Decided

532 13 0
                                    

~ Austin's POV ~

Sepertinya Claire benar-benar marah padaku. Pesanku tak dibalas. Hmm... Sepertinya aku harus minta maaf padanya. Tapi, aku masih ingat, dia berpikir aku dan Taylor berpacaran? Benarkah? 

Jika benar, mengapa ia bisa menyangka aku berpacaran dengan Taylor? Apa gerak-gerikku dan Taylor seperti orang yang sedang berpacaran? Sepertinya tidak. Atau aku yang memperlakukan Taylor seolah dia itu pacarku? Tidak. Aku yakin betul aku memperlakukannya biasa saja kemarin. Lalu bagaimana bisa Claire berpikir seperti itu? Apa Taylor memperlakukanku seperti seorang pacar? Ku rasa tidak juga. Dia tetap Taylor yang ku kenal dulu. Saat ia masih bersamaku.

Ah, lupakan masalah itu. Aku harus meminta maaf pada Claire.

Aku pun segera pergi ke rumah Claire. Dengan kecepatanku berjalan, setengah menit kemudian aku sudah berada di depan rumah Claire.  Aku pun mengetuk pintu rumahnya dan Mrs. Stuart lah yang membukakan pintu.

"Selamat pagi, Bibi. Claire ada?" tanyaku sembari tersenyum.

"Selamat pagi juga, Austin. Ada. Kenapa kau mencari Claire pagi-pagi begini? Ini masih pukul 6 lewat sepuluh menit," ucap Mrs. Stuart dengan nada sedikit heran.

Aku menyeringai, "maaf jika aku mengganggu tidur Bibi. Aku mencari Claire karena aku ingin meminta maaf padanya. Kemarin aku sudah membuatnya kesal. Maaf..."

Mrs. Stuart tersenyum dan menepuk bahuku. "Austin, kau anak yang sangat baik. Ya sudah, bangunkan saja Claire dan ajak dia lari pagi. Karena dia sangat malas berolahraga. Bibi akan sangat senang jika kau berhasil mengajaknya," ucap Mrs. Stuart sembari tertawa singkat.

Aku mengangguk dan setelah diizinkan masuk ke rumah keluarga Stuart itu, aku segera menuju kamar Claire. Semula aku ragu untuk masuk ke kamarnya. Karena kau tau lah jika masuk ke kamar seseorang tanpa izin sang pemilik kamar itu sangat tidak sopan. Tapi karena Mrs. Stuart menyuruhku, aku memberanikan melangkah masuk ke kamar putri keluarga Stuart ini.

Aku pun duduk di tepi tempat tidur Claire. Lalu membangunkannya dengan cara menggoyang pelan tangannya. Berkali-kali ku ulang cara ini tapi gagal. Akhirnya aku mengeluarkan jurus jitu yang telah ku persiapkan tadi. Coklat. Aku tau dia suka coklat karena saat ke mall bersama tere waktu itu, selain membeli es krim dia juga membeli berbagai macam coklat. Haha...

Aku menyebut-nyebut nama Claire sambil membuka pelan bungkus sebatang coklat yang ku bawa. Setelah itu aku menggoyangkan coklat itu di depan mukanya sambil berkata, "Claire, aku punya coklat untukmu..." Namun Claire hanya merubah posisi tidurnya.

Aku tau sebenarnya ia sudah bangun tapi ia enggan membuka matanya karena dia kesal padaku. Akhirnya aku menggodanya dengan berkata, "huh, sepertinya kau tak mau coklat ini. Ya sudah, aku akan memakannya... aaa..." Aku membuka mulutku, seolah akan memakan coklat yang ku bawa. Namun mataku tetap memperhatikan Claire yang terlihat membuka sebelah matanya. Maka aku pun bergaya seolah aku siap menggigit ujung coklat itu. Dan tiba-tiba Claire bangun dan mengambil paksa coklat itu dari tanganku. "Jangan!!"

Aku melihatnya heran namun aku mengambil paksa coklat itu dari tangannya. "Kau tadi sudah ku tawari, tapi kau menolak," ucapku sedikit ketus. 

Claire mengerucutkan bibirnya sambil melihatku sinis. Sebelum dia kembali tidur dan menjadi lebih marah padaku, aku tersenyum dan memberikan coklat itu pada Claire. Ia pun tersenyum. Namun aku segera berkata, "coklat itu sebagai tanda permintaan maaf dariku. Kau mau kan memaafkanku? Maaf aku kemarin hanya menggodamu."

Ia melihatku sambil mengangkat sebelah alisnya namun pada akhirnya ia tersenyum ceria dan mengangguk. "Permintaan maaf diterima."

Aku tersenyum padanya lalu aku teringat apa yang dikatakan Mrs. Stuart tadi. Aku harus mengajak Claire lari pagi. 

When You're Gone [Austin Mahone ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang