14.| Foto Bareng

518 116 21
                                    

JALANAN menuju SMA Anumerta dipenuhi oleh warga yang hendak menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JALANAN menuju SMA Anumerta dipenuhi oleh warga yang hendak menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia. Terhitung sejak pukul enam pagi, seluruh pekarangan SMA Anumerta sudah dipenuhi oleh para tentara yang sibuk mempersiapkan pengamanan. Begitupun kesepuluh kelas pilihan yang tengah mempersiapkan penampilan mereka.

Di antara teman-temannya yang melakukan latihan untuk kali terakhir, Naina tampak disibukkan dengan laporan sejarah yang harus ia kumpulkan hari ini.

"Good luck, guys. Gue yakin kelas kita bakal jadi Bintang Smanerta tahun ini," ujar Aldo setelah rekan-rekannya melakukan adegan terakhir drama musikal.

"Gue juga. Asli kalian keren banget. Nggak sia-sia kita pulang sore hampir tiap hari. Ini juga berkat Noureen yang bikin naskah secakep ini," imbuh Samantha.

Aldo mengangguk setuju. Ia menatap Noureen. "Thanks, ya, Nour. Lo udah bersedia bantu bikin naskah."

Noureen mengangguk. "My pleasure," ujarnya, mengacungkan jempol.

"Good luck guys, sorry gue sama Naina nggak bisa bantu banyak." Airin turut bersuara. Ia menerima laporan kunjungan Sejarah yang sudah dijilid dari Naina.

"It's ok, Ai. Lo sama Naina udah mewakili kelas kita di klub Sejarah. Itu udah nambah nilai plus kelas kita," tutur Aldo, tidak mempermasalahkan. Ia beralih menatap sepuluh temanya yang akan tampil pagi ini. "Kalau begitu, kita bisa ke lapangan sekarang. Sebentar lagi acara dimulai. Kita harus udah stay di sana."

Sepuluh siswa XII IPA 3 yang sudah mengenakan kostum sesuai karakter masing-masing pun mengangguk. Sembari membawa naskah dan properti, mereka mulai meninggalkan ruang kelas.

"Gue sama Naina ngumpulin laporan sejarah di ruang guru dulu. Ntar kalau udah kelar, baru nyusul ke lapangan. Boleh?" Airin kembali bersuara.

Aldo yang hendak melangkah keluar ruang pun menoleh. Ia mengangguk. "Boleh. Cepat nyusul, ya," tukasnya.

Airin mengacungkan jempol. Ia menghampiri Naina yang tampak sibuk dengan gawainya.

"Nai, ayo."

Naina tampak terkejut. "Iya, Ai?"

"Ayo ke ruang guru. Kita harus ngumpulin laporan ini sekarang," jelas Airin.

Naina mengangguk. "Ayo," ujarnya seraya mengantongi kembali gawainya. Ia bersama Airin lantas meninggalkan ruang kelas setelah menutup pintu.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Naina dan Airin menyusuri koridor kelas dua belas. Sepanjang keduanya berjalan, tampak banyak tentara yang berdiri di sepanjang koridor.

Memasuki ruang guru, Naina melayangkan pandangan ke segala penjuru. Tampak di ruang dengan empat puluh tujuh kursi dan meja, tidak ada satu pun guru yang berada di dalamnya.

"Kita harus ngumpulin ini ke Bu Nertaja langsung 'kan?" Naina bersuara.

Airin mengangguk. "Tapi kayaknya Bu Nertaja belum datang deh."

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang