7. Kesedihan Lizia

327 38 8
                                    

Sebenarnya Leovan itu udah cinta sama Lizia. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa meninggalkan Alena.

Leovan bikin emosi, ya?

***********

Bel pulang pun berbunyi

Leovan langsung menarik tangan Lizia dan membawanya pergi keluar dari kelas. Lizia terus memberontak ingin melepaskan diri, tapi Leovan makin kencang memegang tangan Lizia.

Leovan ternyata membawa Lizia ke rooftop sekolah. Leovan pun langsung menatap tajam ke Lizia. Lizia juga tampak ketakutan.

"Kamu mau ngapain bawa aku kesini?"

Leovan tersenyum sinis. Ia memasukkan tangannya ke saku celananya. Dengan santai, ia menjawab. "Kita gak akan pernah putus, Aelizia!"

"Kalau kamu ingin tetap bersamaku. Jauhin Alena," katanya.

"Apa lo bilang tadi?"

Lizia langsung merogoh tasnya untuk mengambil stick notenya dan ingin mulai menuliskan sesuatu. Setelah sudah, ia menyodorkan kertas itu ke Leovan.

Leovan pun menerimanya. Dan, sudut bibirnya terangkat saat sudah membacanya. Lalu menatap ke arah Lizia. "Lo minta gue jauhin Alena? Sorry, gak bisa."

Lizia tersenyum sebentar. Ia kemudian menuliskan sesuatu lagi. Setelah itu diberikan ke Leovan lagi.

Leovan terdiam saat sesudah membacanya. Lalu menatap ke arah Lizia lagi. "Gue bilang. Kita gak akan pernah putus, Lizia!"

Lizia tampak menundukkan kepalanya.

Kemudian Lizia melangkah hendak pergi dari sana. Tapi, langkahnya terhenti saat Leovan memegang tangannya lagi.

Namun, Lizia langsung menepis tangan Leovan. Ia tetap pergi, tanpa memperdulikan Leovan yang memanggilnya.

Leovan juga tak tinggal diam. Ia langsung berlari untuk mengejar Lizia. "Gue cinta sama lo, Lizia!" teriaknya.

"Bullshit!" batin Lizia.

Sampai akhirnya Lizia sudah ada di depan sekolah. Ia menghentikan sebuah mobil taksi, lalu masuk ke dalamnya lalu pergi.

Leovan pun lantas berdecak kesal saat dirinya ditinggalkan Lizia. Ia menendang sebuah kerikil ke sembarang arah. "Zia! Gue minta maaf sama lo," gumamnya.

***********

Lizia sudah sampai di rumahnya. Ia langsung pergi ke kamarnya. Ia menutup pintunya, lalu mendudukkan diri di lantai dan bersandar di balik pintu.

Lizia melemparkan tasnya dengan perasaan marah. "Aku benci kepadamu!" batinnya.

"Lizia?"

Lizia menghapus air matanya. Ia segera berdiri lalu membuka pintunya. Ada Naura disana. Lizia tersenyum lalu mempersilahkan Naura masuk.

"Zia? Udah, nangis aja gak papa."

Lizia semakin menangis.

Naura mengajak Lizia duduk di sofa yang ada di kamarnya itu. "Zia. Sebaiknya lo putus aja deh. Gue gak tega liat lo nangis gini."

Lizia menggelengkan kepalanya. Lalu menggerakkan tangannya. Naura mengerutkan dahinya, lalu manggut-manggut paham.

"Seperti yang gue bilang tadi di sekolah. Cinta boleh, sayang boleh. Tapi bego jangan. Lo itu udah dibutakan oleh cinta. Kalau Leovan kasarin dan nyakitin lo terus. Putus aja!"

Lizia kembali menggelengkan kepalanya.

Naura menghela napasnya. "Terserah lo deh."

Lizia tersenyum.

LEOZIA || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang