Mysterious

535 16 0
                                    

~Claire's POV~

Guess what?

GUESS WHAT??!!!! AKU MENDAPAT NILAI A+ !!!!!!

Ahh.... Aku sangat senang. Ini pertama kalinya aku mendapatkan nilai A+ untuk pelajaran matematika di sekolah menengah pertama. Austin harus tau hal ini!

Aku mengetik pesan untuk Austin sembari berjalan menyusuri koridor menuju lokerku berada. Tak terlalu banyak murid yang berjalan di koridor ini. Mungkin karena masih ada tambahan atau malah sudah pulang. Entahlah, aku tak terlalu peduli tentang itu. Yang penting, Austin harus tau tentang nilaiku haha.. 

Aku pun memasukkan iphoneku ke dalam saku celanaku setelah meng-klik 'send'. Kemudian aku mempercepat langkahku menuju lokerku. Aku berniat memasukkan bukuku ke dalam loker. Namun saat sampai di depan loker, aku melihat ada kertas di celah lokerku. Aku pun mengambilnya dan membaca tulisan yang ada di kertas itu.

' I know you can ;) '

Itulah yang tertulis di kertas berwarna biru itu. Tanpa nama, tanpa inisial. Lebih tepatnya tanpa keterangan siapa yang menulisnya. Aneh. Apa Austin yang menyisipkan kertas ini? Tapi itu tidak mungkin. Dia harus izin dulu jika ia ingin masuk sekolahku ini. Meskipun sekolah Senior berada tepat di sebelah kami. Tapi, jika bukan Austin, siapa lagi?

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari-cari siapa yang mungkin menulis kalimat itu. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada murid yang ku kenal di koridor ini. Jadi tidak mungkin mereka yang menyisipkan kertas ini. Hmmm... Lalu siapa?

Aku mengangkat bahuku tak mengerti lalu memutuskan untuk memasukkan bukuku serta kertas biru itu ke dalam loker. Setelah itu aku berjalan dan mengeluarkan iphoneku. Sepertinya Austin ada tambahan, pesanku tak dibalas. Ya sudah lah, aku pulang sendiri saja. 

*

"Oh ya, kau yang tadi yang menyelipkan kertas ke lokerku, ya?" tanyaku saat berada di rumah Austin.

Austin menaikkan sebelah alisnya, "kertas?"

Aku mengangguk mantap. "Yup. Isinya 'I know you can' dan ada gambar senyuman di akhir kalimatnya," ucapku menjelaskan tentang tulisan di kertas yang tersisip di celah lokerku.

Austin menggeleng, "aku tidak pernah menyisipkan apapun di lokermu. Bahkan aku tak tau berada dimana lokermu itu."

"Hah? Apa kau serius?" tanyaku tak percaya.

Austin mengangguk lagi dan aku pun hanya berfikir 'siapa yang menyisipkan kertas itu?'

Austin melihatku bingung dan aku hanya melihatnya dengan tatapan 'jadi siapa yang menyisipkan kertas itu?'.

Seakan tau arti tatapanku, Austin mengangkat kedua bahunya. "Aku tak tau, Claire. Mungkin saja Terry?" terka Austin.

Aku mengrenyit, benar, mungkin saja Terry yang menyisipkan kertas itu. Mengingat dia lebih dulu pulang daripada aku. "Mungkin, ya sudah, aku pulang," ucapku sembari melangkah ke arah pintu rumahnya.

Austin hanya mengangguk-angguk lalu bertanya, "kau ke rumahku hanya memeberitahu ku kau mendapat A+ dan menanyakan hal ini?"

Aku mengangguk-angguk pelan. "Dah, Austin," ucapku sembari melambaikan tangan dan melangkah pergi. Aku bisa melihat jika Austin mencibir. Tapi aku hanya tertawa geli melihatnya.

*

"Aku tak pernah menulis seperti itu," jawab Terry yang baru saja ku tanyai tentang kertas yang tersisip di celah lokerku.

Sama seperti saat aku mendengar jawaban Austin, aku tak berhenti berfikir siapa yang menyisipkan kertas itu. Aku pun meminta bantuan Terry untuk menanyakan pada setiap teman yang biasa ku ajak bicara. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang menyisipkan kertas itu. Lalu siapa yang menyisipkan kertas itu?

Pada saat pulang, seperti biasanya, aku berjalan menuju lokerku. Tapi kali ini Terry ikut berjalan bersamaku karena ia juga ingin mengecek lokernya yang sudah 3 hari tak ia buka. Dan pada saat kami sampai di depan loker masing-masing, aku kaget karena ada lipatan kertas yang tersisip di celah lokerku lagi. Terry yang melihatku memegang kertas, langsung mengambil kertas itu dari tanganku. Ia pun membaca tulisan yang ada di kertas itu.

" 'If i'm louder, would you see me?' " 

Aku berfikir sejenak, sepertinya aku pernah tau tentang kata-kata itu. "Ah, itu lirik lagu One Direction,  Re," ucapku setelah berhasil mengetahui kata-kata yang tak asing itu.

"Kau benar. Tapi tidak ada inisial ataupun nama penulisnya di kertas ini," ucap Terry sembari mengrenyit menatapku.

Aku pun mengambil kertas itu dari tangan Terry dan melihat kertas itu baik-baik. Kertas dengan warna yang sama, tulisan yang sama, tanpa nama juga. 

"Kira-kira siapa yang menyisipkan kertas itu, Claire?" tanya Terry.

Aku mengangkat bahuku, "entahlah. Tapi yang jelas, pengirimnya masih sama seperti kertas yang tersisip kemarin."

"Darimana kau tau?"

Aku membuka lokerku dan mengambil kertas yang kemarin tersisip di lokerku. Lalu aku memberikan kedua kertas berwarna biru itu pada Terry. "Kertas dengan warna yang sama, tulisan yang sama, tanpa nama juga," ucapku menyebutkan bukti-bukti bahwa pengirimnya masih orang yang sama.

Terry mendengarkan ucapanku dan memperhatikan kedua kertas itu dengan seksama. "Kau benar, Claire," ucapnya sembari mengangguk-angguk.

"Nah, jadi siapa yang mengirim 2 kertas ini?"

Terry melihatku dan menaikkan bahunya. "Aku juga tak tahu, Claire. Tapi jangan kau tanggapi serius. Mungkin saja orang ini hanya iseng. Karena kalimatnya aneh," ucapnya.

"Tapi, Re, lihat. Sudah 3 bukti kan?" ucapku meyakinkan Terry.

"Baru tiga bukti, Claire. Jika sudah ada lebih dari itu dan ia terus menyisipkan kertas ke lokermu, barulah kita perlu untuk menyelidikinya," ucap Terry sembari memberikan kedua kertas itu padaku.

Benar. Mungkin saja ada orang yang menjailiku. Dan apa yang dikatakan Terry benar juga. Baru tiga bukti dan dua kertas. 

Aku pun memasukkan kertas itu ke dalam lokerku lagi. Aku juga kembali ke tujuan awalku, menaruh buku-bukuku di loker. Kemudian mengajak Terry untuk pulang. Tapi sejujurnya, aku masih penasaran siapa yang menyisipkan 2 kertas berwarna biru itu.

***

-to be cont-

When You're Gone [Austin Mahone ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang