6. Sekolah

332 45 14
                                    

Leovan gak jelas banget deh😐
Votmen:)

Halo, dilanjut nih.
**********

Keadaan Lizia semakin baik. Ia niatnya akan pergi ke sekolah. Lizia menatap dirinya dari cermin kaca. Ia tersenyum.

"Leo."

"Zia, ayo. Papa kamu udah nunggu," kata Liara yang tiba-tiba datang ke kamar Lizia.

Lizia hanya mengangguk.

Lalu menggendong tasnya. Kemudian keluar dari kamarnya diikuti oleh Liara. Dan benar saja, Ruslan sudah ada di dalam mobilnya.

Lizia pun masuk ke dalam mobil.

Setelah pamit ke Liara. Kemudian Ruslan menyalakan mesin mobilnya sehingga meninggalkan area rumahnya ke tempat tujuan.

**********

Lizia sudah sampai di sekolah setelah diantar oleh Ruslan. Ia kemudian berjalan masuk ke area sekolah untuk pergi ke kelasnya.

"Hei, Zia!"

Teriakan suara yang memanggil namanya itu membuat Lizia menoleh ke arah belakang. Dilihatnya ada Naura-Temannya.

Lizia tersenyum.

"Ayo, kita ke kelas." Naura langsung memegang tangan Lizia.

Lizia hanya mengangguk

Lalu kedua perempuan itu segera pergi ke kelas. Dan, tepat memasuki kelas. Lizia langsung melihat Leovan yang sedang asyik berduaan bersama Alena di bangkunya.

Di samping itu ada keempat temannya Leovan yang tidak menghiraukan Leovan yang sedang bersama Alena itu.

Salah satu dari mereka tidak sengaja melihat ke arah Lizia. Dan itu adalah Rizal, saudara sepupunya Lizia.

"Eh, Zia?"

Lizia tidak membalas Rizal. Perempuan itu langsung mendekati bangku Leovan dan Alena. Tanpa aba-aba.

Lizia menarik paksa tangan Alena sehingga Alena berdiri dari duduknya. Lalu tiba-tiba dirinya menampar keras Alena.

Plak!

Alena terkejut begitupun dengan Leovan dan beberapa siswa lainnya yang berada di kelas itu. Alena meringis kesakitan sembari memegang pipinya yang kini terasa nyeri.

"Maksud lo apa nampar gue?!" kata Alena sedikit berteriak ke Lizia.

"Kamu yang apa! Ngapain deket-deket sama Leovan? Leovan itu pacar aku!" Lizia masih berbicara menggunakan bahasa isyaratnya.

Alena tampak mengerutkan dahinya bingung tatkala tak mengerti Lizia berbicara apa. Sedangkan Leovan, ia berdiri dari duduknya lalu menarik tangan Lizia.

Lalu keluar dari kelas.

Di lorong sekolah yang sepi. Iya, Leovan membawa Lizia ke tempat ini. Lizia tampak meringis kesakitan dibagian pergelangan tangannya.

Wajah Lizia teroleng ke samping lantaran dirinya terkena tamparan dari Leovan. Lizia terlihat hendak menangis.

"Sakit? Iya, itu juga yang dirasakan Alena, Lizia! Ini pembalasan dari gue!"

Lizia tampak gemetaran. Ia pun berani menatap ke arah Leovan. "Aku mau minta putus sama kamu."

Leovan tertawa. "Putus? Lo minta putus sama gue? Nggak!" Ia juga bisa mengerti apa yang dikatakan Lizia barusan.

"Tapi aku ingin putus!"

Setelah itu.

Lizia pun kembali pergi dari sana meninggalkan Leovan yang terdiam tak bergerak. Leovan mengepalkan tangannya emosi.

************

Brugh!

Rizal melayangkan pukulan kepada Leovan. Leovan tersungkur ke tanah. Leovan tampak biasa saja.

"Lo beneran cinta sama Lizia gak sih, anjing?! Gue gak suka ya liat dia nangis!" Rizal tampak emosi.

Leovan terkekeh sinis sembari mengusap sudut bibirnya yang berdarah lalu menatap ke arah Rizal.

"Kalau dari awal. Lo dan kalian bertiga," jedanya sembari menunjuk ke arah Aldy, Andre dan Bagas. "Ngasih gue taruhan itu. Gue gak mungkin nyakitin hati dan batin Lizia, sialan!"

"Gue sengaja kayak gitu. Ya, karena gue gak mau lo pacaran sama Alena!"

"Tapi kenapa harus Lizia coba?! Kek gak ada cewek lain aja!" balas Leovan.

"Gue sengaja samsuddin!" kata Rizal. "Sengaja biar lo gak nakal-nakal amat. Biar Lizia juga sekalian bimbing lo!" lanjutnya.

"Ingat, Leo. Kalau lo masih nyakitin hati batin Lizia. Gue gak segan-segan bunuh lo! Lizia itu adek sepupu gue! Gue juga udah anggap dia sebagai adik kandung gue sendiri!"

"Serah lo semua. Gue gak akan pernah cinta sama Lizia, gue cintanya sama Alena."

"Alena terussss!" cibir Aldy tak suka.

Leovan pun beranjak pergi dari sana meninggalkan teman-temannya entah kemana. Sedangkan Rizal, mengatur napasnya untuk meredakan emosinya.

**********

Lizia menangis lagi dipelukan Naura, di kelas. Dan untungnya free class. Jadi tidak belajar. Sedari tadi juga Naura terus mengusap-usap punggung Lizia.

"Zia, udah dong jangan nangis."

"Si Leovan bener-bener brengsek! Alena juga."

"Zia, udahlah putus aja sama si Leo. Itu cowok gak bener! Lo mending cari cowok lain aja."

Lizia menggeleng kepalanya. Naura memutar bola matanya tatkala ia mengerti, Lizia mungkin tidak mau putus dari Leovan.

"Cinta boleh, sayang boleh. Tapi bego jangan, Zia."

"Cowok kayak Leovan emang pantes ditinggalin!"

Lagi lagi Lizia menggelengkan kepalanya.

Ia merasa tidak setuju apa yang diucapkan Naura barusan tadi.

*********

Bersambung!!!

Gimana dengan part ini?

Lanjut atau Tidak?

LEOZIA || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang