~ Claire's POV ~
"Bagaimana dengan Taylor?" tanyaku pada Austin yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Ia mengarahkan rambutnya ke belakang lalu menghembuskan napas panjang. "Selesai," ucapnya sembari memberi senyum lebar di wajahnya.
Aku tersenyum lega. "Kau berhasil mengatakan semuanya Austin. Akhirnya..." ucapku gembira.
Austin mengangguk mantap. "Ini semua berkatmu, Claire. Jika kau tak berkata seperti itu, aku mungkin akan tetap hidup dengan ketidak pastian. Terima kasih," ucap Austin yang tiba-tiba memelukku dari samping.
Semula aku sedikit terkejut. Namun aku tau, saat ini dia sedang merasakan kelegaan dalam relung jiwanya. Maka aku membiarkannya memelukku. Aku tersenyum lebar melihat tingkahnya yang seperti anak kecil yang sedang memeluk ibunya. "Austin, kau terlihat sangat bahagia. Haha..." ucapku sembari tertawa singkat.
Ia mendongak menatapku, namun ia tak melepaskan pelukannya. "Memang," ucapnya singkat lalu ia tiba-tiba mngecup keningku. Dan seketika itu juga aku terbelalak. Aku merasa ada arus listrik yang baru saja mengalir ke dalam tubuhku.
"Terima kasih, Claire," ucapnya setelah selesai mengecup keningku.
Aku masih diam, tak menjawab. Aku melihatnya dan berkedip dengan ekspresi innocent. Namun ia hanya melihatku lalu tersenyum dan kembali berkutat dengan buku dan alat tulisnya. Dan beberapa menit kemudian, Austin memberiku sebuah kertas yang ia lipat menjadi empat bagian. Aku pun membuka kertas itu dan sebuah senyuman langsung nampak di wajahku saat aku membaca tulisan yang ada.
Sepertinya waktu satu minggu lebih ini sudah cukup untuk percobaan kita. Kau masih ingat kan saat kita memutuskan menjadi teman sore itu? Asal kau tau, aku tak pernah menyangka aku akan berteman denganmu. Bahkan aku tak menyangka kau bisa merubah hidupku hanya dengan kalimatmu kemarin. Tentunya dengan kalimat Alex juga. Tapi, ucapanmu lah yang masih membekas di ingatanku. Aku tau aku bertele-tele, Tapi aku hanya ingin berkata:
I think you're my best friend right now ;)
Meskipun aku tak tau kapan kau akan menganggapku sebagai sahabatmu, saat ini aku benar-benar berpikir dan menyadari, kau memang pantas menjadi sahabatku ;)
-Austin-
Aku melihatnya tak percaya, namun Austin hanya tersenyum sembari mengangguk-angguk santai. Aku pun mengambil bolpoin dari tangannya dan menulis sesuatu di kertas yang lain.
~Austin's POV~
Setelah beberapa menit menunggunya membaca dan menulis balasan untukku, akhirnya Claire memberiku sebuah kertas. Aku pun membaca isinya:
Aku juga tak menyangka akan menjadi temanmu. Karena kau tau, aku bukan tipe orang yang mudah mencari dan mendapatkan seorang teman. Aku bahkan dulu mengira kau sama seperti angkatan senior lain yang suka membanggakan dirinya sendiri. Tapi aku tau aku salah menilaimu. Dan saat ini, menurutku kau adalah teman yang menyenangkan. Tapi maaf, aku belum bisa menyebutmu sebagai sahabat :((
So, lets try again one week maybe? :))
-Claire-
Sedikit kecewa memang, tapi aku memaklumi hal ini. Sekali lagi ku katakan, ini karena Claire bukan orang yang mudah bersosialisasi. Dan seperti yang ia tulis 'aku bukan tipe orang yang mudah mencari dan mendapatkan seorang teman'. Aku bisa bersabar demi orang sebaik dan seasyik Claire. Dan hal ini adalah bukti jika aku memahaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone [Austin Mahone ff]
FanfictionSeorang gadis manja, Claire Alison Stuart dan tetangganya yang bernama Austin Carter Mahone, sama-sama sedang kesepian. Austin menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Claire dan Claire menyetujui tawaran Austin. Akankah perjalan mereka untuk menjad...