07.| Tempat Singgah sang Kapten

638 148 15
                                    

Jangan lupa follow
@utiniverse
@ikbenwhdp
@historiaddict


UPACARA hari jadi TNI AD berlangsung dengan hikmat. Setelah beberapa penampilan persembahan dari batalion kavaleri, upacara usai. Kini, sesuai perkataan Letkol Harris semalam, rombongan batalion para raider di bawah naungannya sudah berangkat menuju Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Abdul Haris Nasution.

Pada baris kedua dari depan, tampak Pierre asyik memandang ke luar jendela. Seulas senyum tidak pernah luput dari wajahnya, seiring jantung yang semakin berdegup dengan cepatnya.

"Kau bahagia sekali, Kapten." Letda Arya yang berada di samping Pierre pun bersuara.

Pierre tersenyum. "Aku hanya sedikit tidak sabar. Rasanya aku seakan hendak mendapat sesuatu yang istimewa hari ini," ujarnya terus terang.

"Aku tidak heran. Bagi Kapten Tendean's Lovers sepertimu tentulah akan merasa demikian jika membahas apalagi berkunjung ke tempat yang pernah disinggahi olehnya."

Mimik wajah Pierre tiba-tiba berubah. Ia terlihat memikirkan sesuatu sebelum kembali melayangkan pandangan ke arah jalan raya yang lagi-lagi dihiasi kendaraan berlalu-lalang.

Hanya butuh waktu lima belas menit untuk rombongan batalion para raider tiba di Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Begitu bus terhenti, satu per satu tentara angkatan darat itu beranjak turun. Dimulai dari Letkol Harris, Pierre, disusul Letda Arya dan anak buahnya.

Pierre tampak terperangah saat berdiri di depan museum. Dipandanginya patung Jenderal Nasution dengan perasaan penuh haru. Refleks, pemuda itu menempelkan jemari tangan kanannya yang rapat ke pelipis, memberi hormat. Letda Arya yang berdiri di sebelahnya pun turun melakukan hal serupa.

Menyadari apa yang ia lakukan, tidak berselang lama Pierre menurunkan tangannya. Ia bersama rekan-rekannya menyusul Letkol Harris yang tengah berbincang dengan kepala museum.

"Ah, Kapten Pierre. Kenalkan, dia Letkol Ardan. Dia kepala museum sekaligus teman baikku saat di Akmil dahulu. Ardan, dia Pierre. Salah satu danki di batalion sekaligus keponakanku."

Ardan tersenyum ramah. Ia lantas menjabat tangan Pierre. "Masih muda tapi sudah jadi kapten. Aku kagum padamu, Kapten Pierre."

Pierre membalas senyum. "Terima kasih, Letkol," ujarnya hormat.

Ardan menepuk pundak Pierre.

"Oh, iya, sepertinya ada pengunjung lain selain kami." Letkol Harris kembali bersuara. Pierre dan Ardan sontak melayangkan pandangan ke museum.

Ardan mengangguk. "Iya, Ris. Tadi ada satu rombongan klub sejarah salah satu SMA di Jawa Timur. Kalau begitu silakan masuk. Pertama-tama isi buku tamu dahulu."

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang