Chapter 37

3.1K 194 17
                                    

Di tengah-tengah pekerjaannya, perhatian Frans teralih ketika melihat Ashraf yang keluar dari ruangan dengan langkah cepat. Tidak lama kemudian Rine menyusul, matanya terlihat sembab, ia berjalan seraya menundukkan kepalanya.

Batin Frans merasa tidak enak, pasti telah terjadi sesuatu di antara mereka. Meski pertengkaran suami istri itu wajar terjadi, namun mengingat sikap Ashraf yang berbeda usai kunjungannya ke rumah Anthony Salim, Frans jadi berpikir, mungkin saja ada hal yang membuat Ashraf berubah sejak hari itu. Padahal, hubungan Ashraf dan Rine baru saja membaik sebelumnya.

"Bu Rine!" Frans menghentikan langkah Rine saat akan masuk ke lift.

"Kenapa Frans?" Wajah Rine lesu tidak seperti biasanya.

"Mm ...." Frans sedikit ragu, apakah Rine berhak mengetahui ini atau tidak. Tapi, jika informasi ini bisa memperbaiki hubungan Rine dan Ashraf, maka Frans akan memberitahunya.

"Ada apa Frans?"

Frans menatap Rine. "Tempo hari, sebelum saya mengantarkan Pak Ashraf ke Royal Hotel, beliau minta diantarkan ke rumah Pak Anthony, Bu."

***

Ashraf menyisirkan pandangannya di sekitar taman, menatap pasien-pasien lain yang berada di taman tersebut. Setelah bertahun-tahun, ini akan menjadi kunjungan terakhirnya di panti rehabilitasi itu. Ashraf menundukkan pandangan menatap kakinya di atas rerumputan hijau. Perasaannya hampa, kini tidak ada lagi tempat yang bisa ia tuju dikala hatinya gundah atau pikirannya tidak tenang, dikala ia merasa sedang tidak baik-baik saja dan dunia sedang tidak berpihak padanya.

"Pak Ashraf?"

Perlahan Ashraf mengalihkan tatapannya, seorang suster datang dan duduk di sebelahnya. Suster itu kemudian memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Ashraf.

"Di dalam kotak itu, ada beberapa barang milik Bu Lidya. Beliau meminta agar barang-barang miliknya diserahkan kepada Anda."

Dibukalah penutup kotak itu, dan Ashraf melihat ada beberapa macam barang di dalamnya. Seperti buku jurnal, alat sulam, serta sapu tangan dengan sulaman bunga baby's breath. Ashraf mengambil sapu tangan itu, benaknya memutar bayangan ketika ibunya menyulam sapu tangan tersebut.

"Beberapa pasien yang dekat dengan Ibu Lidya juga mendapatkan sapu tangan yang disulam sendiri olehnya. Mereka merasa sangat kehilangan atas kepergian Ibu Lidya. Beliau dikenal baik dan selalu mengemangati pasien-pasien lainnya."

Sorot mata Ashraf menyala seraya tangannya perlahan meremas sapu tangan tersebut. Ia meletakkannya kembali, lalu perhatiannya tertuju pada sebuah kunci.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak."

"Terima kasih, Sus."

Ketika Ashraf hendak menutup kotak tersebut, ia mengurungkan niatnya kala melihat foto yang mencuri perhatiannya. Itu adalah foto Lidya muda yang sedang menggendong Ashraf saat masih bayi di depan sebuah rumah. Hati Ashraf mendadak sesak, ia pun meletakkan foto itu dengan posisi terbalik, tapi ternyata, di belakangnya tertulis sebuah alamat.

 Hati Ashraf mendadak sesak, ia pun meletakkan foto itu dengan posisi terbalik, tapi ternyata, di belakangnya tertulis sebuah alamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang