Chapter 36

2.9K 190 27
                                    

Kedua tangan Rine memegang setir mobil sangat erat, matanya menatap tajam tak berkedip. Di benaknya masih terbayang-bayang bagaimana Ashraf mengusirnya pergi, lelaki itu lebih memilih Jessica di saat seperti ini. Baiklah. Persetan dengan Ashraf. Malam ini Rine akan melupakannya sejenak. Ashraf dan Jessica? Masa bodoh apa yang mereka lakukan di sana!

Rine menarik kaca sun visor, ia mengambil lipstick merahnya lalu dipoleskannya ke bibir. Ia keluar dari mobil dan menutupnya dengan kecang. Menarik keliman dress pendeknya kemudian Rine melangkah dengan gemulai memasuki club malam.

Kedatangan Rine disambut oleh teman-temannya yang duduk melingkar di sofa. Ia melambaikan tangan seraya tersenyum ceria, mengambil gelas beer lalu melakukan cheers dan meneguknya dengan cepat seolah tidak ada hari esok. Rine melebur dengan musik DJ yang sangat kencang dan lampu warna-warni yang memusingkan mata.

Malam ini. Setidaknya untuk malam ini Rine ingin melupakan amarah yang ada dalam dirinya.

***

Di dalam kamar Hotel, Ashraf masih terjaga meski malam sudah makin larut. Melalui jendela, ia memandang ke luar seorang diri. Bayangan akan Rine yang datang ke kamar hotel lalu diusirnya pergi masih terekam jelas di kepala Ashraf.

Ia harus melakukan itu semua dan Ashraf berusaha untuk tidak menyesali tindakannya. Meski rasanya begitu sangat sakit di dalam sana.

Ashraf tidak akan berkilah atau mencari pembenaran atas sikap dan tindakannya. Ia memang brengsek dan Ashraf menyadari itu. Tapi di saat seperti ini, dari pada berpura-pura dan memaksakan keadaan, Ashraf lebih baik bersikap brengsek dan menjadi penjahat dalam cerita ini. Caci maki saja Ashraf sepuasnya, ia tidak peduli karena itu semua tidak ada artinya dibandingkan dengan takdir yang sudah mempermainkan hidupnya.

Lamunan Ashraf buyar ketika mendengar dering ponselnya. Ia melihat Rine menelfon di waktu 2 pagi seperti ini. Ashraf pun memutuskan untuk mengangkatnya.

"Brengsek." Itu adalah kata pertama yang dilontarkan oleh Rine.

"...."

"Hahah iya kamu brengsek." Suaranya terdengar melantur layaknya orang mabuk. "Gimana? Seru nggak? Spending night with your ex girlfriend?" Rine terkekeh. "How is she? Is she greater than me?"

"Kamu di mana?" Ashraf bertanya.

"Jawab aku duluu." Rine merengek kesal.

Ia menghela napas pendek. "Kamu di club?"

"Nggak usah sok care deh!"

"Rine!! Let's go home!!"

Mata Ashraf terpejam erat saat mendengar suara perempuan memanggil Rine di seberang sana.

"Kasih ponsel kamu ke temen kamu." Perintah Ashraf.

"Apaan sih!"

"Rine. Kasih ponsel kamu ke temen kamu." Ashraf berusaha untuk sabar.

"Chaa! Ini katanya si brengsek mau ngomong sama kamu!!" Rine berteriak, terdengar bunyi grasah-grusuh bercampur dengan musik club.

"Halo?"

"Halo. Saya suaminya Rine. Bisa tolong kirim lokasinya di mana? Saya mau jemput dia."

"Oh iya. Boleh-boleh. Ini dia dari tadi tepar di sofa, nggak mau diajak pulang."

***

Di sofa Club, Rine tergeletak sementara satu teman perempuannya setia menjaga Rine agar tak ada lelaki yang mengganggunya. Apalagi Rine sedang dalam pengaruh alcohol, di tempat seperti ini pastinya ada saja orang-orang yang berani memanfaatkan keadaan. Saat Ashraf datang, Echa pun beranjak berdiri.

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang