frans. Aku mau kabarin dia untuk reschedule meeting pagi ini."

Tatapan Rine melebar. "It's okay. You can go. Don't worry about me."

"Tapi—"

"Ash, aku cuma pusing. Bukan sekarat. Oke?"

Ashraf pun terdiam, ia lalu menurunkan tangannya yang memegang ponsel. "Oke." Ponsel Ashraf berdering dan ia langsung mengangkat. "Nggak jadi, Frans," ucapnya lalu mengakhiri panggilan tersebut, tepat setelah itu Susi muncul membawa nampan berisi air putih dan obat.

"Permisi, Pak, Mbak." Susi meletakkan nampan tersebut di nakas.

"Terima kasih, Susi."

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang