~ Author's POV ~
Hari ini hari kedua Claire pulang tanpa Austin. Semakin Claire mengingat tentang hal ini ia semakin malas untuk berangkat ke sekolah. Rasa-rasanya ia telah kehilangan semangat untuk berangkat ke sekolah. Biasanya, setiap hari Austin akan menjemputnya setiap pagi dan mereka akan berangkat bersama dengan sepeda maupun dengan bus. Saat pulang pun juga seperti itu, Austin akan menunggunya di koridor pemisah dan mereka pun akan pulang bersama-sama. Tak jarang juga mampir ke Subway untuk sekedar menghilangkan penat mereka.
Claire turun dari bus memasuki gerbang sekolahnya dengan langkah gontai. Ia masih ingat kemarin ia mematung di depan gerbang dan berhasil pulang dengan mood yang kacau. Memang hubungannya dengan Austin masih bisa dihitung jari, belum sampai satu minggu. Tapi aku kan sudah menyukainya sejak lama.... jerit Claire dalam hati.
"Tunggu, memangnya kapan aku mulai menyukai Austin? Aku bahkan tak tahu mulai kapan aku menyukainya. Bodoh!" Claire memukul kepalanya pelan.
Andrew ternyata memperhatikan dari kejauhan. Ia masih ingat kejadian kemarin. Untung saja Claire pulang dengan selamat, ia lega. Namun ia masih tak mengerti kenapa Austin malah di halte bersama dengan Grace, bukannya dengan Claire. Apa Grace masih menyukai Austin?
Alex menepuk pundak adiknya, membuat pikrian Andrew buyar. "Hey, kenapa kau tak ke kelas? Apa yang kau perhatikan?" tanya Alex sembari mengedarkan pandangannya ke arah pandangan Andrew.
"Ah, tidak.. Ngomong-ngomong.." Andrew terlihat berpikir sejenak sebelum melanjutkan, "apa ada yang berubah dari Austin?"
"Berubah? Berubah bagaimana maksudmu?" Alex tak mengerti arah pembicaraan adiknya.
"Ah, tidak, lupakan. Ya sudah, aku ke kelas dulu," ucapnya sembari melambaikan tangan dan berlari menuju kelasnya.
*
Austin mengetuk-ketukkan ponselnya ke dahi, berharap ada sms atau panggilan masuk. Namun keadaannya masih sama sejak kemarin sore, tidak ada satu pun sms atau panggilan masuk dari Claire. Austin yakin ia sudah mengirim berpuluh-puluh sms dan mengulang panggilannya berkali-kali, namun tak ada satu pun yang direspon oleh Claire.
"Kemana perginya anak ini?" adalah pertanyaan yang telah berulang kali diucapkan Austin selain "kenapa Claire tak merespon?". Ia bingung dengan apa yang telah terjadi pada pacarnya itu sehingga Claire tak mau membalas smsnya dan menerima panggilannya.
Austin mengacak rambutnya, "argghhh.... Kenapa seperti ini....."
"Tunggu, apa dia marah padaku karena aku tak berangkat dan pulang bersamanya?"
"Ah... Iya, pasti itu alasannya. Kenapa kau bodoh sekali Austin..." kutuknya pada dirinya sendiri.
Austin pun memejamkan matanya, berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia bingung apa ia harus memberitahukan semuanya pada Claire atau tetap bungkam. Jika ia bungkam, maka mau tak mau ia akan terus berbohong dan mengecewakan Claire. Tapi jika ia memberitahukan semuanya, ia masih belum menemukan kata yang tepat.
Ia bangkit setelah berjam-jam berada pada posisi yang sama dan menyingkirkan semua sticky notes yang menutupi check-listnya. Ia mencentang di sisi kanan tulisan 'day 2'. "Anggap saja sudah terjadi," gumamnya. Maafkan aku..
*
Hari ketiga dan Claire masih belum membalas sms yang Austin kirim kemarin. Austin telah berencana untuk tak mengganggunya hari ini. Mungkin lebih baik seperti itu karena ia menyadari ini salahnya.
"Ya, Mom?" ucapnya saat menerima panggilan dari Momnya.
Ia mengangguk, "ya, sudah selesai semuanya..... Baik, aku mengerti...... Belum, aku masih memikirkan bagaimana caranya...... Ya, aku tau. Tapi tidak bisakah?....... Ayo lah, Mom, aku tak mau...... Amin...... Baiklah, love you too, Mom."
Austin pun mengakhiri pembicaraan dengan Momnya. Ia menghela napas, lagi-lagi hanya itu yang bisa ia lakukan. Namun tiba-tiba ada satu hal yang muncul di otaknya dan membuatnya membuka phone book ponselnya, mencari-cari sebuah nama.
"Halo, apa kau mau membantuku?"
*
Claire melirik ponselnya berkali-kali. Pagi ini ia memutuskan untuk tak membawa ponselnya ke sekolah dan malah melemparkan ponselnya dari meja belajar ke sudut ruangan dimana semua bonekanya terkumpul dengan alasan ia malas melihat ponselnya. Lebih tepatnya malas membaca pesan-pesan dan mendengarkan ponselnya terus berdering karena panggilan dari Austin hari ini.
Tapi, nampaknya hatinya mulai khawatir. Kali ini Claire berhasil dibuat bertanya-tanya karena sejak ia pulang sekolah sampai saat ini, pukul sembilan malam, ponselnya tak menyala dan berdering sedikit pun. Ia memang tak menyentuh ponselnya sedikit pun hari ini, tetapi matanya tak dapat berhenti melirik ke arah ponselnya. Jauh di hati kecilnya, ia berharap Austin mengirim pesan dan meneleponnya lagi.
"Arggh.. Aku bisa gila!" Claire pun bangkit dan berjalan menuju dimana ponselnya berada. Ia sempat ragu namun akhirnya mengambil ponselnya. "B-be-benar? Tak ada pesan dan panggilan satu pun?!!"
"Hhh.. Yang benar saja.. Austin Carter Mahone..."
*
"Hey, hari ini kau tak pulang dengan Austin lagi?" tanya Tere pada Claire.
Claire hanya mengangguk malas dan pasrah. "Kenapa begitu? Seharusnya kan new couple selalu pulang bersama," protes Tere.
"Entahlah. Mungkin ia sibuk dengan tambahannya.." ucap Claire sembari menaikkan bahu.
Tere mengangguk-angguk, "oh... Sekarang kau mau pulang denganku? Kebetulan Mom menjemputku lagi."
"Tidak usah, terima kasih. Aku bisa pulang dengan bus," ucap Claire sembari tersenyum tipis.
"Kenapa kau tak pulang dengan Andrew saja?" tanya Tere yang ingat jika rumah Andrew dan Claire searah.
"Tidak, aku tak mau merepotkannya. Ya sudah, aku pulang dulu.."
Claire pun berjalan meninggalkan Tere. Ia berjalan menuju koridor pemisah, mengingat saat Austin menunggunya di tempat ini. Claire tersenyum tipis, berpikir mengapa rasanya seperti Austin telah pergi meninggalkannya padahal Austin hanya mengikuti pelajaran tambahan.
Tak terasa kaki jenjangnya membawanya ke tempat parkir dimana ia bisa memutar kejadian saat ia dan Austin saling tersenyum sembari mengambil sepeda masing-masing. Claire akan berteriak 'tunggu aku!' saat Austin mengayuh sepedanya lebih dulu. Claire kembali tersenyum tipis.
Ia pun sampai di gerbang sekolah setelah berjalan ke tempat-tempat yang sering Claire datangi bersama Austin di sekolah. Claire seperti hari-hari sebelumnya, berjalan menuju halte. Langkahnya kembali terhenti saat menyadari siapa yang ada di halte. Austin dan Grace. Lagi. Untuk yang kedua kalinya. Mereka terlihat... sangat akrab. Sangat sangat akrab.
Tubuhnya lemas seketika. Kepalanya terasa berputar. Bulir bening itu pun menetes dari mata indahnya. Claire segera membalikkan badannya dan berlari sekencang mungkin.
Apa ini alasan Austin berhenti mengirim pesan padaku?
Apa Austin berbohong jika ia ada tambahan?
Apa ia berbohong untuk pulang bersama Grace?
Kenapa harus Grace?
Apa Austin sempat mempunyai perasaan untuk Grace?
Apa Grace masih menyukai Austin?
Apa dia juga menyukai Grace?
Lalu apa artinya hubunganku dengannya?
Tuhan, beritahu aku....
***
-to be cont-
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone [Austin Mahone ff]
FanfictionSeorang gadis manja, Claire Alison Stuart dan tetangganya yang bernama Austin Carter Mahone, sama-sama sedang kesepian. Austin menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Claire dan Claire menyetujui tawaran Austin. Akankah perjalan mereka untuk menjad...