04.| Dua Titik Terang

730 156 4
                                    

Hai, aku update nih!
Jangan lupa baca sampai akhir yaa karena ada sesuatu di sana :D
Oke deh, happy reading!😍🥰✨

Hai, aku update nih!Jangan lupa baca sampai akhir yaa karena ada sesuatu di sana :DOke deh, happy reading!😍🥰✨•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANGGOTA batalion para raiders di bawah pimpinan Letkol Harris sudah berbaris di depan Hotel Indrawarman. Lengkap dengan pakaian dinas lapangan khas TNI angkatan darat, satu peleton itu sudah bersiap menunggu kedatangan sang komandan.

Dari baris paling depan, Pierre tampak gagah dengan seragam kebesaran. Pemuda itu turut menunjukkan sikap sempurna disertasi ekspresi tegas yang tertuju pada anak buahnya.

"Kapten Pierre, semua sudah lengkap?"

Pierre memutar tubuh sembilan puluh derajat searah jarum jam. Memberi hormat sang atasan, ia mengangguk mantap. "Siap, sudah, Danyon!" tegasnya.

Letkol Harris mengangguk. Dengan penuh kewibawaan, ia berdiri di depan peleton Letda Arya dengan didampingi Pierre. Sementara atasannya memberi arahan, perwira berpangkat kapten itu tampak serius memperhatikan sesekali teringat penuturan komandan sekaligus kerabat dekat sang ibu kemarin malam.

Bandung selatan di waktu malam
Terselubung sutra mega putih
Laksana putri lenggang kencana
Duduk menanti datangnya kekasih

Dua sudut bibir Pierre terangkat. Netranya tertuju pada langit malam Kota Jakarta. Setelah tiba di ibukota satu jam lalu, pemuda itu masih berdiri di balkon kamar yang menghadap pusat kota. Pada hotel tertua dengan nuansa kerajaan nusantara ini, Pierre kembali jatuh hati dengan pekerjaannya sebagai seorang tentara.

Bandung selatan di waktu malam
Dalam asuhan dewi purnama
Cantik mungil kesuma melati
Puteri manja ibu pertiwi

"Sepertinya kau begitu menyukai karya indah Ismail Marzuki, keponakanku?"

Nyanyian Pierre terhenti. Keterkejutan tercipta di wajahnya melihat seseorang yang datang bersama Letda Arya.

"D-danyon."

Letkol Harris tersenyum. "Tadi mami telepon. Kasih kabar hubungan adikmu sama Yahya. Mami juga cerita mengenai keinginannya supaya kau segera menemukan pendamping."

Keheningan sempat tercipta di antara ketiganya.

Letkol Harris menghela napas. Ia kembali bersuara. "Pierre, boleh aku tau alasanmu masih sendiri sampai sekarang?"

Pandangan Pierre yang sempat terjatuh kembali tertuju pada sang komandan. "D-danyon saya—"

"Bukan danyon. Sekarang aku berbicara sebagai kerabat, bukan komandan," ralat Letkol Harris. "Kau bisa ceritakan segalanya kepadaku, keponakanku," sambungnya disertai senyuman.

Pierre tersenyum tipis. Ia sempat terdiam beberapa saat. "Sebenarnya, saya masih ingin menjalani tugas sebagai seorang tentara tanpa halangan apa pun. Saya ingin hidup normal seperti biasa. Dapat mencintai tanah air seratus persen seperti ... "

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang