~ Austin's POV ~
Ugghhh... Ini jam berapa?
Aku melirik jam dinding di kamarku dan ternyata ini sudah pukul 10 malam. Aku mengucek mataku lalu bangkit untuk ke kamar mandi. Tapi saat aku menyadari sesuatu, mataku langsung terbelalak. Claire masih ada di sini? Di kamarku? Dan dia tertidur di atas buku-bukunya yang berserakan. Tuhan, kasian sekali dia. Dia terlihat sangat lelah.
Apa aku harus membopongnya ke rumahnya? Atau membiarkan dia tidur di sini? Tapi kasian sekali jika dia tidur di posisi duduk seperti itu.Tapi, jika aku membawanya ke rumahnya, pasti semua orang di rumahnya telah tidur. Dan aku tak mau menganggu Mr. dan Mrs. Stuart yang beristirahat.
Aku pun memutuskan untuk keluar kamar, bertanya pada mamaku. Kebetulan sekali saat aku keluar kamar, aku melihat mom keluar dari kamar mandi. Dan ia melihatku lalu menghampiriku.
"Claire?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk, "iya, Mom, dia masih..."
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, mom sudah lebih dulu menepuk pundakku dan berkata, "tenang, Mom tadi sudah memberitahu mama Claire. Dan maaf, Mom tadi menggunakan telefon genggammu karena Mom lupa menaruh hp Mom dimana."
"Oh.." Aku mengangguk-angguk polos. "Mom, Claire kasian sekali tidur dengan posisi seperti itu," ucapku sembari membuka pintu kamarku, membiarkan mom melihat Claire yang tertidur di atas buku-bukunya.
"Pindahkan dia ke kamar tamu," ucap momku seraya pergi, kembali menuju kamarnya.
Aku pun membopong Claire dari kamarku menuju kamar tamu. Aku membaringkannya di tempat tidur dan mengambil selimut dari almari yang ada di kamar itu. Kemudian aku menaruh selimut itu di atas badan Claire untuk menjaganya agar tetap hangat.
Hal yang terakhir yang ku lakukan di kamar itu adalah.... Aku mencium kening Claire lalu menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu yang lain. Kemudian aku keluar dari kamar itu dan menuju kamarku sendiri.
*
Pukul 06.30, jam wekerku berbunyi. Aku sengaja menge-set alarmnya lebih awal agar aku bisa membangunkan Claire. Aku pun segera ke kamar mandi untuk membasuh mukaku. Lalu kembali ke kamar, membuka korden jendela kamarku dan melihat matahari yang telah tersenyum. Kemudian terfikir satu hal di otakku. Apa PR matematika Claire sudah selesai?
Aku berjalan menuju meja belajarku, tempat tumpukan buku Claire yang kemarin malam sudah ku tata rapi. Aku mulai membuka bukunya yang ia tunjukkan padaku kemarin. Aku kaget saat melihat semua soal yang Claire tunjukkan kemarin sudah terjawab. Seingatku, aku hanya memberitahunya caranya saja dan selanjutnya yang aku ingat, ia baru mengerjakan 5 soal dari 20 soal. Sisanya? Aku tak ingat.
Aku memperhatikan setiap jawaban yang ada dan 15 soal benar. Aku tak percaya ini. Bahkan dia mengerjakan soal-soal ini persis seperti yang aku katakan. Claire.... Aku salut padanya.
Aku segera keluar kamar dan berlari menuju kamar tamu, tempat Claire tidur.
"CLAIRE!!!" seruku sembari mengguncang pelan tubuhnya.
Aku tau ini bukan cara membangunkan orang yang benar. Tapi aku tak peduli. Claire harus tau bahwa ia bisa mengerjakan 80% PR matematikanya dengan benar!!
"CLAIRE!! Bangunlah..." ucapku, mengguncang tubuhnya lagi.
Ia pun mengerang, "uggghhh... Papa, 10 menit lagi ya.."
Ia menunjukkan 10 jarinya padaku lalu menarik selimut dan tidur kembali. Anak ini sangat lucu. Waktu itu dia mengira aku ini mamanya dan sekarang dia mengira aku papanya. Apakah dia tak mengenal suara kedua orang tuanya?
"Claire..."
Aku menarik selimutnya dan hal ini berhasil membuatnya bangun tanpa membuka matanya. Namun ia malah mengerucutkan bibirnya. Lucu sekali haha...
"Papa jahat sekali padaku!!" ucapnya padaku lalu bangkit, masih dengan mata tertutup. Ia pun berjalan menuju almari yang ada di kamar ini dengan mata tertutup dan bibirnya yang masih dikerucutkan.
"Hey... Awa.....sss..."
Baru saja aku bicara, ia sudah menabrak almari. "Awww..." ucapnya sembari mengusap-usap keningnya yang baru saja 'mencium' almari coklat itu.
Aku pun tertawa melihatnya lalu aku menghampirinya. Dan saat itulah ia baru membuka matanya dan menyadari jika ia tidak berada di kamarnya.
"Aku dimana?" tanyanya padaku, masih mengusap-usap keningnya.
Aku tersenyum, "kau di rumahku, Claire."
Dia melihatku bingung lalu mengalihkan pandangannya sejenak, mungkin mencoba mengingat mengapa ia bisa ada di rumahku. Setelah beberapa detik, Claire pun berkata, "maafkan aku, Austin, aku sudah merepotkanmu." Kemudian ia menunduk, merasa dirinya telah melakukan kesalahan.
"Kau tak merepotkanku Claire, dan kau juga tak melakukan kesalahan apa pun," terangku padanya.
"Tapi..."
"Sudah, kau diam. Ayo ikut aku ke bawah. Ku obati memarmu itu," ucapku sembari menunjuk keningnya yang sedikit membiru.
Aku pun mengajaknya turun dan aku menyuruhnya duduk di kursi yang ada di ruang makan. Dan setelah aku mengambil air hangat dan kapas, aku segera menangani memarnya. Ia sedikit merintih saat aku merawat memarnya. Tapi akhirnya selesai juga.
"Nah, sudah. Bagaimana?" tanyaku padanya.
"Lebih baik, terima kasih, Austin," ucapnya sembari tersenyum.
Aku mengangguk saat mom masuk ke ruang makan. Ia tersenyum melihatku dan Claire. Namun ekspresinya langsung berubah saat melihat memar di kening Claire.
"Astaga, kau apakan dia, Austin?" tanya mom dengan nada panik dan langsung menyingkirkanku dari depan Claire. Mom memutar wajah Claire ke kiri dan ke kanan untuk melihat memarnya.
Aku memutar bola mataku, "mom, Claire tadi hanya menabrak almari di kamar. Tapi bukan aku yang mendorongnya ke almari.."
Mom segera menoleh ke arahku dengan tatapan tak yakin. Tapi Claire menyelamatkanku dengan berkata, "iya. Bibi tak usah menyalahkan Austin. Karena tadi memang aku berjalan tanpa membuka mata."
Mom pun mengalihkan pandangannya pada Claire yang baru saja berkedip padaku dan aku mengacungkan jempol secara sembunyi-sembunyi pada Claire, tanda berterimakasih.
"Ya sudah. Claire, kau pasti lapar. Bibi akan membuatkan mu dan Austin sarapan. Tunggulah 15 menit," ucap mom yang pada akhirnya berjalan menuju dapur.
"Bibi tak usah repot-repot. Biar aku sarapan di rumah saja," ucap Claire menolak.
Mom melihat ke Claire lalu berkata, "tidak Claire, kau tak merepotkan Bibi sama sekali. Jadi, tunggulah 15 menit. Jangan menolak.."
Aku melihat Claire yang akhirnya tak menolak. Aku pun memberitahunya tentang PR matematikanya dan ia sangat senang. Ia bahkan menari-nari seperti anak kecil yang baru saja diberi mainan. Sangat lucu. Tapi, saat gembira seperti ini, ia terlihat lebih manis. Haha... Aku hanya mencoba untuk jujur.
"Ayo kita ke atas, kau harus membenarkan jawabanmu yang masih salah," ucapku sembari berdiri dan meraih tangannya.
Ia mengangguk lalu kami menuju ke kamarku untuk membenarkan 5 jawabannya yang masih salah. Selama mengerjakan 5 soal itu, ia tak henti-hentinya berbicara 'aku pasti mendapat nilai A+ hari ini'. Dia sangat manis.... Sifat kekanak-kanakannya masih sangat kental dalam dirinya. Tapi, aku bisa memahami hal itu.
"SELESAIII !!!" serunya setelah ia selesai membenarkan jawabannya.
"YEE!!" seruku.
Lalu ia berdiri dan merapikan buku-bukunya. Setelah itu ia dengan semangat meraih tanganku dan turun ke bawah sambil bernyanyi ' hari ini aku akan mendapat nilai A+ '. Dan aku hanya bisa mengikuti nyanyiannya dengan mengatakan kata ' YEE ' di setiap akhir kalimatnya.
***
-to be cont-
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone [Austin Mahone ff]
FanfictionSeorang gadis manja, Claire Alison Stuart dan tetangganya yang bernama Austin Carter Mahone, sama-sama sedang kesepian. Austin menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Claire dan Claire menyetujui tawaran Austin. Akankah perjalan mereka untuk menjad...