18.| Rencana Mayor Lingga

431 92 12
                                    

NAINA dan Airin tiba di taman pukul delapan pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


NAINA dan Airin tiba di taman pukul delapan pagi. Meski hampir lima belas menit berlalu, Naina tampak sibuk melihat video tutorial pembuatan jembatan hidrolik. Namun, gadis itu tampak tidak begitu fokus dengan gawainya. Airin bahkan dapat merasakan jika sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.

"Nai, kamu ada masalah?"

Naina tersentak. "Ha?"

"Kamu ada masalah?" ulang Airin.

Naina mem-pause video pada layar gawai. "Kenapa emangnya?"

Airin menggeleng. "Kamu aneh. Nonton video tapi kayak nggak nonton. Kelihatan banget pikiranmu lagi nggak di sini."

Naina terdiam. Pandangannya tertuju pada pepohonan di taman desa yang tidak begitu ramai.

"Kalau ada masalah bilang aja, Nai. Aku udah kenal kamu dari kelas sepuluh. Dunia nggak baik-baik aja kalau kamu lagi diam kayak begini," ujar Airin meyakinkan.

Naina menghela napas. Ia menoleh ke arah temannya dengan tatapan sedih. "Aku mau dijadiin Siti Nurbaya ke sekian Aiii!" ujarnya dengan rengekan.

Airin tampak kebingungan. "Siti Nurbaya kedua? Maksudnya apaa? Kamu mau dijodohin?" tanyanya.

Naina tidak menjawab. Gadis itu justru semakin memasang wajah sedih. "Iyaaa, huaaa," tukasnya sedikit berteriak. Netranya mulai berkaca-kaca.

Airin kini terkejut. "WHAT?! Kamu dijodohin? Yang bener ajaaa?!"

Naina mengangguk kecil. "Iya, Ai. Entah ada angin apa ibu tiba-tiba mau jodohin aku sama teman tetangga baru di dekat rumahku. Mana tetangga baru itu bapak-bapak tentara. Masa iya aku harus nikah sama bapak-bapak? Nggak maulah!" kesalnya.

"Tunggu, tunggu. Kamu punya tetangga baru? Tentara?"

Naina mengangguk lemah.

"Berarti kamu dijodohin sama tentara juga dong?" tanya Airin. Ia tampak bersemangat. Anggukan dari Naina justru membuatnya semakin berbinar-binar. "Terima aja kali, Nai! Kapan lagi bisa punya ayang halo dek," imbuhnya antusias.

"Ih, kok kamu malah dukung rencana Ibu sih? Kamu 'kan tau sendiri, Ai. Kita ini masih sekolah. Bentar lagi aku juga masih pengen kuliah. Nggak ada tuh rencana tutup buku buka terop." Naina tampak kesal.

Airin terkekeh kecil. "Ya maaf, Nai. Tapi omong-omong, kamu udah ketemu sama orangnya?" tanyanya.

"Belum sih. Kata Ibu nanti siang dia mampir ke rumah. Ada urusan di rumah tetanggaku," jawab Naina. Ia tampak canggung.

Netra Airin berbinar-binar seakan habis menemukan sesuatu. "Ooh. Jadi ini alasan kamu tiba-tiba nge-chat buat bahas uprak Fisika padahal masih lama?"

Naina menggaruk tengkuk tidak gatal. "Ya, gitu deh."

"Coba aja kali, Nai. Temui dia dulu. Siapa tau kamu suka. Yah seenggaknya ajak temenan dululah."

Rindu Lukisan ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang