38. Pertengkaran

224 16 6
                                    

Aku lanjut lagi nih

MAAF PENDEK YA
******
Leovan sudah terbangun. Ia mengucek-ucek matanya sehingga terbangun sempurna. Hari semakin siang, dan untungnya hari ini libur dan jadi tidak sekolah.

Leovan baru sadar dirinya masih di rumah Lizia.

Leovan lantas berdecak kesal lalu ingin pergi darisana dengan melakukan hal yang sama seperti waktu ia datang malam.

Lizia yang datang bersama Liara terkejut saat di dalam kamarnya sudah tidak ada Leovan. Padahal di bawah sana sudah ada Januar maupun Divya.

"Dimana Leovan?!"

"Udah pergi dia," jawab Liara yang kelewat santai.

"Apa?!"

"Tadi dia pingsan."

"Itu pasti gara-gara kamu, ya?" tuduh Divya.

"Bukan aku! Anakmu itu tiba-tiba saja pingsan. Gak tau kenapa."

Januar, Ruslan dan Lizia terkejut saat Divya menampar Liara. Liara sungguh terkejut. "Berani sekali kau!"

Divya hanya tersenyum kemenangan.

Divya pun berniat pergi dari rumah itu diikuti oleh Januar. Dan katanya juga Leovan sudah pulang darisini.

*******

Sesaat mereka sudah sampai di rumah. Dikejutkan dengan penampakan Leovan yang duduk santai di sofa dengan kedua kakinya dinaikkan di atas meja.

"Sopan begitu?" tanya Januar.

Leovan menyungging senyum sinis. "Kalian juga gak merasa bersalah banget."

"Bersalah apa?" tanya Divya.

"Gue sama Lizia saudara," katanya.

Januar menghela napasnya. "Ya terus?"

Leovan berdecak kesal. "Ya jadinya saudara. Bukan sebagai pasangan kekasih! Padahal udah terlanjur jadian!"

Januar menghela napasnya lagi. "Itu resikonya. Harus Menerima semuanya!"

Leovan berdecak.

Sampai akhirnya datang Liara.

"Ngapain kesini?" tanya Divya sinis.

Liara mencengkeram tangan Divya. "Kamu tadi dengar kan apa yang dibilang anakmu sendiri?"

Divya hanya berdehem.

Liara tersenyum kecil. "Itu semua salah kamu."

"Kok?!" bentaknya tak terima.

"Apa maksudmu hah!" Dengan kasar, Divya mendorong Liara.

"Santai aja bisa gak sih?!"

"Udah stop!" lerai Januar.

Januar, Divya dan Liara terkejut saat melihat Leovan yang memecahkan sebuah gelas ke lantai. Dan mereka semakin terkejut saat Leovan dengan santainya menggores tangan menggunakan pecahan gelas tadi.

"Apa yang sedang kamu lakukan, hah!" Januar menarik paksa pecahan gelas itu dari Leovan.

"Lepasin, Pa!"

"Cukup!"

Dengan tidak sopannya.

Leovan mendorong tubuh Ayahnya sendiri. "Jangan sentuh saya!"

"Anak kurang ajar!"

Divya maupun Liara hanya diam saja.

Kedua matanya Divya membelak kaget saat Januar menampar Leovan. Liara juga begitu. Leovan tersenyum sinis sembari mengusap sudut bibirnya yang berdarah dan sobek.

LEOZIA || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang