Chapter 15

2.7K 189 21
                                    

"Jadi, dari ketujuh judul yang sudah kamu baca. Cerita apa, yang menurut kamu layak untuk dikomersilkan?"

Rine yang sedang melihat-lihat media sosial mengalihkan tatapannya pada Ashraf. Dari tempat duduknya Ashraf sedang menatap Rine dan menunggu jawabannya. Rine kira Ashraf hanya iseng saja menyuruh dirinya untuk membaca draft naskah. Tapi ternyata Ashraf tiba-tiba mengetesnya. Rine pun terdiam cukup lama, mengingat-ingat ketujuh cerita yang sudah ia baca.

"Mm ...." jari tangan Rine mengetuk-ketuk meja, sementara Ashraf masih sabar menunggunya. "Menurut aku, dari ketujuh judul itu, ada dua yang ceritanya menarik. Senja di Batas Kota sama Times Up."

"Kenapa?"

Rine menggigit bibir dalamnya. Sejujurnya dari ketujuh cerita itu, hanya dua judul yang benar-benar Rine baca, dan keduanya adalah yang Rine sebutkan tadi. Sementara sisanya? Entahlah, Rine bahkan tak mengingat judulnya, apalagi jalan ceritanya, terlebih dia membacanya hanya selewat, kadang sambil mengantuk, ada juga yang dibaca bagian awalnya saja lalu langsung ke akhir.

"Karena menarik." Rine mengangguk-angguk agar terlihat meyakinkan. "Iya menarik. Senja di Batas Kota itu menurut aku lebih cocok untuk dibuat jadi film, ceritanya membuat healing, plot-nya juga ringkas. Sedangkan Times Up ... premis ceritanya sangat menarik dan antimainstream, jarang sekali ada cerita bertema remaja dengan genre science fiction dan misteri di Indonesia, dan akan sangat cocok kalo dibuat sebagai series, karena alur dan konfliknya yang rumit, jadi perlu penjabaran yang jelas." Rine menghembuskan napas lega, untung saja dirinya bisa berbicara dengan lancar dan tak terbata-batas. Apalagi melihat tatapan Ashraf, ia bagai seorang dosen yang sedang mendengarkan penjelasan mahasiswanya. Dada Rine sampai berdebar karena gugup, situasi ini mengingatkannya pada sidang skripsi.

Perlahan Ashraf melengkungkan senyumnya, ia cukup terkesan dengan penjelasan Rine. "Well, aku setuju dengan pendapat kamu, Rine. Kedua cerita itu memang cocok untuk diproduksi sebagai film dan series."

Rine akhirnya tersenyum lega melihat respon positif Ashraf, terlebih ia menunjukkan senyum yang jarang sekali lelaki itu tunjukkan. Ashraf pun lalu beralih mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya.

"Halo, Rud?"

"Jadi." Ashraf melirik jam tangannya. Begitu juga Rine yang masih memperhatikannya. Hari ini Ashraf menggunakan jam tangan yang berbeda.

"Oke. Sebentar lagi gue ke sana." Ashraf mengakhiri panggilannya. Ia kemudian beranjak seraya melirik Rine lalu berkata, "Aku ke lokasi syuting dulu sebentar."

Rine yang semula diam hanya memperhatikan Ashraf, secara impulsif ia berdiri dengan cepat dan mengatakan, "Aku ikut!" Perkataannya sontak membuat Ashraf yang sedang bersiap pun terdiam dan kembali menatap Rine. "Aku cuma mau tau, gimana lokasi syuting dan orang-orang di sana. Lumayan 'kan buat nambah insight aku soal proses syuting film?" Dengan cepat Rine menjelaskan, padahal itu alasan saja agar ia bisa bersama Ashraf, karena Rine tahu di sana pasti ada Jessica.

"Oke," ucap Ashraf singkat.

***

Sesampainya di lokasi syuting, Rine melihat Jessica yang baru selesai mengambil adegan dengan lawan mainnya, setelah itu Rudy menginteruksikan untuk istirahat sejenak. Ashraf pun lantas menghampiri Rudy, mengabaikan Jessica yang sedang menatapnya dan hendak menyapa. Hingga akhirnya tatapan Jessica bertemu dengan Rine dan menyapa Rine dengan senyum manisnya. Rine pun membalasnya dengan senyuman lalu Jessica pergi meninggalkan set.

"Hai, Rine." Sapa Rudy mengalihkan perhatian Rine.

"Hai." Rine tersenyum lebar.

Hot and Cold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang