~ Claire's POV ~
Aku terbangun dan langsung melihat Austin tepat 10 senti di depanku. Rupanya dia tertidur juga. Mungkin ia terlalu lelah sama sepertiku.
Aku segera mengambil kain tebal di tempat tidurnya lalu menyelimutinya. Kemudian aku kembali duduk di sampingnya, memperhatikannya. Dia terlihat mengerutkan dahinya. Entah mengapa, tapi sepertinya ia sedang mengalami mimpi buruk. Aku ingin membangunkannya dari mimpi buruk itu jika ia memang mengalaminya. Namun sebelum aku melakukan itu, kerutan di dahinya telah menghilang. Membuatnya terlihat lebih damai saat ini.
Tiba-tiba aku teringat sebuah kertas yang sempat ku masukkan ke dalam saku. Aku pun membuka kembali kertas itu.
Kenapa Austin menggambar pesawat-pesawat ini?
Apa dia ingin menjadi pilot?
Atau dia ingin pergi berlibur?
Pertanyaan-pertanyaan itu kembali muncul.
Sebenarnya aku sengaja menyimpan kertas bergambar pesawat ini karena aku penasaran alasan Austin menggambar banyak sekali kendaraan di kertas-kertas yang ku buang tadi. Tapi di antara semuanya, kertas bergambar pesawat ini yang menarik perhatianku. Di sekeliling gambar pesawat itu ada banyak sekali angka 5 dan aku tak mengerti apa artinya itu.
Dalam sekejap otakku berubah memikirkan yang lain, hal yang Austin katakan sebelum aku tertidur tadi. Ia memintaku untuk pulang sendiri? Tumben sekali...
Bahkan saat aku mengatakan aku akan pulang dengan Andrew, dia sama sekali tak mencegahku. Ini aneh.
Meskipun ia menyuruhku pulang sendiri karena ia ada tambahan pelajaran, tambahan itu belum ditentukan berlangsung setiap hari kan? Apa ada peraturan baru apa di sekolah Austin?
Ah... Kenapa aku seperti ini......
Claire, Austin itu masuk deretan anak terpintar di sekolah, maklum jika dia diminta mengikuti tambahan.
Ya, karena itu.
Jadi, Claire, tenanglah. Kau masih bisa bertemu Austin di rumah kan? Sabtu dan Minggu kau bisa bermain skateboard dengannya.
Ah ya, begitu.
Aku mencoba menghilangkan pikiran-pikiran aneh di otakku. Lalu mataku terhenti di sticky notes yang menempel di tembok berwarna putih bersih. Aku mulai membacanya satu-persatu.
"Fisika: hal 59" "Bahasa inggris : pidato" "Biologi: experimen"
Dan yang lain isinya sama mengenai tugas-tugas yang harus di kumpulkan. Tapi tunggu..... Sepertinya ada kertas yang lebih besar di balik sticky notes ini..
Saat aku mencoba melihat kertas apa yang ada dibalik sticky notes itu, aku merasakan ada pergerakan dari Austin. Aku segera berpura-pura tidur di sebelahnya lagi.
"Ah, ternyata aku juga tertidur," ucapnya diikuti dengan tawa singkat. Aku bisa membayangkan saat ini dia meregangkan sendi-sendinya.
"Nah, kenapa aku bodoh sekali membiarkan Claire tidur seperti ini dan malah ikut tertidur? Lalu kenapa aku sudah berselimut? Apa Claire sempat terbangun? Arkk.."
Dari suaranya aku bisa menerka jika Austin menggaruk bagian kepalanya dengan kesal.
"Baik, Austin pindahkan dia dan biarkan dia tidur dengan nyenyak. Ok?" sambungnya, memerintahkan diri;nya sendiri.
Austin mulai membopongku ke tempat tidurnya. Entah mengapa aku masih enggan mengakhiri tidur pura-puraku ini.
Austin pun duduk di sebelahku, tak mengatakan sepatah kata pun untuk waktu yang lama. Entah apa yang ia pikirkan. Sampai akhirnya..
"Kau tau Claire sebenarnya aku tak mau kau pulang sendiri. Aku tak mau menyuruhmu pulang sendiri," ucapnya sembari mengelus kepalaku.
Lalu? Kenapa ia menyuruhku pulang sendiri jika ia tak mau aku pulang sendiri?
"Sejujurnya aku tak mau dan aku tak suka jika kau pulang dengan Andrew.."
Hah? Jadi kenapa dia menyuruhku pulang sendiri?
"Tambahan itu... Aku.... aku tak bisa melakukan apapun, Claire.. Maafkan aku.."
Jika itu alasanmu, tak apa aku pulang sendiri. Sungguh aku tidak apa-apa. Tapi aku juga tak akan pulang dengan Andrew, Austin. Aku akan menjaga perasaanmu. Aku janji..
Aku bisa merasakan Austin bangkit lalu berjalan. Aku membuka mataku perlahan, sebisa mungkin agar tak diketahui Austin.
Austin berhenti sejenak di meja belajarnya, mengambil sebuah kertas dan bolpoin lalu mematikan lampu belajarnya. Ia berjalan ke arah pintu dan keluar. Aku pun memutuskan untuk tidur kembali.
*
"Oh, kau sudah bangun?" Tanya Austin dari balik pintu lemari es.
Aku mengangguk sambil mengucek mataku. "Mom mu belum pulang?" tanyaku setelah menengok ke berbagai sudut.
"Belum. Sepertinya Mom benar-benar sibuk," jawabnya, masih dari balik lemari es.
"Oh... Tapi apa yang kau lakukan di depan lemari es selama itu? Apa kau tak kedinginan?" Tanyaku heran.
Ia memperlihatkan kepalanya sedikit sembari menjawab, "aku mendinginkan badanku. Entah mengapa aku merasa sedikit gerah."
"Itu karena kau belum mandi, Austin.." jawabku datar.
Ia segera menutup pintu lemari es lalu menyeringai. "Benar juga.."
"Ish.. Ya sudah, aku pulang dulu. Kita berangkat ke sekolah bersama kan?" Tanyaku.
"Ngg... Aku akan terlambat hari ini.."
"Terlambat?"
Austin mengangguk. "Ada pelajaran sejarah di jam pertama hari ini. Aku tak mau mendengarkan cerita-cerita yang membuatku mengantuk itu dari awal sampai akhir.."
"Ish.. Baiklah aku akan berangkat ke sekolah sendiri," ucapku.
"Maaf.."
"Tak apa, tak masalah," ujarku sembari tersenyum dan melambaikan tanganku sebelum aku berjalan keluar.
Sejujurnya, aku tak tau mengapa tapi hatiku tak sepenuhnya percaya jika Austin akan datang terlambat.
****
-to be cont-
Duh.. Maaf ya part ini pendek banget. Lagi kena writer's block nih -_-vv
-Dee
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone [Austin Mahone ff]
FanfictionSeorang gadis manja, Claire Alison Stuart dan tetangganya yang bernama Austin Carter Mahone, sama-sama sedang kesepian. Austin menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Claire dan Claire menyetujui tawaran Austin. Akankah perjalan mereka untuk menjad...