24. Rizal Khawatir

221 23 10
                                    

Ada apa nih...

Di vote yaa
Komen juga😘

Maaf pendek yaa

******

Dipagi hari ini.

Lizia sudah bersiap-siap ingin pergi ke sekolah. Gadis itu mulai memakai sepatu, dan menggendong tasnya. Kemudian keluar dari kamarnya ke ruang makan.

Untuk sarapan pagi.

Dan disana sudah ada Liara dan Ruslan. Lizia tersenyum. Ia pun duduk dan mulai makan. Setelah selesai, Lizia diantar oleh Ruslan.

Sesampainya di depan gerbang sekolah. Lizia pamit menyalami tangan Ruslan. Setelah itu keluar dari mobil.

Lizia tersenyum saat melihat Naura. Yang sudah menunggunya. Naura memegang tangan Lizia kemudian berjalan ke kelasnya.

"Lizia!"

Kedua perempuan itu seketika menoleh ke arah belakang saat mendengar suara memanggil. Lizia kembali tersenyum melihat Rizal berlari menghampiri.

Lizia terkejut, Naura juga. Saat Rizal memeluknya. "Lili. Gue khawatir sama lo. Gue gak akan maafin Leovan karena bikin lo nangis terus."

Lizia terdiam.

Ia melepaskan pelukannya. Lizia menggelengkan kepalanya pertanda tidak apa-apa. Helaan napas terdengar dari Rizal.

Cowok berwajah garang itu memegang tangan Lizia dan membawanya pergi. Naura yang melihat itu pun merasa kesal.

"Wey! Kok gue ditinggalin!" teriaknya.

Lalu menyusul Lizia dan Rizal.

Sesampai di kelas.

Lizia langsung duduk di bangkunya. Tiba-tiba datang Leovan bersama dengan Alena. Lizia tampak biasa saja.

Toh, dirinya juga masih marah.

Leovan melirik sekilas ke Lizia. Dengan senyum sinisnya. Ia mengusap rambutnya Alena. Alena tersenyum melihat perlakuan Leovan kedirinya.

Lizia mengepalkan tangannya emosi. Ia ingin sekali menampar Leovan lagi. Lizia juga ingin putus lagi. Tapi kayaknya Leovan akan kembali menolak.

Suara bel menggema seisi SMA Cakrawala. Semua siswa-siswi yang masih di luar kelas. Segera memasuki kelasnya masing-masing.

Leovan.

Cowok berjaket itu duduk di bangku belakang. Dua kancing seragamnya terbuka. Rambutnya acak-acakan.

Seorang Guru cantik memasuki kelas Leovan.

Namanya Bu Fatima.

"Selamat pagi!" Bu Fatima tersenyum.

"Pagi, Ibuu!" kompak mereka.

Untuk Lizia, ia berkata di dalam hatinya.

Kecuali Leovan.

Bu Fatima melirik ke arah Leovan. Bu Fatima menghela napasnya. "Leovan Kanigara," panggilnya.

Leovan tersadar saat namanya dipanggil. Kemudian cowok itu menoleh ke Bu Fatima. "Iya, Bu?"

"Itu seragam kamu dibenerin, kalau nggak mau. Keluar dari jam pelajaran saya!"

Perkataan Bu Fatima membuat cowok itu langsung berdiri. Bu Fatima termasuk semua orang yang ada di kelas itu keheranan melihat Leovan.

Leovan tidak peduli.

Ia lantas keluar dari kelas.

Bu Fatima geleng-geleng kepalanya. "Ampun, dah. Ini anaknya Pak Januar," gumamnya.

LEOZIA || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang