Waduh😱
*****
"Lizia. Alena ingin ketemu sama lo di Rooftop," kata Alves.
Lizia mengangguk.
Karena ia tidak bisa berbicara.
Lizia pun segera pergi menemui Alena. Leovan mengizinkannya. Sesampai di sana, Lizia tidak melihat Alena di Rooftop.
"Dia mana?"
"Lizia!"
Lizia menoleh ke arah belakang saat mendengar suara seseorang memanggil namanya. Lizia tersenyum, tapi senyumnya luntur saat Alena terpeleset di anak tangga.
Lizia tentu kaget.
"ALENA!"
Sudah terlambat. Alena kini tergeletak di lantai dengan kondisi lemah. Buru-buruLizia turun, tapi ia memberhentikan langkahnya.
Saat datang Leovan bersama Alves. Leovan mengepalkan tangannya. "Alena? Lo kenapa?!"
Lalu ia mendongak ke pintu Rooftop. Dan tanpa sengaja dirinya melihat Lizia berdiri di anak tangga. "AELIZIA!"
Lizia terkejut.
Dengan perasaan marah. Leovan menghampiri Lizia. Menggenggam tangan Lizia. Sedangkan Alena, sudah akan dibawa ke rumah sakit karena terluka.
Dari pihak sekolah.
Di sisi lain.
Naura dan keempat temannya Leovan. Pun merasa syok. "Eh, gak mungkin Lizia yang dorong Alena. Tapi, Lizia kan di sana juga."
"Aduh, bingung," lanjut Naura.
"Kasian Alena sampai berdarah. Tapi gue lebih kasian sama Lizia. Dia pasti kena amuk Leo," ujar Aldy yang disetujui oleh Andre.
"Gue yakin bukan Lizia yang melakukannya," kata Rizal. "Bentar."
"Zal! Lo mau kemana?!" teriak Bagas.
Rizal tidak menghiraukan teriakan Bagas. Ia akan pergi ke suatu tempat. Ini pasti ada yang menjebak Lizia. Pikirnya.
*******
Lizia terdorong ke tembok oleh Leovan. Tatapan Leovan sangat menusuk, dadanya narik turun. Lizia merasa ketakutan sekarang.
"MAKSUD LO APA DORONG ALENA?!"
Lizia menggelengkan kepalanya.
Leovan tersenyum sinis. "Jujur!"
"Oh iya gue lupa. Lo kan bisu haha, gak bisa ngomong," lanjut cowok itu.
Lizia menahan tangisnya.
"Gue tanya sekali lagi. Maksud lo apa dorong Alena? Lo benci ke dia? Lo ingin nyingkirin dia gara-gara dia deket sama gue gitu?" tanya Leovan.
Lizia kembali menggeleng kepalanya pertanda tidak.
Andai saja ia membawa stick notenya. Ia bisa menulis. Ingin menjelaskan pun percuma, ia tidak bisa berbicara.
Dan pada akhirnya ia menatap ke arah Leovan. Lalu menggerakan tangannya, itu bahasa isyaratnya.
Leovan setia menatap ke arah pergerakan Lizia. Leovan manggut-manggut paham. Kedua tangannya diselupkan ke saku celananya.
"Gue gak percaya. Bisa aja 'kan? Lo sengaja dorong Alena."
Lizia menggeleng kepalanya lagi.
Kedua matanya mulai berkaca-kaca.
Leovan memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia merasa tidak tega melihat Lizia menangis. "Stop."
"Aku minta putus sama kamu. Kalau kamu percaya aku tidak mendorong Alena terjatuh. Baru kita balikkan lagi."
Lizia hendak pergi.
Namun tangannya dipegang Leovan. "Lepas. Urus saja perempuan kesayanganmu itu. Kau cinta kepadanya 'kan? Jadi, kita putus saja."
"Kalau aku jelasin pun percuma. Kau tidak percaya."
"Iya. Gue gak percaya. Tapi gue gak mau putus dari lo, Zia."
Lizia tersenyum kecil. "Tapi aku ingin beneran putus darimu, Leovan Kanigara!"
"GUE BILANG NGGAK YA NGGAK! KITA GAK AKAN PERNAH PUTUS!"
"Kamu cowok apa bukan?"
Pertanyaan yang dilontarkan Lizia sontak membuat Leovan terdiam. "Kau memiliki hubungan denganku. Tapi kamu sendiri punya perempuan lain yang kamu cinta juga. Gimana sih?!"
"Kalau kamu ingin tetap bersamaku. Tinggalkan Alena!" lanjut Lizia.
"Gue gak bisa."
Lizia tersenyum kecut. "Brengsek kamu."
Leovan terdiam sebentar mengamati pergerakan bahasa isyaratnya Lizia. Kemudian cowok itu memajukan sedikit wajahnya ke Lizia.
Lizia sontak menahan napasnya.
"Lo bilang apa tadi ke gue? Brengsek?"
Lizia hanya mengangguk lemah sembari menunduk.
Aura Leovan mulai berubah.
Leovan tersenyum sinis. "Iya. Gue cinta sama lo, tapi gue cinta juga sama Alena. Haha, gue akan lebih ke Alena.
"Iya. Sebaiknya kita putus aja. Gue lebih cinta sama Alena dibanding lo."
"Aelizia Karvelyn Mariyuana! Fiks! KITA PUTUS SEKARANG!"
Setelah itu. Leovan pun pergi meninggalkan Lizia yang kini terisak kuat menangis. Kedua bahunya bergetar.
Tubuh Lizia menegang saat merasakan ada yang memeluk dirinya. Lizia mendongak ke atas dan terkejut melihat Rizal yang tersenyum ke arahnya.
"Gue percaya lo gak bersalah. Leovan emang brengsek. Gue gak akan maafin dia walau dia temen gue. Karena dia, lo terluka."
Lizia tersenyum.
Ia pun membalas memeluk Rizal.
********
Di rumah sakit.Kondisi Alena membaik.
Ia memegang kepalanya yang dibaluti perban. Senyumnya mulai mengembang. Ia yakin, pasti Leovan marah ke Lizia.
"Alena."
Alena menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka. Dilihatnya ada kedua orang tuanya. Raymond dan Lestari.
"Bagaimana keadaan kamu, Nak?" tanya Lestari.
"Sudah mulai baikkan. Cuma kepala aku berdenyut sakit."
Lestari hanya mengangguk.
"Bagaimana kamu bisa jatuh?" tanya Raymond.
"Ah itu. Karena terpeleset saja."
"Bener? Apa ada yang mendorong kamu?"
Alena menggeleng kepalanya saja.
Raymond hanya mengangguk pertanda mengerti.
********
Bersambung!!
Gimana dengan part ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
LEOZIA || END
Fiksi RemajaJangan lupa vote dan komen juga yaa kalau suka:)) Dan jangan lupa follow akunku sebelum membaca🌌 SUDAH TAMAT! JANGAN SPOILER! ********* Nasib seorang gadis tunawicara sangat sial. Namanya Aelizia Karvelyna Maddielynn. Dipacari seor...