02.| Tugas sang Kapten

1K 179 4
                                    

HAIII AKUU BALIKKK.
Kangen ga kangen ga? Kangen dongg. Canda.
Tandai kalau ada typo, yaa.
Btw lagu di mulmed candu banget, kalian wajib putar sih.
Oke, happy reading.😍✨

PIERRE mengetuk pintu ruang kerja sang atasan sebanyak tiga kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PIERRE mengetuk pintu ruang kerja sang atasan sebanyak tiga kali. Letkol Harris yang sedari tadi disibukkan oleh pena dan kertas pun menoleh. Dua sudut bibir pria paruh baya itu terangkat melihat sesosok tentara di ambang pintu.

"Kapten Pierre? Masuklah," ujar sang jenderal seraya mengisyaratkan anak buahnya duduk di salah satu kursi.

Pierre melangkahkan kaki memenuhi pinta Letkol Harris. Ia mendaratkan tubuhnya di salah satu kursi berhadapan dengan sang atasan.

"Aku memanggilmu kemari untuk membicarakan sesuatu, mengenai hari jadi batalion kita yang bersamaan dengan hari jadi TNI angkatan darat." Letkol Harris menjeda perkataannya. Di hadapannya Pierre tampak menunggu penjelasan perwira yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya itu.

"Kemarin, aku mendapat surat undangan dari Mabesad untuk peringatan hari jadi TNI angkatan darat. Jenderal Danendra Abdikusna meminta setiap batalion mengirimkan satu peleton untuk menghadiri upacara di Mabesad besok pagi. Jadi, aku sudah memutuskan yang menghadiri upacara itu adalah peleton Letda Arya. Itu artinya, kau sebagai danki harus turut serta menemani anak buahmu, Kapten Pierre."

Pierre mengangguk mantap. "Siap, Danyon!"

Letkol Harris tersenyum. "Sebaiknya, segeralah kau beri tahu Letda Arya dan peletonnya untuk berkemas. Tiga puluh menit lagi kalian harus berangkat dan sesampai di Jakarta nanti, kalian bisa menginap di hotel Indrawarman yang berlokasi dekat dengan Mabesad. Aku minta maaf karena tidak bisa berangkat dengan kalian. Sore ini aku harus menemui walikota untuk acara kita besok. Aku baru akan menyusul nanti malam. Apakah ada masalah, Kapten?"

Pierre menggeleng cepat. "Tidak, Danyon! Saya akan memastikan tidak ada masalah dalam perjalanan ini."

Letkol Harris meletakkan tangannya di pundak Pierre. "Aku percaya kepadamu, Pierre. Oh, iya, selepas upacara besok, aku berencana mengajakmu dan lainnya mengunjungi Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Sudah lama kita tidak melakukan kunjungan sejarah dan aku rasa ini perlu untuk mengingatkan pada perjuangan perwira-perwira sebelum kita."

"Museum Jenderal Abdul Haris Nasution?" Pierre tampak berubah antusias. Menyadari nada bicaranya barusan, pemuda itu berdehem. "Maaf, Danyon."

Letkol Harris menggeleng. "Tidak masalah, Kapten. Kau bebas mengungkapkan rasa antusiasmu." Ia tersenyum. "Alasanmu menjadi seorang tentara adalah karena salah satu pahlawan revolusi itu, bukan? Sejak mengikuti pendidikan di akademi militer, kau sangat ingin berkunjung ke museum itu. Tidak heran jika reaksimu akan seperti ini. Benar begitu, Kapten Pierre?"

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang