Dari kejauhan Rine menatap lega saat dirinya berhasil menemukan Ashraf, meski di batinnya terselip rasa perih ketika melihat Jessica berada di sana. Tapi bukan itu yang terpenting saat ini. Asalkan Rine bisa menemukan Ashraf maka itu lebih dari cukup.
Rine mengusap air hujan yang menerpa wajahnya, ia pun melangkah menghampiri Ashraf. Lelaki itu terlihat seperti anak kecil yang kehilang arah, tak tahu dirinya sedang berada di mana. Sangat jelas tercermin di wajah sedih sekaligus kalutnya, sorot matanya pun terlihat mengambang dan kehilangan cahaya.
Rine mengulurkan tangannya, saat itu juga pandangan Ashraf tertuju pada telapak tangan Rine dan perlahan beralih menatap matanya. Ashraf masih bergeming sementara Rine menunggunya dengan sabar, berharap agar Ashraf meraih uluran tangannya. Namun, ada keraguan serta kebingungan dalam tatapan lemah Ashraf. Melalui matanya, Rine berusaha meyakinkan Ashraf, ia mengulas senyum samar seakan mengisyaratkan semuanya baik-baik saja. Dengan sisa tenaganya, Ashraf pun meraih tangan Rine dan saat itu juga Rine langsung menggenggamnya dengan erat.
Seolah tak mempedulikan kehadiran Jessica, Rine membawa Ashraf pergi menuju mobilnya. Namun, Jessica tak membiarkannya begitu saja, ia mengikuti mereka dan memayungi Ashraf sampai lelaki itu masuk ke mobilnya.
Rine berbalik usai ia menutup pintu mobil, dirinya menatap Jessica lekat. Ia berkata, "Jangan berpikir untuk ikut campur dengan hubungan aku dan Ashraf. Bagaimana pun kondisi dia, itu adalah tanggung jawab aku. Jadi aku mohon, just—leave us alone."
Tanpa menunggu respon Jessica, Rine lantas melesat masuk ke bangku kemudi lalu membawa pergi Ashraf meninggalkan tempat tersebut.
Sepanjang jalan mengemudikan mobilnya, Rine hanya menatap ke depan, ia manarik napas panjang dan perlahan membuangnya. Tangan kiri Rine mencari tangan Ashraf untuk digenggamnya. Merasakan telapak tangan Ashraf yang dingin, Rine membawanya untuk memberikan tiupan hangat.
Ashraf masih belum berbicara apapun sampai mereka berada di rumah. Rine juga memilih untuk tidak bertanya dan membiarkan Ashraf menenangkan pikirannya lebih dulu.
Ini tidak akan mudah, bagi siapapun yang mengalaminya pasti akan terasa begitu sulit kehilangan seseorang yang berarti di hidup kita. Ashraf mungkin tidak menangis ketika mendengar kabar ibunya yang meninggal. Dia juga tidak sedikit pun meneteskan air mata saat jasad ibunya perlahan-lahan di kuburkan dalam liang lahat. Namun di balik itu semua, Ashraf masih manusia normal, dia memiliki hati yang rapuh, hanya saja dia memilih untuk tidak menunjukkannya. Dan ketika hanya ada dirinya sendiri, semua emosi yang dipendamnya pun meledak.
Di bawah pancuran air yang membasahi tubuhnya, Ashraf tak mampu lagi menahan tangis. Ia menunduk dalam dengan kedua tangannya yang menumpu dinginnya dinding. Hati Ashraf seperti hancur berkeping-keping, pikirannya bagaikan benang yang kusut tidak bisa berpikir selain merasakan frustasi. Dalam bayangannya ia melihat seorang anak kecil yang memohon kepada ibunya agar tidak pergi meninggalkannya. Anak itu menangis keras namun ibunya seolah tak ada yang mendangar dan terus berjalan menjauh.
Satu tangan Ashraf mengepal dan meninju dinding dengan keras. Betapa sakit hatinya setiap kali ia mengingat keputusan ibunya untuk pergi. Mengorbankan kebahagiaan keluarganya, meninggalkan Ashraf yang masih kecil, hanya demi egonya sendiri untuk laki-laki lain. Kini bahkan Ashraf tidak bisa membencinya, ia tidak bisa meluapkan amarahnya, dan lagi-lagi harus menguburnya bersama dengan kenangan-kenangan pahit dan luka yang belum terobati. Bahkan, seolah tidak cukup dengan semua itu. Luka di hati Ashraf semakin bertambah ketika melihat Rine yang menatapnya.
"Ini. Aku buatin kamu teh hangat." Pandangannya begitu lembut dan tutur katanya halus. Ashraf pun menerima cangkir teh tersebut lalu sedikit menyeruputnya.
"Aku siapin makan malam dulu ya?" Rine seraya membelai halus pipi Ashraf.
Ashraf hanya mengangguk samar, namun ketika Rine hendak meninggalkannya, ia meraih tangan Rine untuk menghentikan langkahnya. Ketika Rine menoleh, tak ada satu kata pun yang lolos dari bibir Ashraf. Ia berusaha mengangkat sudut bibirnya lalu menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold ✔
Romance18+ He's so cold and i'm burning. He's ice and i'm fire. ****** Florine Salim (called: Rine) Ashraf Danujaya (called: Ash) Keduanya memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Jika Ashraf adalah es maka Florine merupakan api. Ashraf sangat dingin...