15.| Crocodylus porosus

518 107 17
                                    

TIDAK hanya para tentara yang diminta hadir mengawal presiden, tetapi juga tenaga medis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TIDAK hanya para tentara yang diminta hadir mengawal presiden, tetapi juga tenaga medis. Sesuai jadwal yang ada, sebuah mobil putih berhenti di pekarangan SMA Anumerta pukul tujuh tepat. Dari pintu mobil yang terbuka, seorang dokter muda dengan seragam khas-nya keluar. Netranya memicing begitu melihat pemandangan aneh di hadapannya.

“Itu ... Pierre?” gumam dokter itu, tidak menyangka. Ada sedikit rasa aneh dan sesak di dada begitu melihat seorang tentara tengah berfoto dengan salah satu siswi. Bahkan mereka terlihat dekat, dibuktikan dengan tidak adanya jarak di antara keduanya.

“Tapi ini nggak mungkin. Pierre nggak mungkin semudah itu lupain aku, cinta pertamanya,” imbuh dokter itu lagi.

“Dokter Senja?”

Dokter itu mendongak. Seketika ia tersenyum melihat kedatangan seorang tentara dari arah panser anoa berada. “Mas Letnan?”

Tentara itu tersenyum. “Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini. Kukira kamu nggak akan datang karena ada jadwal di rumah sakit.”

Dokter Senja menggeleng. “Nggak, kok. Justru jadwalku sekarang di sini, bareng sama beberapa perawat lainnya.”

Tentara itu hanya tersenyum, tidak memberi tanggapan.

“Aku boleh tanya sesuatu?” Kayla tiba-tiba bersuara.

Tentara di hadapannya mengangguk. “Silakan. Mau tanya apa?”

“Itu ... cewek yang sama Pierre, siapa? Pacar baru?”

Tentara itu menoleh sebentar, menatap ke arah Pierre lantas kembali tersenyum. “Aku harap juga begitu. Pierre sudah lama menanggung banyak hal sendirian. Aku rasa gadis itu juga cocok jika bersanding dengan Pierre. Lagipula dia temanku. Aku akan mengusahakan yang terbaik agar mereka bisa bersatu.”

Kayla tersenyum tipis. “Kalau gitu aku ke posko kesehatan dulu, ya. Mas Letnan selamat dan semangat bertugas.”

Letnan dua itu mengangguk. “Kamu juga, Dokter.”

Kayla mengangguk kecil, seraya berjalan memasuki lobi SMA Anumerta. Sementara Pierre yang baru selesai dengan sesi foto dan debat bersama Naina pun menghampiri rekan-rekan tentaranya.

“Bagaimana dengan foto bersamamu, Pierre? Kau tampak bahagia sekali,” ujar tentara berpangkat letda itu.

Pierre menatapnya tajam. “Tidak sama sekali. Seharusnya kau saja yang berfoto bersama dia, mengapa juga aku harus bertemu dengannya hari ini.”

Letda Arya terkekeh. “Kau ini aneh sekali. Jelas-jelas ini tempatnya bersekolah. Tidak mungkin kau tidak akan bertemu dengannya hari ini.”

Pierre tidak menjawab. Ia masih berekspresi kesal. “Dokter yang bersamamu tadi, dia Senja?”

Letda Arya mengangguk. “Dia ditugaskan mengurus keperluan medis hari ini. Aku juga tidak menyangka, kami akan dipertemukan sekali lagi.”

Pierre mengangguk-angguk. “Tetapi sepertinya, aku merasa tidak asing dengan dokter itu. Dia mirip seseorang.”

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang