Ashraf memarkirkan mobilnya di halaman rumah Setyo begitu ia sampai, ia lalu melirik spion di atasnya, sebuah mobil sport Lamborghini pun menyusul parkir di belakangnya. Ashraf langsung beranjak keluar, kakinya berjalan dengan langkah lebar dan tegas memasuki rumah.
Winda yang melihat kedatangan Ashraf pun lantas mengalihkan perhatian, lelaki itu berjalan dengan tatapan lurus tanpa mempedulikan keberadaan Winda.
"Ashraf—" Winda hendak menyapa namun Ashraf melewatinya begitu saja, dan tak lama kemudian muncul Calvin yang menyusul mengikuti langkah Ashraf. Winda menatap anak lelakinya itu dengan kedua alis menukik, wajahnya penuh dengan tanda tanya, tumben sekali kedua orang itu datang bersamaan ke rumahnya.
"Calvin—"
"Sebentar mah." Calvin memberi isyarat melalui tangannya seraya melewati Winda. Melihat hal itu, Winda hanya menghela nafas, ia berharap semoga tidak ada hal buruk yang terjadi di antara keduanya.
Di halaman belakang rumah Setyo, Ashraf memandang taman rumah yang pernah ditempatinya itu. Ada banyak kenangan di tempat tersebut, namun sebagian besar adalah kenangan buruk. Lamunan Ashraf buyar saat Calvin kini sudah berdiri di sampingnya. Ia meliriknya sekilas lalu kembali memandang ke depan.
"What a miracle, seorang Ashraf Danujaya mengajak gue ketemu lebih dulu."
Jika saja bukan karena berita itu, Ashraf tentu tak akan melakukan ini. Apalagi berhadapan dengan Calvin, salah satu orang yang paling Ashraf hindari setelah Setyo dan Winda.
"Apa yang akan lo lakukan buat beresin kekacauan itu?"
Calvin menarik dagunya. "Wait, wait. Kenapa kata-kata lo seakan, menujukan kalo gue yang udah nyebarin berita itu?"
Ashraf melirik Calvin dari sudut matanya dan Calvin pun lantas menggeleng-gelengkan kepala. "Noo, it's not me, Bro. Come on. Kalo sampai gue begitu, sama aja itu dengan bunuh karir gue sendiri."
Perlahan Ashraf memutar tubuhnya menghadap Calvin, ia menatapnya lekat seolah sedang mencari kebohongan di wajah Calvin, namun Ashraf tak menemukannya. Ia pun mendengus samar.
"Oke. But still, lo nggak mungkin diam aja 'kan? Lo harus klarifikasi di depan media."
"I know. Itu urusan gue dan agensi gue. Lo nggak usah khawatir."
"Good, then."
"Udah, itu aja?"
Ashraf terdiam sejanak lalu berkata, "Satu hal lagi. Jangan pernah sebut, kalo lo dan Rine pernah pacaran dulu."
"What?! Terus gue harus bilang apa? I kissed her without her consent, gitu? Atau friends with benefit?" Calvin berucap dengan nada tinggi. Sedangkan Ashraf meski merasa kesal, ia berusaha untuk tetap tenang menghadapinya.
"Dengan lo bilang pernah pacaran sama Rine, situasinya akan jadi lebih buruk. Ketika media tau kalo lo adalah adik tiri gue, maka Rine yang akan dihujat lagi."
Calvin terdiam seraya memandang Ashraf sengit. "Sampai saat ini gue masih penasaran. Kenapa lo harus menikah dengan Rine?"
Ashraf mengalihkan pandangannya, tak berminat menjawab pertanyaan tersebut.
"Seandainya lo nggak menikah sama Rine. Ini semua pasti nggak akan terjadi."
Ashraf tetap diam tak menanggapi. Ia merasa sudah cukup untuk berbicara dengan Calvin, ia pun beranjak untuk pergi.
"Gue tau, lo sebenarnya masih cinta 'kan sama Jessica?" Ucapan Calvin membuat Ashraf terhenti, ia berbalik untuk menatap Calvin lagi.
"Nggak usah ikut campur sama hidup gue." Ashraf memperingatkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/344156885-288-k1131.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold ✔
Romance18+ He's so cold and i'm burning. He's ice and i'm fire. ****** Florine Salim (called: Rine) Ashraf Danujaya (called: Ash) Keduanya memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Jika Ashraf adalah es maka Florine merupakan api. Ashraf sangat dingin...