Chapter 20

4.5K 233 24
                                    

Meski sudah lewat jam kantor, Ashraf masih enggan meninggalkan ruangannya. Dirinya tidak akan tenang sebelum mengetahui keberadaan Rine saat ini. Ashraf yakin, Rine pasti tidak akan pergi jauh hingga benua Eropa, namun tetap saja ia sangat resah. Entah itu karena rasa tanggung jawabnya sebagai seorang suami, atau karena hal lain Ashraf tidak tahu. Yang jelas, Rine adalah orang pertama yang berhasil membuat pikiran Ashraf terusik dan tidak karuan.

"Ketemu, Pak!" Frans tiba-tiba masuk ke ruangan Ashraf dengan tatapan lebar. Ia lantas menghampiri Ashraf dan menunjukkan layar tabletnya. "Ini, baru aja Ibu Rine posting foto Pak. Nah saya coba cari tahu lokasinya, dari nama Restoran yang ada di belakang itu, Pak. Ternyata, itu adalah Kedai wanton mee di Singapura."

"Singapura?"

Frans mengangguk dan seketika kepala Ashraf terasa pusing. Ia terdiam dan memejamkan matanya sejenak, kemudian menghembuskan napasnya dan melirik Frans.

"Oke. Terima kasih informasinya, Frans. Kamu bisa pulang."

"Baik, Pak."

Perasaan Ashraf cukup lega, setidaknya ia sudah tahu di mana Rine saat ini berada.

***

"Makasih, Yayan."

"Sama-sama, Mbak."

Rine keluar dari mobil begitu ia sampai di rumah. Sebelum memutuskan masuk, Rine terdiam terlebih dahulu, mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk menghadapi Ashraf. Meski Rine tidak tahu bagaimana suasana hati lelaki itu saat ini, tapi dari pesan yang Ashraf kirimkan beberapa jam lalu, dia sepertinya tidak senang. Apalagi, sekarang sudah pukul satu dini hari. Satu-satunya harapan Rine adalah Ashraf sudah tidur dan dia akan bersikap seolah tak terjadi apa-apa esok paginya.

Beberapa ruangan sudah gelap, menandakan bahwa penghuni rumah ini pasti sudah terlelap. Suasana juga begitu sunyi dan sepi, hanya ada bunyi high heels yang Rine kenakan menggema keras. Rine berusaha memperlambat langkahnya menyusuri lorong, hingga ia melewati ruang tengah dan dari sudut matanya melihat Ashraf duduk di sofa dengan kaki menyilang, ia sedang membaca buku.

Rine mempercepat langkahnya berusaha menghindari lelaki itu, tapi ternyata, Ashraf justru memanggilnya.

"Rine."

Langkah Rine terhenti di depan tangga. Sial! Dengusnya dalam hati. Ia memejamkan mata sesaat, satu tangannya mengepal lalu berbalik dan Ashraf sudah berada di hadapannya. Ia menggigit bibir dalamnya berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Apa?" Dagu Rine terangkat, ia ingin menunjukkan bahwa dirinya tak takut sama sekali dengan lelaki itu.

"Kenapa kamu pergi tanpa kasih tau aku?"

"Terserah akulah, emang kenapa?" Rine balik bertanya dengan sinis dan itu membuat Ashraf terdiam hanya menatapnya. Rine pun kembali melanjutkan langkahnya.

"Rine, aku belum selesai."

Rine berdecak, kakinya menghentak kesal saat langkahnya terhenti. Ia pun berbalik lagi menatap Ashraf. "Apa lagi sih?! Aku capek! Mau istirahat!"

Ashraf yang berada di bawah pun lantas menghampiri Rine lalu meraih satu tangannya. "Kita bicara di kamar."

Saat sudah berada di kamar, Rine menghempaskan tangan Ashraf. Ia menaruh tas-nya lalu melepaskan perhiasannya. Sementara itu, Ashraf berusaha untuk tetap sabar menatap Rine yang membelakanginya.

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang