You'll Find 'True Friend'

394 9 0
                                    

~ Austin's POV ~

From: Andrew

Sukses!

-

Really?

-

Yups! Terima kasih kau mau membantuku :)

-

No problem :)

-

Kau tau, ternyata kencan ini adalah kencan pertamanya!

-

Wow, kau sangat beruntung, Andrew!

-

Bisa di bilang begitu :D Sekali lagi terima kasih :)

-

No problem. Aku senang bisa membantu :)

-

Sepertinya bocah ini sangat bahagia, haha... 

Tentang Andrew, dia lah yang menelponku saat itu. Ia memintaku membelikan setangkai mawar merah untuk diberikan ke gadis yang dia ajak berkencan. Aku tak tau siapa gadis yang diajaknya itu, tapi Andrew cukup romantis bukan?

Mari tak membahas soal Andrew yang kasmaran.

Grace. Tadi saat istirahat sekolah, Grace tiba-tiba meminta maaf ke semua orang di sekolah; baik MS ataupun HS. Ia meminta maaf lewat speaker sekolah, sehingga seluruh penjuru di sekolah dapat mendengarnya. Dia sudah gila sepertinya. Tapi aku salut padanya, ia mau melakukan hal yang sebenarnya 'tidak mungkin dilakukan oleh seorang Grace'. Aku yakin dia tau semua konsekuensinya jika melakukan itu. Dan karena langkah 'ekstrim' yang ia ambil, aku benar-benar percaya jika dia benar-benar ingin 'mengakhiri' semuanya.

Claire. Aku tak pulang bersamanya hari ini. Aku juga belum melihatnya hari ini. Sudah ku coba untuk mengirim sms padanya namun tak dibalas. Padahal aku sangat ingin mengajaknya ke lapangan basket. 

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku pun menerima telepon masuk itu tanpa membaca dari siapa panggilan itu berasal. "Halo?"

"Halo, Austin?" Ucap si penelepon.

"Ya, ini aku."

"Ini aku, Grace.."

Aku langsung bangkit dan duduk dengan mata melebar. Untuk apa Grace menelponku malam-malam begini?

"Oh, ada apa?"

"Apa aku mengganggumu?" Tanyanya dengan nada bersalah.

"Oh tidak. Aku belum tidur. Ada apa?"

"Ngg.. Kau tadi mendengar permintaan maafku?"

"Ya. Memang ada apa?"

"Apa menurutmu aku akan kehilangan teman?" Tanyanya polos.

"Ngg, menurutku tidak, Grace. Tapi jika kau takut kehilangan teman, kenapa kau lakukan itu?"

"Aku hanya tidak ingin mem-bully dan melakukan hal yang selama ini ku lakukan."

"Jika begitu, kau tak takut kehilangan teman bukan?"

"Ngggg..."

"Tenanglah, Grace, kau tak akan kehilangan teman. Percaya padaku. Mungkin ada beberapa yang menjauh, tapi aku percaya akan ada orang-orang yang tulus menjadi temanmu."

"Kau yakin? Bagaimana jika mereka tidak mempercayai apa yang aku katakan dan membenciku?"

"Hm!" Aku mengangguk mantap meskipun ia tak bisa melihatku saat ini. "Seiring berjalannya waktu, pasti mereka mempercayaimu. Aku yakin mereka tak akan membencimu jika kau berubah ke arah yang lebih baik."

"Menurutmu membutuhkan waktu berapa lama agar mereka mempercayaiku?"

"Itu tergantung padamu."

"Tergantung padaku?"

"Yeah, jika kau ingin mereka segera mempercayaimu, maka tunjukkan pada mereka jika kau benar-benar berubah, secepatnya."

"Begitu?"

"Hm m.. Dan satu lagi, berbahagialah kau sudah meminta maaf ke semua orang. Karena hal itu akan membuatmu mengetahui siapakah yang sebenarnya teman sejatimu dan siapa yang bukan."

"Baiklah Austin, terima kasih. Maaf aku mengganggumu. Engg, sebelum aku menutup telepon ini, maukah kau membantuku?"

"Membantumu?"

"Ya. Apa kau bisa membantuku agar semuanya cepat mempercayaiku?"

"Tentu."

"Baiklah. Besok aku akan menemuimu sepulang sekolah. Aku akan meminta tolong pada Claire juga. Terima kasih. Bye, Austin."

"Bye"

Grace pun mengakhiri panggilannya. Aku memandang ponselku sembari berpikir, besok aku bertemu dengan Claire, apa yang harus ku lakukan?

*

Dari kejauhan aku bisa melihat Grace berjalan dengan Claire di sampingnya. Claire... Rasanya aku rindu mengajarinya matematika.

"Hai, Austin!" Seru Grace ceria, membuat orang di sekitar melihat ke arahnya. 

"Hai!" Balasku sembari menatap Grace seolah berkata 'tak usah hiraukan sekitarmu'.

Grace mengangguk lalu meraih tanganku, "ayo ikut aku!"

Ia menarikku dan Claire ke dalam mobilnya dan sang sopir pun membawa kami bertiga entah kemana. Sebelum aku dan Claire bertanya pada Grace, mobil yang kami tumpangi telah berhenti di depan kedai fish and chips sederhana. 

"Jadi kalian ada tips apa untukku?" Tanya Grace saat baru saja memasukkan chips pertamanya.

"Be yourself.." Ucapku singkat.

"Lalu, kau Claire?"

"Jangan dengarkan apa yang orang katakan tentangmu?"

Sebelum Grace bertanya lagi, ponsel Claire berbunyi.

"Halo, iya, Papa?..... Iya aku segera pulang."

"Ada apa?" Tanya Grace.

"Ngg.. Maaf, aku harus pulang. Papaku menyuruhku pulang sekarang juga," jawab Claire sembari menyampirkan tasnya di pundak kanan.

"Oh tak apa. Pulanglah. Ada Austin di sini," ucap Grace enteng.

"Baiklah. Maafkan aku, Grace. Bye.."

"Bye.."

Claire pun berjalan keluar kedai dan bisa ku lihat ia masuk ke dalam taksi terburu-buru. Mungkin ada urusan yang sangat penting. Aku pun melanjutkan memberikan tips pada Grace.

***

-to be cont-

When You're Gone [Austin Mahone ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang