Chapter 17

2.8K 205 16
                                    

Usai pertengkarannya dengan Ashraf, Rine duduk di kursi bar dapur untuk menenangkan dirinya. Ia masih tak habis pikir, bisa-bisanya lelaki itu malah balik memarahinya, padahal sudah jelas dia salah. Wanita mana pun pasti tidak akan sudi jika tahu bahwa ia diberi cincin bekas mantan pacar suaminya. Ah, memikirkannya saja membuat amarah Rine tersulut lagi.

"Mbak Florine?"

Rine menoleh, ia melihat Bu Eka muncul. Meski sudah lama tinggal di rumah tersebut, sejujurnya Rine tidak terlalu akrab dengan mereka yang bekerja di sini. Mereka seolah menjaga jarak dengannya.

Rine hanya mengulas senyum tipis, ia lalu mengalihkan pandangannya, sementara Bu Eka membuka kulkas untuk memeriksa bahan makanan. Tiba-tiba Rine teringat bahwa Bu Eka berhubungan dekat dengan Ashraf, mereka juga katanya sudah mengenal lama. Kalau begitu, Bu Eka juga pasti kenal dengan Jessica.

"Bu Eka?"

"Ya, Mbak?" Bu Eka menoleh.

"Ibu pasti kenal dengan Jessica Adiwangsa 'kan?" Pertanyaan Rine membuat Bu Eka terdiam sejenak. Ia lalu menutup pintu kulkas dan berbalik menghadap Rine.

"Kenapa memangnya, mbak?"

Rine menundukkan pandangannya sejenak, jari tangannya memilin pinggiran gelas yang berisi air putih. "Mm ... saya cuma penasaran aja gimana hubungan Ashraf dan Jessica dulu."

Cukup lama Bu Eka tak merespon, Rine kembali menatapnya dan ternyata wanita paruh baya itu juga sedang memandangnya.

"Bu Jessica, dia wanita yang baik begitu juga dengan Pak Ashraf. Dulu, mereka saling peduli satu sama lain. Bisa dibilang, hubungan mereka itu sangat sehat." Bu Eka melangkah lebih dekat. "Tapi, Mbak Rine. Itu hanya masa lalu, sekarang Pak Ashraf sudah punya Mbak. Jadi sebaiknya Mbak tidak usah memikirkan hal yang sudah-sudah."

Rine terpana, tak menyangka bahwa ternyata Bu Eka adalah sosok yang baik dan lembut. Tiba-tiba saja muncul rasa ingin berbagi cerita kepadanya, apalagi di situasi Rine saat ini, ia bukan orang yang bisa memendam masalahnya sendiri.

"Sepertinya Ashraf belum bisa melupakan Jessica, Bu."

Alis Bu Eka mengerut.

"Saya mengerti, bagaimana pun pernikahan kami bukan didasari oleh cinta. Ashraf juga tidak pernah menjanjikan hatinya untuk saya. Hanya saja ... saya selalu kesal setiap kali melihat mereka bersama. Apalagi hari ini, Ashraf benar-benar mengecewakan saya."

"Apa yang terjadi, mbak?"

"Ibu pernah lihat, cincin yang sering saya pakai di jari telunjuk?" Rine memegang telunjuk kanannya, hal itu membuat Bu Eka mengangguk. "Sepertinya cincin itu untuk Jessica."

Mata Bu Eka memicing. "Loh? Bukannya cincin itu milik ibunya Pak Ashraf, mbak?"

"Hah?"

Bu Eka mengangguk-angguk. "Iya, saya masih ingat. Dulu Pak Ashraf pernah menunjukkan cincin itu kepada saya, katanya itu adalah pemberian ibunya untuk calon istri Pak Ashraf kelak."

Rine langsung mematung dengan ekspresi wajah tercengang.

"Saya kurang tahu, apakah cincin itu pernah diberikan kepada Bu Jessica atau tidak. Tapi, mengingat mereka berdua pernah hampir menikah, mungkin saja Pak Ashraf pernah memberikannya."

Bahu Rine sontak meluruh lemas, ia menunduk seraya membuang napasnya. "Gawat," gumam Rine.

"Kenapa toh mbak?"

Rine kembali menatap Bu Eka dengan tatapan lemah. "Saya udah buang cincin itu, Bu."

Bu Eka tak kalah terkejut mendengarnya. Tak mempedulikan keterkejutannya, Rine lantas melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tanpa berpikir panjang, Rine pun bergegas pergi meninggalkan Bu Eka yang bergeming di tempatnya.

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang