29.| Seseorang yang Istimewa

408 78 3
                                    

"KAU ingin makan apa?"

"Aku-"

"Mie ayam spesial dua, tambah air mineral dua." Belum sempat Naina melanjutkan perkataannya, Pierre terlebih dahulu menginterupsi. Alhasil gadis di sebelahnya itu mendengus kesal.

"Kalau gitu nggak usah nanya tadi," gumam Naina.

"Baik, ditunggu pesanannya, Mas." Salah satu pedagang perempuan berumur dua puluh tahunan itu terlihat memandangi Pierre dengan senyuman sebelum membuatkan pesanan keduanya. Naina yang menyadari ini sontak mendecih, sebelum kembali memalingkan wajahnya.

Pierre mengangguk singkat. Diliriknya Naina yang masih memasang ekspresi muram. "Aku hanya menghemat waktu dan tenaga. Perempuan 'kan menginginkan kepastian tetapi tidak pernah pasti saat membuat keputusan. Jika ditanya sesuatu pasti akan menjawab, 'terserah'. Kau pun pasti akan menjawab demikian tadi."

"Sok tau. Orang aku baru mau bilang pengen mie ayam yang biasa aja kok. Kamu malah pesan yang spesial. Mahal itu," cibir Naina lagi.

"Aku yang traktir. Jangan pikirkan harga. Lagipula, kau pasti merasa ketagihan saat memakan mie ayam yang spesial ini," sanggah Pierre. Ia mengambil dua plastik kerupuk yang tergantung di gerobak penjual mie ayam, kemudian memberikan satu plastik untuk Naina. "Ambillah."

Naina menatap Pierre bertanya. Tidak ingin berdebat dengan laki-laki itu, ia menerima seplastik kerupuk jempol dari Pierre.

Tidak adanya pembicaraan di antara keduanya, ditambah Pierre yang sibuk menikmati kerupuk jempol membuat Naina mengeluarkan gawai. Gadis itu mulai membuka aplikasi Instagram dan mengernyitkan dahi begitu melihat notifikasi pengikut baru.

"Varen Syahreza?" gumam Naina. Tidak menunggu lama, jemari Naina menekan profil pengikut baru. Gadis itu tampak terkejut melihat isi profil pengguna baru Instagram yang menampilkan banyak foto Pierre.

"Sedang melihat apa?" Pierre bersuara setelah memperhatikan Naina tampak begitu sibuk dengan gawai.

Naina mendongak. "Kamu bikin akun Instagram baru?"

Pierre terkesiap, kemudian menggelengkan kepala. "Tidak. Akunku hanya satu. Memang kenapa?"

Naina tidak bersuara. Ia kembali melihat Instagram story milik profil bernama Varen. "Kayaknya ada faker yang ngaku-ngaku jadi kamu deh."

Alis Pierre bertautan. "Faker?"

Naina menunjukkan layar gawainya pada Pierre. Pemuda di sebelahnya itu mulai memperhatikan isi layar gawainya. "Ada orang yang ngaku jadi kamu pakai identitas lain. Dia bahkan pakai foto kamu buat yakinin pengikutnya kalau kamulah yang punya akun itu. Saking niatnya, dia bahkan bikin semacam QnA selayaknya fans sama idol," jelasnya.

Pierre mengernyitkan dahi. Ia terlihat menggerakkan jemari di atas layar gawai.

"Lagian kamu kenapa sih nggak pernah post foto? Aku heran dari mana si faker ini nemu foto kamu yang banyak itu. Segitu niatnya buat cari followers. Tau aja dia jaman sekarang banyak cewek yang kesemsem sama tentara ganteng, apalagi yang mirip Kapten Tendean. Aku yakin dia pasti tau instagramku dari profil Instagram biografi Kapten Tendean," cerocos Naina. Kekesalan terdengar jelas dari nada bicaranya.

Pierre tersenyum. Ia mengembalikan gawai Naina. "Aku memang tidak suka mengunggah foto di media sosial. Bukan karena apa, tetapi aku tidak punya waktu untuk meladeni perempuan-perempuan yang mungkin akan mengunjungi profilku nantinya," ujarnya penuh percaya diri.

Naina mendecih. "Idih, sok kegantengan sekali, ya?"

Pierre terkekeh. "Aku hanya bicara fakta. Lagipula, bukannya kau barusan bilang jika zaman sekarang banyak perempuan yang jatuh cinta pada tentara tampan sepertiku?" Ia menaik-turunkan alisnya.

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang