Author kembali!!! Setelah hiatus cukup lama, aku kembali~ Maafkan ya yg sudah menunggu kelanjutan cerita iniiiii... saya author yg payah ~_~
Here is....
-Dee
=========================================================
"Dia benar-benar pindah.."
Badan Claire semakin melemas, ia tak tau lagi harus berbuat apa. Austin telah pergi dan Claire tidak memberikan sekadar sebuah senyuman pada Austin. What a stupid girlfriend! pikir Claire yang saat ini menangis sekencang-kencangnya. Ia tak peduli jika ada tetangga atau orang yang melihatnya, yang terpenting baginya saat ini adalah Austin.
Alex mengerang frustasi, Rob berkali-kali mendengus kesal karena ponsel Austin selalu sibuk, dan Andrew melihat Claire miris, hatinya turut merasakan apa yang Claire rasakan. Apa yang harus aku lakukan? Aku tak tega melihat ini, Tuhan......
Ia memasukkan ponselnya ke saku celana dan segera duduk di depan Claire. Ia ingin memeluk Claire saat ini dan membiarkan gadis itu menangis di pelukannya tapi ia tau itu tak bisa ia lakukan mengingat Claire telah menjadi pacar Austin. Tapi...
"Bodoh! Claire Bodoh!" Claire mulai memukul kepalanya. "Claire!" Andrew sedikit menggertak namun Claire tetap melanjutkan apa yang ia lakukan. Andrew pun mau tak mau memegangi tangan Claire agar tak menyakiti dirinya sendiri. "Cukup, Claire. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini bukan salahmu," ucap Andrew dengan mata nanar, ia tak sanggup melihat hal ini.
"Andrew, kau tak tau apa-apa tentang hal ini!" kata Claire yang masih terisak, ia mengalihkan pandangannya, tak lagi menatap Andrew. Air matanya terus mengalir.
Andrew menghela napas, ia memang tak tahu tentang alasan Austin pindah. Ia juga tak mengerti apa yang terjadi di antara Austin dan Claire sehingga Austin tak memberitahu Claire tentang kepindahannya. Tapi setidaknya ia mengerti apa yang dirasakan Claire saat ini.
"Aku memang tak tau apa-apa tentang semua ini, tapi.." Andrew tak meneruskan kalimatnya karena melihat air mata Claire semakin deras. Ia pun tak ada pilihan selain merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. Claire tak menolak apa yang dilakukan Andrew, sebuah pelukan memang saat ia dibutuhkan saat ini.
***
Jarum jam telah menunjukkan pukul 8 malam, angin seakan menembus tembok tebal rumah Claire. Dinginnya malam seolah mengerti seorang gadis tengah larut dalam kesedihan. Alex terus mengusap punggung gadis itu sedangkan Robert dan Alex kesal Austin tak dapat dihubungi. Tere pun datang untuk ikut menenangkan Claire.
"Sekarang bagaimana? Austin masih belum bisa dihubungi dan sebentar lagi pasti orang tua Claire datang kan?" tanya Tere mulai panik.
Alex yang sedari tadi berjalan bolak-balik, terduduk lemas. "Aku benar-benar tidak tau.." katanya putus asa.
Robert menghela napas. "Kenapa Austin harus seperti ini? Ini membuat semuanya sulit," keluhnya.
"Sebaiknya kita pulang sekarang, ini sudah malam, dan Tere aku minta tolong padamu untuk sleepover di sini malam ini. Temanilah Claire," pinta Andrew pada Tere. Teman Claire itu pun mengangguk, ia juga tau jika Claire butuh seseorang untuk bersamanya saat ini.
Claire mencoba mengangkat kepalanya yang bersandar di pundak Andrew. Ia berbicara perlahan, "sudahlah, kalian semua pulanglah. Terima kasih telah menenangkanku seharian ini. Tentang orang tuaku, kalian tak usah khawatir, aku yang akan memikirkannya."
Semua orang yang ada di ruangan itu melihat Claire tak yakin namun tak ada seorang pun yang mempunyai hak untuk tak menolak keputusan Claire. Mungkin Claire hanya ingin sendiri saat ini. Mereka pun mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone [Austin Mahone ff]
FanfictionSeorang gadis manja, Claire Alison Stuart dan tetangganya yang bernama Austin Carter Mahone, sama-sama sedang kesepian. Austin menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Claire dan Claire menyetujui tawaran Austin. Akankah perjalan mereka untuk menjad...