55.| Pierre's Vreemde Woorden

283 41 3
                                    

"MAS Pierre yakin nggak mau nginep dulu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MAS Pierre yakin nggak mau nginep dulu?"

Tangan kekar Pierre terulur mengelus puncak kepala Rabella. "Mas Pierre pasti menginap kalau Mas bisa. Tapi, satu jam lagi Mas Pierre harus kembali ke Bogor. Besok pagi-pagi sekali Mas harus menjalani pelatihan untuk persiapan keberangkatan tiga puluh satu Januari nanti," tolaknya halus.

Rabella terlihat mengerucutkan bibir. "Sayang banget Mas Pierre nggak bisa ikut antar aku ke rumah Mas Yahya besok."

Pierre tersenyum. "Wees niet verdrietig. Lagipula ada Mami sama Papi yang akan mengantar kamu. Bukan hanya itu, Letkol Harris dan Tante Hanin akan ikut bersamamu besok," tuturnya berusaha menghibur Rabella.

"Tetap aja nggak enak. Walaupun Mas Pierre nyebelin banget, tapi Mas Pierre tetap kakak kesayanganku. Kakakku satu-satunya."

"Sudahlah, Ra. Biarkan masmu bertugas. Jangan ganggu dia." Alejandro menyahuti.

"Papi benar. Sudah menjadi risiko bagi seorang tentara untuk jauh dari keluarga. Kamu tidak boleh menghalangi masmu. Coba kamu lihat Naina, dia saja tidak mempermasalahkan," imbuh Marischa.

Mendengar namanya disebut, Naina hanya dapat tersenyum kaku. Sementara Rabella masih sedikit tidak dapat menerima kenyataan Pierre tidak menemaninya saat ia pergi ke rumah mertua.

"Begini saja, kalau kau sangat ingin aku menemanimu. Besok saat kau berangkat ke rumah Yahya, hubungi aku. Sebisa mungkin aku akan menyempatkan waktu untuk melakukan panggilan video denganmu. Lagipula, kau akan ke rumah Yahya pukul dua belas siang bukan? Saat itu, aku yakin sedang beristirahat," ujar Pierre memberikan jalan keluar.

Meski sedikit ragu, Rabella pada akhirnya menganggukkan kepala. Ia kembali memeluk Pierre untuk terakhir kalinya. "Mas Pierre hati-hati saat perjalanan nanti. Jaga diri juga selama di pelatihan. Jangan lupa kabari mami, papi, atau Rabella pas udah sampai di PMPP nanti. Kami selalu tunggu kabar dari Mas Pierre."

Tangan Pierre terulur untuk membalas pelukan sang adik. "Sudahlah, kau tidak perlu berlebihan seperti ini. Kita akan bertemu lagi akhir bulan ini, bukan? Kau tidak perlu bertingkah seolah-olah aku akan meninggalkanmu untuk selama-lamanya."

Baik Rabella, Marischa, Alejandro, atau Naina sama terkejutnya mendengar penuturan Pierre. Dengan rasa kesal, Rabella lantas memukul lengan sang kakak setelah melepaskan pelukannya.

"Verteel geen onzin. Mas Pierre harus jaga diri baik saat pelatihan dan di Lebanon nanti. Pokoknya Mas Pierre harus pulang dengan selamat."

Pierre terkekeh. "Baiklah-baiklah. Aku pasti kembali," tuturnya seraya mengelus rambut Rabella. Setelahnya, pemuda itu beralih memeluk Marischa dan Alejandro bergantian.

"Pierre kembali ke Bogor, Mi, Pi. Walaupun Pierre tidak di sini, Mami sama Papi harus tetap menjaga diri. Pierre sayang Mami sama Papi," ujar Pierre lagi.

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang