I Should've Not Sent It

581 18 0
                                    

~ Austin's POV ~

Aku baru saja mengantarkan Claire ke rumahnya karena tadi aku mengajaknya ke toko buku. Entah mengapa aku tadi tak mengajak Alex. Padahal dia lah yang hobi membaca buku, bukan Claire. Ah, sudahlah, lagi pula sudah terjadi kan? Kenapa aku mempermasalahkannya?

Aku merebahkan tubuhku di sofa ruang keluarga dan menyalakan TV. Aku mengganti channelnya beberapa kali namun tak menemukan acara yang menarik. Aku pun membiarkan TV di depanku menyala begitu saja. Entah mengapa, aku teringat Claire. Aku ingat betul apa yang terjadi kemarin. Aku mengajarinya matematika. Uh, bukan itu. Dia menganggap dirinya bodoh? Bukan juga. Aku ingat, sangat ingat, kemarin dia memelukku. Sangat erat. Bahkan AKU membalas pelukannya. Dan lebih anehnya lagi, AKU memeluknya LAGI.

"Austin, kau kenapa?" tanya mom yang baru saja dari dapur, membawa secangkir susu, mungkin.

Aku menatap mom yang sedang tersenyum padaku. Aku menggeleng, namun tersenyum padanya.

"Ini, susu untukmu, Mom baru saja membuatnya," kata mom sambil tersenyum lagi dan memberikan secangkir susu itu padaku.

Aku menerima susu hangat itu lalu tersenyum pada mom, "thanks, Mom.."

"You're very welcome," ucapnya sambil tersenyum lagi.

Momku ini memang orang yang murah senyum. Menurut mom, tersenyum itu bisa membuat semua orang awet muda dan jika kita tersenyum pada lawan bicara kita, orang itu akan merasa nyaman bersama kita. Memang aku akui itu benar, tapi jangan coba-coba tersenyum pada orang gila yang mungkin tiba-tiba berbicara pada kita. 

"Hey, kau kenapa Austin? Kenapa kau tertawa?" tanya mom yang kebingungan saat melihatku terkekeh karena hal bodoh yang ku pikirkan tadi.

Aku menutup mulutku dengan tangan kiriku, berusaha menahan tawaku. 

"Kau kenapa Austin? Apa ada hal yang lucu?" Mom mengerutkan keningnya.

Aku menggeleng lalu berkata, "Tidak, Mom. Tidak ada apa-apa."

Aku pun melanjutkan meminum susu vanilla yang mom berikan tadi untuk menghentikan tawaku. Aku bisa melihat jika mom tersenyum lagi melihatku meminum susu layaknya orang yang tak minum selama 2 hari.

"Ahhhh..." ucapku sesaat selesai menghabiskan segelas susu vanilla itu. Aku membersihkan susu yang menempel di atas mulutku dengan punggung tanganku. Namun mom segera mencegahku dan membersihkan mulutku dengan tisu.

"Mom, aku bukan anak kecil lagi," ucapku saat mom selesai membersihkan mulutku.

Mom mengacak rambutku dan tersenyum, lagi. "Jika kau bukan anak kecil, kenapa minum susu saja masih seperti itu?" tanya mom sembari tertawa.

Aku memutar bola mataku, "Mom...."

Mom pun berhenti tertawa dan melihat ke arah TV. "Kau tidak melihatnya?" tanyanya padaku.

Aku menyeringai, "Hehe, aku tadi melihatnya tapi selanjutnya tidak, hehe.."

Mom melihatku dan mengambil cangkir susu yang masih ku pegang, lalu meletakkannya di meja kecil di sebelahnya. "Tadi apa yang kau fikirkan, sampai-sampai TV kau biarkan menyala?"

Aku menyeringai, "Tidak ada, Mom."

Mom mengrenyitkan dahinya, seakan tau aku sedang berbohong. 

"Mom, aku sangaattttt capek. Aku mau mandi lalu tidur. Ok? Good night, Mom," ucapku sembari berdiri lalu mencium pipi mom dan lari secepat kilat ke kamarku. Cara ini sangat jitu untuk menghindari pertanyaan maut mom, haha..

Di kamarku yang bernuansa putih, aku tak henti-hentinya berfikir kenapa aku memeluk Claire kemarin. Sepertinya ada yang menggerakkan tubuh dan tanganku begitu saja untuk memeluknya. Bahkan aku baru sadar sesaat setelah memeluknya bahwa aku benar-benar memeluknya dan mengatakan kalimat bijak itu pada Claire, seorang gadis yang tak lain adalah tetanggaku. Dan hari ini aku malah mengajaknya, bukan mengajak Alex untuk ke toko buku. Ini aneh, benar-benar aneh.

When You're Gone [Austin Mahone ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang