Extra Chapter

3.1K 138 13
                                    

This Extra Chapter I dedicate to my dear readers who have given a lot of love to Rine and Ashraf 💝

••••••

Jika ada daftar pagi terindah dalam hidup Rine, pagi ini pasti masuk dalam lis-nya. Rine tak kuasa menahan senyuman kala melihat Ashraf yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Tetesan air jatuh dari rambut hitamnya yang basah. Tubuh kekar Ashraf bak pahatan patung Dewa Yunani menjadi kombinasi yang indah dengan wajah tampannya. Sempurna. Lelaki-nya benar-benar sempurna di usianya yang sangat matang.

"Do you enjoy the view?" Ashraf tentu tahu bahwa sedari tadi Rine memperhatikan dengan senyum tipis di bibirnya. Ia melihat Rine yang masih terbaring di ranjang melalui pantulan cermin rias di hadapannya. Istrinya itu terkekeh kemudian beranjak bersandar di kepala ranjang.

"I do." Rine berucap tanpa ragu. "Kamu jadi berangkat ke kantor?"

Pertanyaan Rine membuat Ashraf menoleh dan berbalik menghadapnya. Semenjak kembali dari Paris untuk menyusul Rine, Ashraf memang belum kembali bekerja di kantornya. Semua pekerjaan masih ia monitor melalui rumah dan jika ada dokumen yang perlu ditanda tangani secara langsung maka Frans yang akan datang membawanya. Ashraf masih enggan untuk kembali ke kantor sebab kini ia lebih menikmati waktunya bersama Rine, walau sepanjang hari hanya menghambiskan waktu di ranjang tidur mereka. Entah itu menikmati tontonan film, membaca buku, atau berakhir pada aktivitas panas yang menguras energi mereka.

"Kalau kamu minta aku tetap di sini, aku nggak akan berangkat."

Tubuh Rine menegak, kedua alisnya naik. "Really?!"

Ashraf mengangguk.

Mengingat bahwa Ashraf memiliki urusan yang sangat penting, ekspresi Rine berubah dengan cepat. "Jangan deh ... Frans bilang kamu harus hadir di rapat itu. I don't wanna cause the problem."

Tangan Ashraf melipat di atas dada. "What's problem? Is being by my wife's side all day long is a problem? Kalau ada yang berani mempermasalahkan itu, I will cut them off."

Hal seperti itu dikatakan oleh pria yang semula sangat gila kerja, tentu saja Rine langsung terperangah mendengarnya. Pipinya sampai-sampai meremang. Semanis apapun rayuan lelaki yang pernah diberikan padanya, itu semua akan kalah hanya karena perkataan dan sikap posesif Ashraf.

Rine mengedipkan matanya beberapa kali dan menggeleng-gelangkan kepalanya. "Nggak. Nggak bisa gini. You should go sebelum aku berubah pikiran."

Ashraf melepaskan lipatan tangannya, ia kemudian beranjak duduk di tepi ranjang tanpa melepas pandangannya dari Rine. "Are you sure? Rapat itu mungkin akan sangat lama, Rine. Aku rasa aku nggak akan sanggup terlalu lama jauh dari kamu."

Sekuat tenaga Rine meyakinkan diri untuk tidak tergoda dengan godaan setan. Bukan Ashraf, tapi setan itu ada dalam diri Rine. Sebab jika Rine tidak membiarkan Ashraf pergi ke kantor, maka ia akan terus menempel pada suaminya sepanjang hari.

"Iya serius. Udah cepet kamu siap-siap. Sebentar aku pilihin pakaiannya, ya?" Rine menyibak selimut dan beranjak turun dari ranjangnya. Ketika ia melangkah hendak menuju ruang pakaian mereka, tiba-tiba Ashraf meraih tangan Rine, menariknya hingga wanita itu duduk di pangkuannya. Rine hampir memekik karena ia sangat terkejut dan tak menduga bahwa Ashraf akan membawa Rine di atas pangkuan lelaki itu yang hanya mengenakan handuk putih.

"Kamu belum kasih aku morning kiss."

Mata Rine tak berkedip sedikit pun hingga bibir Ashraf menempel pada bibir ranumnya. Bukan sekedar ciuman biasa, Ashraf bahkan memberikan hisapan-hisapan kecil pada bibir atas dan bibir bawah Rine sehingga membuat Rine tak kuasa untuk mengalungkan kedua lengannya di leher Ashraf dan membalas lumatan lelaki itu. Ketika Rine merasakan telapak tangan Ashraf sudah naik mengelus tulang punggungnya, Rine langsung melepaskan ciuman bibirnya hingga menciptakan bunyi cepakkan lembut.

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang