~ Writer's POV ~
Claire menutup pintu dengan kasar, melempar tasnya begitu saja dan membanting tubuhnya di tempat tidur. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia kecewa dengan Austin. Saat ini yang ada di otaknya adalah pikiran tentang Austin yang telah membohonginya dan mempermainkan perasaannya. Ia memang tak mau percaya dengan apa yang ia lihat, tapi kenyataannya Austin telah membuat hatinya cukup sakit.
"Kenapa orang pertama yang menjadi pacarku seperti ini? Kenapa dia tega membohongiku? Dari awal seharusnya kau tak membiarkannya menjadi sahabatmu. Kau tak seharusnya mempunyai perasaan padanya. Kau juga tak seharusnya percaya begitu saja dengannya dan menerimanya menjadi pacarmu. Bodoh!" Claire mengomeli dirinya sendiri sembari memukuli kepalanya berkali-kali.
Tangis Claire pun pecah. Ia menangis sejadi-jadinya. Tak pernah berpikir ia akan seperti ini karena Austin, orang yang selama ini menjadi sahabatnya, orang yang selalu ada untuknya. "Kenapa kau jahat sekali padaku??"
Sedetik kemudian Claire menyadari, Austin yang ia kenal satu minggu ini memang bukan Austin yang dulu. Bukanlah Austin yang ia kenal sebagai sahabatnya. Austin yang ia kenal saat ini adalah Austin yang tak banyak bicara, tak ceria, jarang tersenyum lembut seperti yang ia biasa lakukan dulu. Apa ini sisi Austin yang sebenarnya?
Kepala Claire terasa berdenyut-denyut, sakit, namun tak sesakit luka di hatinya. "Kenapa harus Austin yang membuatku seperti ini? Kenapa harus Grace yang bersamamu, Austin, KENAPA??" Claire menjeritkan kata terakhirnya, ia cukup frustasi karena hal ini.
*
Empat jam berlalu dan Claire tersadar jika ia tertidur. Mungkin ia terlalu lelah menangis. Claire pun mengusap matanya dan berjalan ke kamar mandi. Ia bercemin setelah membasuh wajahnya. Matanya sembab, mirip seperti bengkak karena ditonjok. Tapi ia tak peduli dengan hal itu. Ia butuh penyegaran, badannya terasa lengket.
Setelah mandi dan memakai piamanya, ia mengambil ponselnya. Ia cukup ragu untuk melihat homescreennya, namun ia akhirnya meyakinkan dirinya.
1 missed call from Mama, 1 missed call from Papa, 5 missed call from Austin
Kenapa kau mencoba meneleponku? Bukannya kau sedang berbahagia dengan Grace? ucap Claire dalam hati.
2 msgs from Mama, 1 msg from Papa, 2 msgs from Austin
Claire pun membalas pesan dari orang tuanya terlebih dulu, selanjutnya membaca pesan dari Austin.
From: Austin ;) x
Mungkin kau msh blm mau brbicara dgnku krn aku menyuruhmu pulang tanpaku. Tp tolonglah jgn seperti ini :(
Ternyata Austin sangatlah cerdas. Dia bahkan mengira aku tak mau menjawab panggilannya karena dia menyuruhku pulang tanpanya. Aku melihatmu dengan Grace, Austin Mahone...
Huh? Tolonglah jangan seperti ini? Kau yang seharusnya tak seperti itu!
From: Austin ;)
Keluarlah. Aku menunggumu di teras rumahmu. Ada yg ingin kubicarakan padamu.
Bagaimana jika aku tidak mau? Aku tidak peduli kau menunggu di teras rumah. Kau ingin bicara apa? 'Oh Claire maafkan aku, sungguh, aku tak bisa absen dari pelajaran tambahan itu' begitu? Oh, lucu sekali.
Claire tak ada pilihan lain. Ia memang tak mau bertemu dan berbicara dengan Austin saat ini namun ia tahu betul bagaimana Austin. Austin pasti tak pernah main-main jika ia sudah berkata 'aku menunggu di teras rumahmu'.
Claire pun keluar dari kamarnya dan turun untuk membuka pintu. Tangannya sempat ragu untuk memegang gagang pintu namun akhirnya ia menggenggamnya juga. Dan kurang dari sedetik setelah pintu terbuka, Claire dapat melihat Austin berdiri di hadapannya. "Claire.." ucap Austin setelah menyadari Claire ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone [Austin Mahone ff]
Fiksi PenggemarSeorang gadis manja, Claire Alison Stuart dan tetangganya yang bernama Austin Carter Mahone, sama-sama sedang kesepian. Austin menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Claire dan Claire menyetujui tawaran Austin. Akankah perjalan mereka untuk menjad...