Chapter 8

3.4K 179 7
                                    

Rine pergi meninggalkan Ashraf menggunakan taxi. Ia memutuskan untuk menuju rumah orang tuanya karena tak ada tujuan lain lagi. Dalam hati Rine merasa dirinya sangat menyedihkan, di luar sana, ia memiliki segalanya, uang, teman, ketenaran, apapun yang Rine inginkan bisa didapatkan. Tapi siapa sangka, di balik itu semua ia justru seorang wanita yang kesepian. Benar-benar kesepian sampai tak memiliki tujuan hidup sendiri.

"Sudah sampai, Mbak."

Lamunan Rine buyar, ia segera membayar. "Ambil aja kembaliannya, Pak."

"Makasih banyak, Mbak."

Rine segera melesat keluar, dengan langkah cepat ia memasuki rumah tak mempedulikan sapaan beberapa pelayan yang melihatnya. Orang pertama yang Rine cari adalah mommy-nya.

"Mom!!!" Rine segera memeluk Natalie dari belakang hingga membuatnya yang sedang menyusun bunga di vas terkejut.

"Sweety ...." Natalie meletakkan gunting dan beberapa tangkai bunga di meja, ia berbalik untuk membalas pelukan Rine. "How are you, honey??"

Rine menggosokkan kepala manja layaknya kucing yang baru bertemu induknya. "Bad. Very bad, mom."

Dagu Natalie tertarik kedalam, ia berusaha menatap anaknya. "Why??"

"Ashraf sangat nyebelin! Aku benci banget sama dia!"

"Honey ... can you tell me what happened?"

Rine melepaskan pelukannya, ia menatap Natalie dengan puppy eyes seraya mengangguk.

Melihat ekspresi memelas anaknya, Natalie lantas merangkul Rine. "Alright, come on." Ia mengajaknya duduk di halaman belakang.

***

Usai mendengarkan seluruh cerita Rine, Natalie tidak bisa berkata apa-apa selain menatapnya penuh dengan simpati. Jujur saja, jika menurut perspektifnya, Ashraf tidak salah, lelaki itu hanya mencoba untuk tegas kepada Rine yang masih kekanakan. Natalie tidak bisa menyalahkan Ashraf dan sebagai gantinya ia hanya memberikan elusan serta tatapan penuh kasih kepada anaknya. Natalie sangat tahu bagaimana sikap Rine, dia begitu keras kepala, tidak suka diatur, dan selalu merasa dirinya benar. Itulah sebabnya Anthony menginginkan Rine untuk menikah, suaminya berharap Rine bisa berubah di tangan lelaki yang tepat. Tapi nyatanya? Sikap hanya bisa diubah oleh pemiliknya, bukan? Tidak ada yang bisa melakukannya selain diri sendiri.

Natalie sebenarnya kurang setuju dengan keputusan Anthony, ia yakin Rine bisa dewasa dengan sendirinya. Tapi, sikap Anthony yang keras kepala membuat Natalie juga tak dapat melakukan apa-apa. Well, sekarang kita jadi tahu dari mana sikap stubborn Florine berasal.

"Rine, mungkin maksud Ashraf itu baik ...." Natalie berucap selembut mungkin.

"Tetap aja aku nggak suka cara dia nyelesaiin masalah. Dia nyuruh aku minta maaf seolah itu sepenuhnya kesalahan aku, sedangkan pelayan itu sama sekali nggak merasa bersalah. Kalo seandainya dia say sorry first, aku juga bakal minta maaf kok. Tapi apa? Ini malah aku yang disudutin."

Natalie menghela napas panjang, ia lalu meraih satu tangan Rine. "It's okay honey ... you did your best, karena kamu mau meminta maaf lebih dulu."

Rine mengalihkan pandangannya menuju kolam renang, ia menelan salivanya. "Aku mau ambil minum dulu mom."

Natalie tersenyum seraya mengangguk dan membiarkan Rine pergi menuju dapur. Terkadang Natalie berpikir, apakah sikap Rine yang seperti itu karena dirinya terlalu memanjakan dia? Tapi, kalau bukan dirinya selaku ibu, mau siapa lagi?

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang