31.| Hanya Teman?

392 73 19
                                    

“HAPPY belated birthday, Rabella sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY belated birthday, Rabella sayang. Semoga selalu diiringi kebahagiaan. Langgeng terus hubungan kamu sama Yahya, yaa. Maaf tante baru bisa datang hari ini. Akhir-akhir ini lagi sibuk, banyak pasien di rumah sakit yang harus tante tangani.” Hanin mencium pipi Rabella bergantian.

Rabella tersenyum. “Nggak papa kok, Tan. Doa dari Tante Hanin udah lebih dari cukup. Aku tau, Tante emang sibuk. Mari, duduk dulu, Tan.” Ia mempersilakan Hanin duduk di sofa ruangan praktiknya. “Iris mana, Tan? Nggak ikut?”

Hanin menggeleng. “Iris lagi di sekolah. Kamu tau 'kan kalau dia sekarang udah mau masuk SD. Ada Bi Asih yang nemenin dia.”

Adik Pierre itu mengangguk-angguk. “Aku hampir lupa. Iris memang pintar, sama kayak Tante Hanin dan Oom Harris.”

“Bisa aja kamu. Oh, iya, gimana ulang tahunmu kemarin? Kakakmu pulang?”

“Mas Pierre?”

Hanin mengangguk.

“Mas Pierre pulang. Dia sama cewek juga. Kayaknya dia pacar Mas Pierre alias calon kakak iparku. Aku bahagia banget kemarin. Setelah sekian lama, Mas Pierre akhirnya mau buka hati buat orang baru,” ucap Rabella dengan antusias.

Ekspresi wajah Hanin sontak berubah. “Pierre datang sama cewek?” tanyanya memastikan.

Rabella mengangguk dengan bersemangat. “Iya, Tan. Dia baik, ramah,  terus suka sama lagu-lagu lama. Bahkan, dia kemarin sempat duet lagu Melati di Tapal Batas sama Mas Pierre. Dia juga kasih biola sebagai hadiah ulang tahun. Pokoknya dia kakak ipar terbaik deh!” Ia tersenyum lebar.

Hanin mengangguk-angguk. Ia tampak memikirkan sesuatu. “Dia sarjana apa? Kedokteran?”

“Dia masih sekolah, Tan, belum jadi sarjana.”

Jawaban singkat dari Rabella membuat Hanin terlonjak kaget. “Masih sekolah? Kamu yakin?”

Rabella mengangguk. “Iya, dia memang masih sekolah. Tahun ini lulus. Tapi mami sama papi udah tau kok. Malahan mami sama papi setuju kalau Mas Pierre sama dia.”

“Ya, tapi tetap aja. Kakakmu itu tentara, pangkatnya udah tinggi pula. Masa dia milih sama bocah ingusan yang belum lulus sekolah? Apa nggak kekanakan dia? Bisa-bisa kakakmu nantinya cuma dimanfaatin.” Hanin mengungkapkan ketidaksetujuan.

Senyum di wajah Rabella pudar. Ia terdiam.

“Dari segi bobot, bibit, bebet, kakakmu itu sangat bagus. Papimu dokter, ibumu juga dulunya apoteker, sedangkan kamu psikolog, masa dapat mantu lulusan SMA? Mau ditaruh di mana reputasi Keluarga Allie nantinya?” Hanin menjeda perkataannya.

“Lagipula kakakmu itu tentara, ganteng pula. Di luar sana pasti banyak tenaga medis yang suka ke dia. Kasihan juga Pierre kalau mau pengajuan nanti. Di saat teman-temannya bawa calon dari kalangan dokter, dia malah sama anak SMA yang belum lulus sekolah. Diledek habis-habisan pasti. Mas Harris nanti juga yang dapat imbasnya,” imbuh Hanin lagi.

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang