Chapter 13

3K 187 16
                                    

Senyuman Rine merekah kala melihat meja kerjanya yang berada di dalam ruang kerja Ashraf. Ia menatap Ashraf yang masih berdiri di sampingnya, tidak menyangka bahwa lelaki itu akan menempatkan Rine dalam satu ruangan dengannya. Itu akan memudahkan Rine untuk memantau Ashraf, ia bisa melihatnya setiap hari, di ruangan itu, hanya ada dirinya dan Ashraf. Membayangkannya membuat Rine menahan senyum agar tak makin lebar.

"Itu meja kerja kamu."

"I know!" Rine melesat duduk di kursinya. "Jadi kita satu ruangan?" Ia menyentuh tanaman mini yang menghiasi mejanya.

"Iya. Biar aku bisa awasin kamu." Ashraf menuju kursinya dan duduk di sana.

Perkataan itu membuat senyum Rine makin merekah. Dalam hatinya ia berkata, bukan aku Ashraf, tapi kamu yang akan aku awasi.

Rine mengambil kotak yang berisi berbagai macam pulpen dan pensil dengan bentuk yang lucu-lucu. Tidak hanya itu, tapi buku dan pernak-pernik lain yang ada di meja kerjanya ini adalah selera Rine, dan ia sangat menyukainya. Perhatian Rine teralih saat tiba-tiba Ashraf datang dan meletakkan tumpukan kertas tebal di atas mejanya.

"Tugas kamu hari ini. Baca semua naskah itu. Totalnya ada 7 judul." Ashraf melirik jam tangannya. "Setelah rapat aku ada urusan di luar, mungkin sekitar jam 3 aku baru balik ke kantor."

Ekspresi Rine terperangah melihat tebalnya tumpukan naskah itu, ia pun mendongak menatap Ashraf. "Semuanya?"

Ashraf mengangguk. "Semuanya."

***

Dalam perjalanannya, di bangku belakang Ashraf duduk seraya memeriksa tabletnya. Pikirannya justru tertuju pada Rine. Ia penasaran apa yang sedang wanita itu lakukan. Ashraf yakin, Rine pasti sangat bosan berada di ruangan itu sendiri. Tapi itu adalah kemauannya untuk bekerja, Ashraf hanya mengikut apa yang Rine inginkan, meski sebenarnya Ashraf tak percaya jika Rine melakukan itu semua hanya karena rasa bosan.

"Ini kita langsung ke Bogor, Pak?" Frans melirik Ashraf melalui spion atas.

"Iya."

Usai menempuh perjalanan selama 1 jam lebih, akhirnya Ashraf pun sampai di tempat yang sudah sering ia kunjungi. Pusat Rehabilitasi Kanker. Kini ia sedang duduk di sofa, tangannya sibuk mengupas buah sementara di sampingnya, duduk seorang wanita dengan keriput di wajah dan tubuhnya yang kurus.

Wanita itu menatap Ashraf dengan senyum tipis dan tatapan sendu. Ia menerima garpu berisi buah pir yang Ashraf berikan, lalu memakannya secara perlahan. Untuk sesaat, hanya ada keheningan di antara mereka. Ashraf pun sedari tadi hanya diam seolah sibuk dengan pikirannya.

"Bagaimana kabar kamu, Nak?"

Pandangan Ashraf beralih pada wanita di sampingnya. Ia menatap sejenak, perasaannya perih tiap kali melihat wajah rapuh wanita itu. Ashraf pun segera mengalihkan tatapannya.

"Baik. Maaf saya baru sempat datang ke sini."

"Tak apa ...." Wanita itu mengelus bahu Ashraf. "Justru mamah senang, karena sekarang, kamu sudah memiliki kehidupan baru."

Ashraf perlahan mengembuskan napas.

"Jangan pikirkan mamah lagi, Ashraf. Kamu harus fokus menjalani hidup bersama dengan Florine ...."

Ashraf kembali menatap wanita itu. "Apakah sekarang mamah sudah lebih tenang?"

Seolah mengerti dengan maksud pertanyaan Ashraf, wanita itu pun lantas mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Ashraf. Terima kasih sudah mengabulkan keinginan mamah ...."

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang