I Cant Tell

323 6 0
                                    

~ Austin's POV ~

"Kau terlihat bahagia sekali hari ini," ujar Alex setelah meneguk pepsinya. 

Aku tersenyum. Aku memang sedang bahagia hari ini. Lebih tepatnya, aku lega. Setidaknya ada satu hal yang sudah tak ku tutupi dan tak ku bohongi. Hal itu adalah perasaanku pada Claire.

Aku sadar jika aku telah mulai menyukainya sejak lama. Namun aku tak bisa memastikan kapan tepatnya perasaan itu muncul. Aku menyadari jika ada yang berbeda dengan diriku setiap kali bersama Claire. 

Awalnya memang aku tak pernah tau jika aku mempunyai perasaan ini, tapi seiring berjalannya waktu, aku tau aku memperlakukannya berbeda. Lebih dari seorang sahabat. 

Caraku memandangnya, caraku berbicara padanya, menenangkannya, memeluknya, mengecup dahinya, itu semua.... Lebih dari seorang sahabat. Aku juga kerap geram saat melihat Claire bersama Andrew. Dan puncak kegeramanku adalah pada saat Claire membiarkanku menunggu berjam-jam di taman bermain.

"Hey bro, kenapa rahangmu mengeras seperti itu setelah tersenyum?" Tanya Alex, alisnya naik tanda kebingungan. 

Aku sadar dari lamunanku, "oh, tidak apa-apa." 

Aku tersenyum lagi, namun masih memikirkan perihal Claire-Andrew. "Aku memang sedang bahagia hari ini," ucapku sembari menengadah, mencoba menghilangkan pikiran itu.

Alex tersenyum penasaran. "You got a new girlfriend?" Tanya Alex dengan raut muka jahil.

"Yeah.." Jawabku dengan senyum tipis.

"WHAT THE? APA KAU SERIUS? SIAPA?" Tanya Alex bertubi-tubi dengan semangat.

Aku tersenyum sebelum akhirnya berkata, "Claire.."

"HAH? KAU TAK BERCANDA KAN?" Ucap Rob yang tiba-tiba berada di sampingku. Membuat aku dan Alex terkejut.

"Sejak kapan kau duduk di sebelahku?" Tanyaku mengrenyitkan dahi.

Rob mengibaskan tangan, "ah, itu tak penting. Jadi, saat ini Claire adalah pacarmu?" 

"Mmmm... Belum... Hanya saja aku sudah mengatakan yang sebenarnya pada Claire," ucapku dengan nada lega.

Namun kedua temanku ini memperlihatkan raut wajah yang seolah berkata 'yahhhhhh...'

"Apa? Jangan menatapku seperti itu."

"Ah, sudah kuduga pasti jadinya seperti ini!" Ucap Rob bak detektif yang mengetahui semua rencana target.

"Apa?" Tanya Alex dengan nada mencibir.

"Sebenarnya aku sudah mengetahui jika kau menyukainya," ucap Rob enteng.

"HAH? BAGAIMANA KAU BISA TAU?" Alex kaget, namun aku hanya mengrenyitkan dahi.

Rob mengelus dagunya dengan muka serius. "Sejak saat itu, ya, sejak saat itu. Saat kau melihat instagram Andrew."

Aku dan Alex diam tak berkomentar, membiarkan Rob meneruskan ceritanya.

"Saat itu kau terlihat benar-benar geram dan penasaran saat mengetahui Andrew mengupload foto-foto Claire. Ditambah lagi saat kau memergoki Grace di koridor saat itu, kau malah memilih mengejar Claire daripada mengintrogasi Grace yang jelas-jelas membuatmu naik darah. Dua hal itu aneh menurutku," terang Rob.

Aku bergeming, sedangkan Alex terlihat berfikir.

"Lalu aku bisa melihat kau benar-benar melindunginya, bisa dibilang kau sangat protektif secara tidak langsung. Dulu saat kau bersahabat dengan Sam, tidak sampai seperti itu," sambung Rob dengan wajah yang sulit dipahami.

Tapi apa yang Rob katakan itu benar. Aku dulu memang mempunyai sahabat perempuan bernama Sam, tapi aku tak pernah sangat protektif padanya, tak pernah geram saat ia mendapat kenalan baru atau jika dia keluar dengan teman laki-lakinya, aku juga tak pernah mendekapnya seperti aku mendekap Claire saat ia menangis.

"Nah, sepertinya itu benar," ucap Alex sembari melihatku yang masih menghadap lurus kedepan.

Aku berkedip mengakhiri pikiran itu di otakku. "Itu berarti....."

"Kau sudah lama menyukainya, hanya saja kau tak menyadari," Alex melengkapi kalimatku.

Rob mengangguk mantap. "Lalu, kenapa dia belum menjadi pacarmu? Bukannya kau sudah mengatakan isi hatimu? Apa kau ditolak?"

"Hahaha.. tidak. Aku tidak di tolak, hanya saja kemarin dia belum menjawabku karena setelah aku mengucapkan semuanya, dia meminta izin untuk tidur di dekapanku dan aku memahami hal itu. Jadi aku biarkan dia tidur," jalasku pada Alex dan Rob.

Kedua orang di kanan-kiriku melotot, "TIDUR???"

"Jika dia tidak mendengarkanmu, bagaimana?" Tanya Rob khawatir.

"Aku tau dia mendengarkanku karena aku sempat mendapat..." Aku sengaja menggantung kalimatku lalu menyentuh bibirku dengan ibu jariku.

"OH GOSHH!!!!"

Aku tak menanggapi mereka berdua. Aku segera bangkit lalu mengambil papan skateboardku. "Aku pulang dulu," ucapku pada mereka sembari melambaikan tangan.

*

"I love you," bisikku padanya waktu itu. Lalu aku mencium pipinya dan memelukknya erat sampai-sampai boneka beruang diantara kami jatuh begitu saja.

Tak lama kemudian Claire melingkarkan lengannya di tubuhku.

Dia dan aku tetap pada posisi itu untuk waktu yang cukup lama sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya lalu mendaratkan bibirnya di bibirku. Lembut, sangat lembut. Kemudian ia merangkak membetulkan bantal di tempat tidurnya dan menoleh ke arahku sembari bertanya takut-takut, "bolehkah aku tidur di dekapanmu?"

Aku menggangguk dengan senyum hangat. Aku pun segera duduk di sebelahnya, bersandar pada bantal yang sudah ia tata tadi. Seketika itu juga ia membenamkan kepalanya di dadaku. Tangan kiriku memeluknya sedangkan tangan kananku digenggamnya erat. Aku pun mencium pucuk kepalanya sebelum akhirnya ia tertidur.

*

Aku membolak-balik kertasku, sesekali menengadah, menatap lurus ke depan, lalu mengingat semua yang terjadi. Mendekatkan pena berwarna biru yang ku pegang ke kertas di hadapanku. Lalu membuat dua garis tak sama panjang namun berbahaya, untuk kesekian kalinya pada kotak kecil disisi kanan tulisan.

Aku menyandarkan punggungku, lemas, mendongakkan kepalaku di sandaran kursi. Kepalaku terasa berat, pusing, berputar-putar, penuh dengan semua pikiran tak berujung. Tubuhku lunglai, lelah karena bermain basket sendiri seharian. Namun aku bangga pada diriku sendiri. Aku lega, berhasil mengontrol diriku, setidaknya pada minggu pertama.

Katakan jika aku gila, karena aku menyembunyikan hal yang mungkin akan membuat semua orang terkejut, menangis, atau mungkin membenciku. Tapi untuk saat ini, aku tak bisa mengatakan hal ini pada siapa pun. Tidak pada Alex, Rob, atau pun pada Claire. Aku akan menyimpan hal ini rapat-rapat sampai waktunya tiba.

***

-to be cont-

Mueheheee... sip gak nih? :P

When You're Gone [Austin Mahone ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang